Mendung pekat. Langit kelam. Butir-butir
hujan mulai membasahi Kota Budaya. Detik demi detik berlalu mencipta deras
yang tak berkesudahan. Gelegar petir. Bunyi kecipak air. Bau tanah yang khas.
Ah, hujan mengurai kenangan. Bukan kenangan tentang mantan. Bukan. Hujan
Bulan November ini mengingatkanku pada Meta, a partner in crime. Meta adalah partner asyik buat seru-seruan. Jika saja... Jika saja Meta masih
di Jogja, mungkin aku bisa mampir ke kosnya barang sebentar. Ah sayang, dia sudah
kembali ke Bumi Sumatra, selepas diwisuda awal tahun lalu.
Teringat percakapanku dengan Meta Februari silam melalui telepon.
“Meta, aku mau ngirim tugas
kuliah, deadline malam ini, tapi
koneksi internetku lelet banget. Bahkan tadi sempat no signal. Padahal aku baru beli kuota internet kemarin. Hiks.”
“Kok bisa?”
“Entahlah. Mungkin cuaca sedang
tidak bersahabat.”
“Mampir aja ke kosku Arinta, di
sini internetnya lagi kenceng-kencengnya. Ayo gih, mumpung hujan belum deras.
Sekalian aja nginap di sini kalau mau. Aku ada oleh-oleh keripik pisang cokelat
dan kopi Lampung lho.”
Ah kombinasi yang perfect! Camilan, secangkir kopi hangat,
dan internet. Siapa yang tak betah menikmatinya? Beruntung sekali Meta. Di
kosnya ada wifi. Kenceng pula. Aku yang kerap fakir kuota internet sering
nebeng di kosnya sekadar mendownload tugas kuliah atau menonton stand-up comedy via youtube. Jika aku
menginap di kosnya, Meta pasti menyediakan stok camilan buat dimakan bersama.
Ah, momen itu!
“Internetmu kok lancar jaya meski
hujan gini sih Met?” tanyaku kala itu.
“Di sini sudah pake
Indihome Ta. Jadi
dalam kondisi apapun sinyal internet tetap stabil.”
“Asik tahu. Mau dah tiap hari
mampir ke kosmu dan ngerampok makanan...hahaha” Candaku kala itu.
“Ah kamu Arinta, dasar predator.
Enggak heran gendutan sekarang. Ingat berat badan Ta. Orang baper jadi mudah laper...ahahaha” Tawanya meledak. Terkekeh-kekeh. Sedikit
meledek.
“Ugh sial! Gendut katamu!” Aku
pura-pura marah. Yang diujung telepon malah cengegesan.
“Ayo gih cepat ke sini. Entar
keburu hujan malah enggak jadi.” Akhirnya kututup telepon sembari bergegas ke
kosan Meta.
Itu dulu. Dulu saat Meta masih di
sini. Di kota sejuta kenangan. Jogja. Sekarang Meta telah kembali ke kampung
halaman. Merangkai episode baru di sana.
Bagiku internet sangatlah berarti.
Jika kuota internetku habis. Mati sudah! Aku kudu beli lagi. Kalau lagi enggak
ada duit, aku cari-cari teman yang mau berbagi internet. Thetering atau apalah istilahnya. Lebih baik sakit gigi daripada
sakit hati. Upss salah. Lebih baik enggak jajan daripada enggak beli kuota. Ada
kuota internet, tapi sinyal lelet itu sama saja. Mending nyebur ke laut.
“Coba kamu ganti pakai Simpati. Dijamin
antilelet. Lha aku Ta, selama KKN pakai itu. Padahal daerah tempatku KKN lebih terpelosok
darimu. Tapi kecepatannya tetap stabil. Aku masih bisa facebookan dan
twitteran. Recommended deh!” Ujar
Meta ketika aku curhat mengenai kendalaku ketika KKN di Dukuh Blimbing, Kabupaten
Gunung Kidul tahun 2014 silam. Semenjak itu, selama 2 bulan KKN aku memakai
Simpati. Hingga kini aku masih setia dengannya. Eaaa.
Internet menjadikan hidup kita
lebih praktis dan efisien. Kamu pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, freelance, pekerja kantor, pebisnis,
apapun latar belakang dan profesimu pasti membutuhkan internet. Kirim dan
simpan data atau file, berjejaring
via media sosial, belanja (online), browsing, aktivitas apapun pasti
menggunakan internet. Di era digital seperti sekarang ini, internet sudah
seperti kebutuhan pokok. Yang terpenting, bagaimana kita menggunakankan media tersebut
untuk sesuatu yang bermanfaat dan berdampak positif. Sampai di sini sepakat?
Selain di kosan Meta, aku
menemukan tempat nongkrong asyik dengan suasana
cozy yang menyediakan akses internet cepat. Gratis
pula. Jogja Digital Valley, demikian nama tempat tersebut. Jogja Digital Valley atau biasa disingkat JDV merupakan
co-working space sekaligus
digital startup Incubator dari Telkom. Ah, baiklah aku punya sedikit cerita. Dengarkan baik-baik.
Lokomotif ekonomi. Big size. Ikonik. Impactful. Demikan Prof. Rhenald Kasali menjelaskan 4 komponen utama sebuah powerhouse. Siapa yang tidak kenal Prof. Rhenald Kasali? Beliau seorang guru besar ekonomi, socialpreneur sekaligus penulis buku yang kerapkali mengulas topik-topik yang berhubungan dengan perubahan. Change! Ini sangat menarik. Dalam bukunya yang berjudul Mutasi DNA Powerhouse, Prof. Rhenald memaparkan bahwasanya powerhouse merupakan sebuah kekuatan raksasa. Dalam hal ini, powerhouse bisa dikatakan sebagai sebuah rumah besar berbentuk badan usaha yang mengayomi puluhan ribu hingga ratusan ribu orang. Kehadiran suatu powerhouse berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagai lokomotif ekonomi, dia kuat dan powerful. Big size di sini artinya besar. Baik besar dalam jumlah SDM, dukungan teknologi, pangsa pasar, profit, pajak, pendapatan, dan sebagainya. Dia juga mampu menjadi ikon suatu bangsa. Terakhir, impactful. Langkahnya, baik maju ataupun mundur memiliki dampak cukup signifikan.
Telkom merupakan sebuah powerhouse yang bergerak di bidang informasi, telekomunikasi dan jaringan. Perjalanannya menembus rimba belantara di era yang semakin kompetitif seperti sekarang ini sangat berat. Tidak mudah. Bahkan berdarah-darah. BUMN dengan logo telapak tangan menggenggam bola dunia ini pun terus berbenah. Melangkah. Bergegas. Mendengarkan suara-suara perubahan. Sebab, Indonesia semakin digital. Sebagai perusahaan teknologi yang sudah makan asam dan garam puluhan tahun, Telkom sadar akan atmosfer digital Indonesia yang semakin menguat. Mata elangnya yang tajam dan visioner selalu awas. Telkom haruslah terdepan dalam hal inovasi.
Melalui sinergi dan kolaborasi
quad-helix ABG-C (Academic, Business, Goverment, dan Community), Telkom yakin dan optimistis mampu membentuk ekosistem digital Indonesia yang kreatif, inovatif, dan memberdayakan. Inovasi bisa lahir dari dalam (internal perusahaan) dan dari luar (eksternal perusahaan).
Human capital adalah aset. Maka dari itu, Telkom membuat program-program dan komunitas yang menumbuhkan jiwa digital kreatif di kalangan generasi muda Indonesia. Telkom kemudian menggandeng
digital talent (startuper) untuk membuat terobosan-terobosan yang bersifat solutif.
Indigo Creative Nation contohnya. Indigo merupakan wujud nyata dan komitmen Telkom guna mendorong pertumbuhan industri digital kreatif Indonesia. Lewat Indigo, para
digital talent akan mendapat dukungan melalui program inkubasi dan akselerasi bisnis. Tak lupa mulai dari tahap ideasi hingga pendanaan. Tema yang diusung di tahun 2016 ini yakni
Building Strong Indonesia Digitalpreneur with Disruptive Mindset dengan
tagline Grow Together Work Together. Belum cukup. Telkom pun mengembangkan Digital Innovation Lounge (Dilo) yang tersebar di belasan kota besar di Indonesia serta Digital Valley (Diva) yang merupakan
co-working space sekaligus tempat inkubasi dan akselarasi para
digital talent (startuper). Khusus Digital Valley saat ini hanya ada di 3 kota besar, yakni Bandung, Jogja, dan Jakarta. Tenang saja, telkom memfasilitasi akses internet cepat, stabil, dan gratis kok baik di Dilo maupun Diva.
Pada masa-masa awal pendirian program Indigo, banyak suara-suara yang menyangsikannya. Skeptis. Meragukan kesuksesannya. Jika diibaratkan, program ini sekadar hangat-hangat tahi ayam. Namun, seiring berjalannya waktu, ditambah atmosfer digital Indonesia yang semakin menguat, Telkom berhasil menelurkan berbagai startup dan produk digital yang inovatif, kreatif, dan juga solutif. Seperti yang diulas Tech In Asia berikut, inilah
daftar 9 startup yang terpilih pada program Indigo batch 1 tahun 2016. Sedangkan untuk
batch 2 ada 13 startup yang berhasil lolos. Bagaimana ide-idenya? Unik dan menarik bukan?
Indigo Creative Nation sendiri terinspirasi dari Silicon Valley yang menyebarkan semangat kolaborasi dan berbagi yang berasal dari komunitas untuk komunitas. Edukasi dan awarding untuk produk digital kreatif saja belumlah cukup, harus ada upaya pembinaan para digital talent. Telkom sadar akan hal itu. Maka di tahun 2016 ini Telkom mendukung pemerintah untuk melahirkan 1000 teknopreneur hingga tahun 2020 dengan menggandeng akademisi dan masyarakat. Misalnya nih bekerjasama dengan kampus ITS, Telkom mendirikan Digital Innovation Lounge Surabaya.
 |
Ada 6 kategori produk yang bisa dipilih dan dikembangkan oleh startup |
Kalau kamu ada di Jogja sesekali mampirlah ke Jogja Digital Valley (Jogdiva). Untuk mendapatkan akses internet cepat dan gratis, kamu kudu daftar jadi member dulu. Sebab akses masuk sudah menggunakan
fingerprint scanner. Otomatis admin membutuhkan data lengkap kamu. Apa yang didapat setelah jadi member? Banyak banget benefitnya. Salah satunya kamu bisa sewa ruang buat
meeting, bahkan gratis lho. Bisa juga ikut
event seru seperti workshop, seminar, dan talkshow bertema teknologi tentunya. Tentunya dari
event-event tersebut kamu bisa menambah jejaring, pengalaman, pengetahuan dan
skill. Komunitas pun diperkenankan berbagi ide dan pengetahuannya di sini. Misal nih, Jogdiva memperkenankan Gamelan (komitas game developer Jogja)
mengadakan sesi diskusi terkait pengembangan game.
Bulan lalu, di
event JDV #TechTalk, Jogdiva menghadirkan beberapa narasumber yang mengulas
Financial Technology & Cyber Crime. Narasumber tersebut di antaranya dari Telkom, Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), Pusat Studi Forensik Digital Universitas Islam Indonesia (PUSFID UII), dan pelaku startup. Nah, khusus bulan ini pas aku liat di websitenya Jogdiva, ada seminar dari Kominfo terkait penggunaan tanda tangan digital beserta keamanan dan keasliannya terhadap suatu data atau dokumen elektronik. Ternyata enggak sembarangan lho penggunaan
digital signature ini. Ada semacam kunci kriptografisnya yang sifatnya privat dan rahasia.
Masih berkaitan dengan
Financial Technology. Perlu diketahui pemirsah,
Financial Technology atau
Fintech merupakan topik yang sedang hangat diperbincangkan terkait bidang inovasi digital di sepanjang tahun 2016 ini. Sepertinya kita belum cukup familiar dengan terminologi Fintech ya? Secara sederhana, FinTech dapat dikatakan sebagai perusahaan di bidang teknologi yang menawarkan layanan atau produk yang
berhubungan dengan dunia finansial. Mengutip dari Accenture Asia
Pasific,
FinTech merupakan sebuah segmen dari suatu perusahaan atau startup yang memaksimalkan penggunaan teknologi guna mengubah, mempercepat, dan mempertajam berbagai aspek dari layanan keuangan.
Telkom melalui anak perusahaanya Telkomsel menawarkan layanan keuangan digital selayaknya dompet elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti bayar tagihan, kirim pulsa, bayar transaksi di suatu ecommerce, dan sebagainya. FinTech Telkomsel ini bernama
TCash. Aku termasuk pengguna layanan fintech bernama TCash tersebut.
Untuk menjadi pengguna Tcash kamu harus memakai kartu dari Telkomsel,
entah Simpati, Kartu Halo atau Kartu As. Tcash memudahkan aku membayar
tagihan listrik, aku enggak perlu perlu lagi mengantri lama di kantor
pos. Selain itu bagian yang asyik adalah banyak promo menarik dan diskon
gede (terkadang sampai 50%) dari merchant yang bekerjasama dengan
Tcash.
 |
Tcash dapat diibaratkan sebagai dompet digital |
Indonesia semakin digital. Sekali lagi, teknologi memudahkan hidup kita. Bahkan sebelumnya tak terpikirkan tentang dompet elektronik dan layanan keuangan digital. Teknologi dan inovasi hadir membawa realitas baru.
Aku beruntung sekali bisa bergabung di komunitas Jogja Digital Valley. Bisa mengikuti event-event keren. Bisa memperoleh pengetahuan terkait inovasi digital Telkom dan para startuper. Dapat akses internet cepat dan juga wifi.id.
Ada secuil alasan kenapa aku betah seharian nongkrong di sini. Jogdiva itu tempatnya
cozy banget. Cocok buat
freelance dan
digital talent. Ada kafenya. Aku bisa ngenet sembari menikmati segelas good day dan 3 bungkus chocolatos. Kursinya empuk dan nyaman. Udah gitu aku bisa mendengarkan lagu-lagu terbaru yang lagi ngehits dan menonton kanal tv lokal maupun internasional via
USEETV Indihome. Jogdiva juga termasuk area yang menjangkau wifi.id. Dengan wifi.id kamu bisa menikmati internet ngebut sampai 100 Mbps. Gimana enggak asyik?
 |
Wifi.id bisa diakses di Jogja Digital Valley |
Aku pakai wifi.id buat nonton video, streamingan, atau kalau ada live seminar di telegram dan sebagainya. Kayak beberapa waktu lalu ada Webinar dari Inspira tentang bagaimana studi di USA. Wah pengen banget tahu tentang itu, meski belum ada rencana buat
study abroad dalam waktu dekat ini. Tapi minimal aku mendapatkan informasi-informasi yang harus aku persiapkan ketika mau lanjut studi ke USA.
Paling sebel kalau lagi nonton video terus
buffering. Nah solusiku ya pakai
wifi.id ini aja. Lagi seru-seru nonton malah
loading. Lagi asyik-asyik
download malah
failed. Bikin bete. Enggak mau dah kejadian kayak gitu terulang lagi. Sudah putuskan saja! Ya sejak itu aku putuskan pakai wifi.id. Aku memanfaatkan wifi.id untuk mengunduh dan mengoleksi video-video
presentasi TED Talks edisi Bahasa Inggris. Lewat video TED Talks tersebut, aku
belajar budaya negara lain serta bagaimana gaya komunikasi seseorang.Ya siapa tahu kan nanti dapat kesempatan ke USA atau Eropa, jadi udah punya bekal bahasa.
 |
Selain di Jogja Digital Valley, kita bisa menikmati akses wifi.id di wifi.id corner Kotabaru Yogyakarta |
Di youtube kan banyak banget tuh video tutorial, baik tutorial desain, masak, hijab,
creative DIY making project, dan sebagainya. Jadi kita bisa belajar mandiri sekaligus mengasah keahlian lewat video. Bicara tutorial, aku jadi ingat Anggara. Pertama kali ketemu dia ya di Jogdiva ini. Ternyata Anggara seorang desainer grafis 3D. Anggara menggunakan Autodesk Maya untuk membuat karakter-karakter animasi dan game. Ya Anggara menjual hasil karyanya lewat forum-forum internasional. Dia dibayar dengan dollar. Buah kerja kerasnya terbayar lunas. Sebelumnya Anggara harus berlatih mendesain karakter 3D selama berjam-jam di ruang kosnya yang sempit. Anggara belajar desain 3D secara autodidak via youtube dan vimeo. Anggara memanfaatkan jaringan wifi di kosnya untuk belajar dan mengasah keahlian. Kegiatannya tersebut dilakukannya selama setahun. Anggara fokus. Hingga dia bisa menikmati jerih payahnya. Hasil memang tak akan mengkhianati proses. Mantap ya si Anggara ini?
Kamu. Iya kamu. di era yang semakin digital seperti sekarang ini, apa hal-hal yang sudah berhasil kamu kembangkan?
 |
Voucher wifi.id edisi Slank |
Ini voucher wifi.id-ku. Gambar cover depan Slank. Ini edisi khusus. Kayaknya sudah enggak keluar lagi deh sekarang. Meskipun demikian masa aktif voucher tersebut sampai 31 Mei 2017. Harganya murah kok, dengan Rp 5.000 kita bisa menikmati akses internet cepat hingga 12 jam. Puas-puasin deh nonton youtube tanpa
buffering.
Terima kasih Telkom. Telkom begitu adaptif terhadap perubahan. Telkom begitu memahami kebutuhan kami, para generasi digital. Aku berharap ke depannya semakin banyak inovasi yang dikembangkan Telkom. Berkaryalah untuk negeri! #IndonesiaMakinDigital
Tabik!