Dialog Malaikat Dan Tuhan
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia pemimpin di muka bumi."
Para malaikat mengajukan protes sembari berkata,"Mengapa Engkau hendak menjadikan pemimpin di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan kemudian menanggapi pertanyaan malaikat tersebut dengan firmanNya,"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."Percakapan antara malaikat dan Tuhan tersebut termaktub dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 30. Namun dari percakapan tersebut, ada satu hal yang masih mengganjal dan saya pertanyakan berulang-ulang,"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Tuhan, apa maksud kalimat ini?
Sepenggal Kisah Save Rohingya Save Humanity
Masjid Mujahidin UNY, Juli 2013
Sore itu, entah Ramadhan ke berapa yang saya lalui. Saya menyempatkan diri ikut kajian di Masjid Mujahidin. Masjid Mujahidin adalah masjid kampusnya UNY. Yah tahu sendirilah anak-anak kos kalau lagi bulan Ramadhan rajin banget ikut kajian. Sekalian cari gratisan takjil dan berbuka puasa bersama. Lebih hemat, sekaligus sebagai ajang peningkatan gizi. Jangan salah ya, saya ini termasuk bagian dari PPT. Weits bukan Para Pencari Tuhan, seperti judul sinetron yang ditayangkan di salah satu televisi kita. PPT atau Para pemburu Takjil adalah istilah yang biasa kami lontarkan sebagai bahan becandaan anak-anak mahasiswa.
Save Rohingya, Save Humanity. Demikian tema kajian sore itu. Rohingya? Apa itu? Ada apa dengan Rohingya? Apa hubungannya dengan kemanusiaan? Pertanyaan-pertanyaan itu terus membenak di dalam pikiran saya.
Tak berapa lama kemudian acara dimulai. Hadirlah seorang pembicara yang merupakan bagian dari tim Aksi Cepat Tanggap atau disingkat ACT. Aksi Cepat Tanggap (ACT), Seperti halnya IRC (The International Red Cross), Bulan Sabit Merah, atau Dompet Dhuafa adalah organisasi yang bergerak di bidang misi kemanusiaan. Program kerjanya tidak hanya menjangkau skala nasional, tetapi juga internasional. Salah satu program kerja ACT yakni global Humanity Response.
Saya lupa nama pembicara yang mewakili tim ACT dalam kajian sore tersebut. Namun saya masih ingat beberapa materi yang beliau sampaikan. Slide demi slide powerpoint beliau paparkan. Ngilu hati kami mendengar pemaparan beliau tentang tragedi Rohingya. Sungguh menggetarkan hati. Tak terasa tetes demi tetes air mata mengalir. Tak terkecuali saya.
![]() |
www.themuslimvibe.com |
Di negeri mereka, orang-orang Rohingnya terancam. Rumah-rumah dibakar. Sebagian dari mereka dianiaya. Sebagian dari mereka 'dihilangkan' dengan cara-cara di luar nalar kemanusiaan. Anak-anak kehilangan orang tua. Istri kehilangan suami, pun berlaku sebaliknya. Serta masih banyak lagi kisah-kisah yang lebih mengharu-biru. Salah satu jalan yang ditempuh agar selamat dari aksi kekerasan tersebut adalah dengan melakukan eksodus massal. Migrasi ke negeri tetangga adalah opsi. Tak pelak, mereka rela membayar mahal dan berdesak-desakan di dalam kapal. Demi apa? Demi sebuah kebebasan.
Menilik kisah di atas, saya salut pada kesigapan tim Aksi Cepat Tanggap dalam memberikan bantuan. Beberapa dari mereka terjun langsung ke lokasi kejadian. Sore itu, tim Aksi Cepat Tanggap menggalang donasi untuk Rohingya. Donasi akan digunakan untuk membeli kebutuhan medis seperti obatan-obatan, sebagian lagi untuk membeli kebutuhan pokok, dan pakaian.
Luar biasa sekali ya kerja para relawan kemanusiaan? Saya temukan spirit filantropi dan altruisme yang menjadi dasar perjuangan mereka. Mereka tidak gentar. Meski berada di daerah konflik yang siap merenggut nyawa mereka sekalipun!
Mereka sadar bahwa perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan. Mereka pun mengerti bahwa di setiap pengorbanan yang mereka lakukan tidak hanya mempertaruhkan harta benda, tetapi juga jiwa raga. Mereka juga memahami bahwasanya mereka telah mengikatkan diri pada suatu kesepakatan tidak tertulis. Kontrak kematian.
Ah, saya jadi teringat pada dua sosok yang memiliki kepribadian mengagumkan. Meski mereka hidup di zaman dan negeri yang berbeda. Siapa sosok-sosok tersebut? Mereka tak lain adalah Henry Dunant dan Joserizal Jurnalis. Baiklah, saya akan sedikit bercerita tentang mereka.
Melihat kenyataan di depan mata, Henry tak tinggal diam. Di sebuah tempat bernama Castiglione, Henry mengajak kaum perempuan untuk merawat para prajurit yang terluka. Gereja setempat akhirnya dijadikan sebuah rumah sakit darurat. Segala obat-obatan dan keperluan medis lainnya dibeli Henry dengan dana pribadi. Henry pun melupakan niatan awal untuk bertemu Kaisar Napoleon III.
Sekembalinya Henry ke Jenewa di bulan Juli tidak lantas membuat hidupnya tenang. Dia masih gusar. Bayang-bayang kelam akan Solferino masih menghantui. Demi mengobati kegundahan hatinya, Henry menulis buku Un Souvenir De Solferino. Sebuah kenangan Dari Solferino.
Dalam buku tersebut Henry bercerita tentang konsekuensi akibat perang. Selain itu Henry menginisiasi perlunya dibentuk organisasi yang melindungi dan merawat prajurit yang terluka di medan perang dan juga para relawan yang menolong prajurit tersebut. Di sinilah cikal bakal terbentuknya organisasi The Internasional Committe of the Red Cross (ICRC) yang menanungi Palang Merah serta Bulan Sabit Merah Internasional. Maka tak heran apabila pada tahun 1901 komite nobel dunia memberikan anugerah nobel perdamaian pada dirinya. Gelar bapak palang merah dunia pun disematkan padanya.
Menjelang kematiannya di tahun 1910, Henry mewasiatkan agar seluruh harta bendanya didonasikan untuk kepentingan amal. Kata-kata terakhir yang terucap dari mulut Henry adalah,"kemana lenyapnya kemanusiaan?" Henry kemudian dimakamkan di Zurich. #70thICRCid
***
Demikian ulasan singkat salah satu tokoh kita, Henry Dunant. Jika kamu belum cukup puas dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang kisah tersebut, silakan kunjungi tautan berikut A Memory of Solferino (ICRC). Tautan tersebut berupa e-book dalam bahasa inggris dengan format Pdf yang bisa diunduh siapa saja.
Menilik kisah di atas, saya salut pada kesigapan tim Aksi Cepat Tanggap dalam memberikan bantuan. Beberapa dari mereka terjun langsung ke lokasi kejadian. Sore itu, tim Aksi Cepat Tanggap menggalang donasi untuk Rohingya. Donasi akan digunakan untuk membeli kebutuhan medis seperti obatan-obatan, sebagian lagi untuk membeli kebutuhan pokok, dan pakaian.
Luar biasa sekali ya kerja para relawan kemanusiaan? Saya temukan spirit filantropi dan altruisme yang menjadi dasar perjuangan mereka. Mereka tidak gentar. Meski berada di daerah konflik yang siap merenggut nyawa mereka sekalipun!
Mereka sadar bahwa perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan. Mereka pun mengerti bahwa di setiap pengorbanan yang mereka lakukan tidak hanya mempertaruhkan harta benda, tetapi juga jiwa raga. Mereka juga memahami bahwasanya mereka telah mengikatkan diri pada suatu kesepakatan tidak tertulis. Kontrak kematian.
Ah, saya jadi teringat pada dua sosok yang memiliki kepribadian mengagumkan. Meski mereka hidup di zaman dan negeri yang berbeda. Siapa sosok-sosok tersebut? Mereka tak lain adalah Henry Dunant dan Joserizal Jurnalis. Baiklah, saya akan sedikit bercerita tentang mereka.
Memori Tentang Solferino
Solferino, Italia Utara, 24 Juni 1859.
Pria itu sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk perbekalan dan juga sebuah buku kecil yang akan diberikan kepada Kaisar Napoleon III dari Prancis. Dia berharap sang kaisar akan tersanjung dengan buku kecil yang berisi pujian tersebut. Kota kecil Solferino adalah tujuannya.
Dia mengelap peluh di dahinya. Menarik nafas dalam-dalam. Menatap langit. Sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang panjang baginya. Maksud Kedatangannya ke Solferino yakni hendak bertemu Kaisar Napoleon III yang kebetulan saat itu sedang berada di sana. Ada kepentingan yang hendak dia bicarakan dengan sang kaisar. Apalagi kalau bukan bisnis.
Petang menjelang. Tak terasa Henry sudah mendekati wilayah Solferino. Namun setibanya di sana, ada sesuatu yang membuatnya terhenyak. Sesuatu yang membuat mata hatinya menjerit. Sesuatu yang membuatnya jiwanya cukup terguncang. Di sana, di Solferino, dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ada sekitar 38.000 ribu prajurit terkapar dengan luka yang sangat mengerikan. Genangan darah. Luka-luka serius tanpa penanganan yang memadai. Korban-korban sekarat tidak berdaya. Serta korban-korban meninggal dengan kondisi yang menggiriskan hati.
Petang itu di Solferino, perang antara pasukan gabungan Perancis dan Sardinia melawan Austria baru saja usai. Pasukan Perancis di bawah pimpinan kaisar Napoleon III, pasukan Sardinia di bawah pimpinan Viktor Emmanuel II, sedangkan Pasukan Austria berada di bawah pimpinan Frans Josef I. Aliansi Perancis-Sardinia mengerahkan sekitar 118.000 prajurit, sedangkan lawannya Austria mengandalkan sekitar 100.000 prajurit. Telak, kemenangan diraih pasukan gabungan Perancis-Sardinia.
Sekembalinya Henry ke Jenewa di bulan Juli tidak lantas membuat hidupnya tenang. Dia masih gusar. Bayang-bayang kelam akan Solferino masih menghantui. Demi mengobati kegundahan hatinya, Henry menulis buku Un Souvenir De Solferino. Sebuah kenangan Dari Solferino.
Dalam buku tersebut Henry bercerita tentang konsekuensi akibat perang. Selain itu Henry menginisiasi perlunya dibentuk organisasi yang melindungi dan merawat prajurit yang terluka di medan perang dan juga para relawan yang menolong prajurit tersebut. Di sinilah cikal bakal terbentuknya organisasi The Internasional Committe of the Red Cross (ICRC) yang menanungi Palang Merah serta Bulan Sabit Merah Internasional. Maka tak heran apabila pada tahun 1901 komite nobel dunia memberikan anugerah nobel perdamaian pada dirinya. Gelar bapak palang merah dunia pun disematkan padanya.
Menjelang kematiannya di tahun 1910, Henry mewasiatkan agar seluruh harta bendanya didonasikan untuk kepentingan amal. Kata-kata terakhir yang terucap dari mulut Henry adalah,"kemana lenyapnya kemanusiaan?" Henry kemudian dimakamkan di Zurich. #70thICRCid
***
![]() |
www.icrc.org |
Joserizal Jurnalis Dan MER-C
Joserizal Jurnalis. Beliau adalah dokter bedah umum sekaligus aktivis kemanusiaan yang memelopori berdirinya MER-C (Medical Emergency of Rescue Committe), sebuah organisasi yang bertindak di bidang pemberian pertolongan medis gawat darurat di daerah konflik dan bencana. Organisasi ini memang bernafaskan islam, tetapi dalam menolong seseorang tidak boleh memandang suku, agama, ras, maupun golongan. Semunya manusia sama kedudukannya dan berhak diberi pertolongan apabila membutuhkan.
Seperti halnya organisasi-organisasi di bidang kemanusiaan lainnya, wilayah kerja MER-C tidak hanya di kancah nasional, tetapi juga internasional. Selain pernah terjun langsung di lokasi konflik seperti di Maluku dan Aceh, tim MER-C pernah berada di Irak, Afganistan, Palestina, Filipina, dan masih banyak lagi.
Berkat MER-C dan dukungan berbagai pihak, lahirnya Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza Palestina. Rumah sakit tersebut memberikan perawatan khusus traumatologi dan rehabilitasi (penanganan pada pasien yang mengalami cidera akibat perang). Seperti dilansir dari tempo.co, rumah sakit tersebut dibangun pada tahun 2008, tetapi baru pada tahun 2015 ini siap dioperasikan.
Banyak sekali kisah-kisah mengharukan selama Bung Rizal menjalankan tugas dalam rangka misi kemanusiaan. Salah satunya kisah yang menyentuh hati saya adalah ketika beliau terpaksa harus mengampustasi tangan kanan Dominingus menggunakan gergaji kayu. Bayangkan gergaji kayu kawan! Tanpa anestesi sedikitpun. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1999 di Ambon. Dominingus, terkena sabetan parang yang cukup parah. Amputasi adalah jalan satu-satunya mengingat jika tidak ditangani dengan segera akan muncul infeksi dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Dengan keterbatasan perlengkapan medis, beliau menggunakan madu sebagai antibiotik.
Perjuangan Bung Rizal pun bukan tanpa risiko. Setiap saat bisa saja beliau bertaruh nyawa. Bahkan beliau trauma terhadap bunyi ketukan tiang listrik. Bunyi ketukan tiang listrik berarti isyarat akan adanya bahaya. Sekelompok orang datang menyerbu suatu wilayah dengan menggunakan parang dan menebas leher orang lain yang dianggap musuhnya. Peristiwa tersebut terjadi di Ambon tahun 1999 silam.
Bung Rizal dan kawan-kawan, perjuangan ini belumlah usai. Sebelum hari itu tiba, hari di mana malaikat datang menjemput. Teruslah berjuangan! Tetaplah bersemangat. Tuhan membersamai Kalian!
The story is so warming heart, isn't it? Ternyata masih ada sosok-sosok yang luar biasa seperti cerita di atas. Mereka tidak hanya berani, tangguh, tetapi juga idealis dan visioner.
Memang perang dan konflik menyulut luka. Kita tidak bisa dengan serta merta menghentikan hal tersebut. Sebab di belahan bumi nun jauh di sana, ada sekelompok orang yang menginginkan adanya perang. Mereka bisa saja pemasok atau pemilik bisnis jual beli senjata. Mereka bisa saja kaum oportunis yang haus akan kekuasaan. Mereka bisa saja oknum-oknum tertentu yang telah lama mengincar aset atau sumber daya berharga suatu bangsa, seperti minyak bumi (Timur Tengah), berlian (Afrika), emas (Papua).
Namun jangan takut. Jangan diam. Kita tentu saja masih bisa mengupayakan suatu hal. Kita bisa memberikan donasi terbaik untuk saudara kita yang berada di daerah konflik atau bencana. Atau terjun langsung menjadi relawan kemanusiaan. Yang paling ringan yang bisa kita lakukan adalah berdoa untuk kebaikan. Berdoa dengan hati. Berdoa dengan penuh ketulusan.
Tuhan, sekarang saya mampu memahami makna tersirat dalam firmanMu itu. "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Engkau mengetahui bahwa tidak semuanya manusia jahat dan bengis. Bisa jadi itu hanyalah bentuk ujian. Engkau pun masih memberi kami kekayaan nurani dan hati untuk selalu menolong, peduli dan berbagi.
Saksikanlah kawan! dalam mata rantai kehidupan, manusia menduduki posisi tertinggi. Di antara makhluk ciptaan Tuhan, hanya manusia yang mampu menciptakan peradaban. Level inteligensi manusia melebihi mahkluk-mahkluk lainnya. Namun dengan kelebihan-kelebihan tersebut bukan berarti kita memiliki kebebasan mutlak dalam melakukan tindakan. Kita memiliki tanggung jawab. Kita memiliki pilihan-pilihan. Menjadi bagian dari gelap dan pekat. Atau menghadirkan cahaya.
Terakhir, saya kutipkan kata-kata mutiara dari Bunda Theresa, "daripada mengutuk kegelapan, jauh lebih baik jika kita menyalakan sebatang lilin." May peace be upon us.
Yogyakarta, 14 Oktober 2015.
_________________________________________________________________________
Tulisan ini berhasil meraih juara 1 blog competition yang diselenggarakan ICRC (Internasional Committe of the Red Cross). Ini tulisan kedua saya yang saya ikutsertakan di suatu kontes blogging. Pengumuman bisa dilihat di :
________________________________________________________________________
Referensi :
Website (Organisasi)
1. The Internasional committte of the Red Cros
2. ICRC Indonesia
3. Aksi Cepat Tanggap (ACT)
4. MER-C (Medical Emergency Rescue Comitte)
Media Online
1. Tempo.co -- Joserizal Jurnalis, Che Guevara Tanpa Senjata
2. Kompas.com -- Rumah Sakit Indonesia di Palestina Siap Beroperasi
3. Kompasiana.com -- Jalan Jihad Sang Dokter (dr. Joserizal Jurnalis)
4. Valuecard.com -- Mengenal Sosok Henry Dunant : Bapak Palang Merah Dunia
5. Siloka.com -- Pertempuran Solferino dan Titik Balik Dunant
6. Wikipedia.org -- Henry Dunant
7. Biografiku.com -- Biografi Henrry Dunant Pendiri Palang Merah Internasional
8. bbc.com/indonesia --- Mengapa orang-orang Rohingya melarikan diri dari Myanmar?
_________________________________________________________________________
![]() |
www.arrahmah.com |
Berkat MER-C dan dukungan berbagai pihak, lahirnya Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza Palestina. Rumah sakit tersebut memberikan perawatan khusus traumatologi dan rehabilitasi (penanganan pada pasien yang mengalami cidera akibat perang). Seperti dilansir dari tempo.co, rumah sakit tersebut dibangun pada tahun 2008, tetapi baru pada tahun 2015 ini siap dioperasikan.
Banyak sekali kisah-kisah mengharukan selama Bung Rizal menjalankan tugas dalam rangka misi kemanusiaan. Salah satunya kisah yang menyentuh hati saya adalah ketika beliau terpaksa harus mengampustasi tangan kanan Dominingus menggunakan gergaji kayu. Bayangkan gergaji kayu kawan! Tanpa anestesi sedikitpun. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1999 di Ambon. Dominingus, terkena sabetan parang yang cukup parah. Amputasi adalah jalan satu-satunya mengingat jika tidak ditangani dengan segera akan muncul infeksi dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Dengan keterbatasan perlengkapan medis, beliau menggunakan madu sebagai antibiotik.
Perjuangan Bung Rizal pun bukan tanpa risiko. Setiap saat bisa saja beliau bertaruh nyawa. Bahkan beliau trauma terhadap bunyi ketukan tiang listrik. Bunyi ketukan tiang listrik berarti isyarat akan adanya bahaya. Sekelompok orang datang menyerbu suatu wilayah dengan menggunakan parang dan menebas leher orang lain yang dianggap musuhnya. Peristiwa tersebut terjadi di Ambon tahun 1999 silam.
Bung Rizal dan kawan-kawan, perjuangan ini belumlah usai. Sebelum hari itu tiba, hari di mana malaikat datang menjemput. Teruslah berjuangan! Tetaplah bersemangat. Tuhan membersamai Kalian!
Mereka Yang Memilih Menjadi Cahaya
Memang perang dan konflik menyulut luka. Kita tidak bisa dengan serta merta menghentikan hal tersebut. Sebab di belahan bumi nun jauh di sana, ada sekelompok orang yang menginginkan adanya perang. Mereka bisa saja pemasok atau pemilik bisnis jual beli senjata. Mereka bisa saja kaum oportunis yang haus akan kekuasaan. Mereka bisa saja oknum-oknum tertentu yang telah lama mengincar aset atau sumber daya berharga suatu bangsa, seperti minyak bumi (Timur Tengah), berlian (Afrika), emas (Papua).
Namun jangan takut. Jangan diam. Kita tentu saja masih bisa mengupayakan suatu hal. Kita bisa memberikan donasi terbaik untuk saudara kita yang berada di daerah konflik atau bencana. Atau terjun langsung menjadi relawan kemanusiaan. Yang paling ringan yang bisa kita lakukan adalah berdoa untuk kebaikan. Berdoa dengan hati. Berdoa dengan penuh ketulusan.
Tuhan, sekarang saya mampu memahami makna tersirat dalam firmanMu itu. "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Engkau mengetahui bahwa tidak semuanya manusia jahat dan bengis. Bisa jadi itu hanyalah bentuk ujian. Engkau pun masih memberi kami kekayaan nurani dan hati untuk selalu menolong, peduli dan berbagi.
Saksikanlah kawan! dalam mata rantai kehidupan, manusia menduduki posisi tertinggi. Di antara makhluk ciptaan Tuhan, hanya manusia yang mampu menciptakan peradaban. Level inteligensi manusia melebihi mahkluk-mahkluk lainnya. Namun dengan kelebihan-kelebihan tersebut bukan berarti kita memiliki kebebasan mutlak dalam melakukan tindakan. Kita memiliki tanggung jawab. Kita memiliki pilihan-pilihan. Menjadi bagian dari gelap dan pekat. Atau menghadirkan cahaya.
Terakhir, saya kutipkan kata-kata mutiara dari Bunda Theresa, "daripada mengutuk kegelapan, jauh lebih baik jika kita menyalakan sebatang lilin." May peace be upon us.
Yogyakarta, 14 Oktober 2015.
_________________________________________________________________________
Tulisan ini berhasil meraih juara 1 blog competition yang diselenggarakan ICRC (Internasional Committe of the Red Cross). Ini tulisan kedua saya yang saya ikutsertakan di suatu kontes blogging. Pengumuman bisa dilihat di :
________________________________________________________________________
Referensi :
Website (Organisasi)
1. The Internasional committte of the Red Cros
2. ICRC Indonesia
3. Aksi Cepat Tanggap (ACT)
4. MER-C (Medical Emergency Rescue Comitte)
Media Online
1. Tempo.co -- Joserizal Jurnalis, Che Guevara Tanpa Senjata
2. Kompas.com -- Rumah Sakit Indonesia di Palestina Siap Beroperasi
3. Kompasiana.com -- Jalan Jihad Sang Dokter (dr. Joserizal Jurnalis)
4. Valuecard.com -- Mengenal Sosok Henry Dunant : Bapak Palang Merah Dunia
5. Siloka.com -- Pertempuran Solferino dan Titik Balik Dunant
6. Wikipedia.org -- Henry Dunant
7. Biografiku.com -- Biografi Henrry Dunant Pendiri Palang Merah Internasional
8. bbc.com/indonesia --- Mengapa orang-orang Rohingya melarikan diri dari Myanmar?
_________________________________________________________________________
Luar biasa. Patut diacungi jempol semangat orang2 hebat tersebut. Inspiratif.
BalasHapusIya saya juga mengacungi jempol orang-orangyang bekerja di bidang kemanusiaan. Semoga Allah melindungi dan memberikan banyak keberlimpahan dalam hidup mereka :)
HapusAmin Ya Robbal Alamin.
Bagus banget tulisannya Mba.. Saya merinding dan pengen nangis kalau ingat kaum Rohingya. Dan semoga semakin banyak orang-orang yang bermanfaat ya..aamiin
BalasHapusMakasih ya Arinta. Eh sesama Arinta :)
HapusSebagian yang saya tulis adalah pengalaman pribadi, sebagian lagi saya cari sumber referensi di internet.
Wah merinding saya pas ikut kajian di Masjid Mujahidin UNY, waktu tim ACT berbicara tentang Rohingya. Gak cuma Rohingya mbak yang patut kita doakan. Ada Somalia, Palestina, Suriah, dan masih banyak lagi. Semoga tulisan ini bisa menghadirkan inspirasi bagi kita semua :)
Eh baru nyadar, lho, ada 2 Mbak Arinta ternyata, saya pikir baca nama Arinta, adalah orang yang sama .... maaf :)
HapusHehehe Gpp kok Mak Mugniar. Memang nama kami sama2 Arinta :D
HapusSuper sekali! Aku bacanya seperti membaca novel.. Berat sekali mba, hehehe.. Jadi banyak tahu kalau madu juga bisa sebagai antibiotik. Bapak palang merah sedunia henri dunant yang menyerukan perdamaian. Dan kenapa manusia yang menjadi pemimpin di bumi ini. Aku juga pemburu takjil, karena suka banget ngeliat banyak takjil yang di jual sore sore, beli banyak. Ahasil mubazir juga ya.. Hhiikkss sedihnya.. Btw, 1 yang aku gak tau, history rohingya sehingga banyak manusia yang mengungsi yang katanya sampai ke aceh itu. Awal mula nya aku gak tau, dan gak paham beritanya..
BalasHapusSemoga bermanfaat tulisan ini. Saya menulis ini sebagai bahan renungan buat kita semua. Tentang dialog Tuhan dan Malaikat adalah pertanyaan dan pencarian saya tentang hakikat kehidupan.
HapusPengusiran etnis rohingya cukup panjang diceritakan... Ada oknum-oknum tertentu yg tidak menganggap mereka sebagai bagian dari warga Myanmar.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana anak-anak, orang dewasa dan orang tua terkatung-katung di tengah lautan :( no food, no money, no country.
Semoga Allah melindungi mereka. Amin.
Wah super sekali Mbak Tulisannya. Dalem sekali...
BalasHapusTiba-tiba aku jadi merenungkan banyak hal...
Terima kasih. Semoga menjadi inspirasi dan bahan renungan.
HapusSemoga kita yang diberi kenyamanan dan keamanan di negeri indonesia, semakin banyak bersyukur :)
Panjang sekaleee. Kaya buat cerpen. Berapa jam buat tulisan kayak gini?
BalasHapusHehehehe, inilah yang kusebut fiksi jurnalistik. Bukan berapa jam lagi Nurul. Saya buat tulisan ini hampir 3 hari :)
HapusMemang untuk menghasilkan tulisan yang baik memerlukan waktu yang tidak sedikit, kalau saya biasanya bikin satu artikel dari 6 jam sampe seharian penuh. :)
HapusOh 6 jam kah? boleh minta contoh tulisan Mas Jefri Dewangga? Tentunya saya sangat mengapresiasi
HapusSetiap kata-kata yang mengalir dalam sebuah tulisan. Bolehlah berbagi link blog di sini :)
Saya menulis lama karena saya memikirkan pilihan diksi yg akan saya tuliskan...
Saya juga mencari cukup banyak referensi...
Sebagian cerita di atas adalah pengalaman pribadi saat penggalangan dana untuk Rohingya :)
Jadi dapet banget feel-nya :)
Boleh ya kapan-kapan diajari buat tulisan model kayak gini....
BalasHapusOh tentu saja. Jangan lupa menulislah dengan hati :)
Hapussuka banget quote dr bunda theresa, daripada mengutuk ya lebih baik bergerak dengan kekuatan yg ada
BalasHapusYups tentu saja. Saya masukkan quote Bunda Theresa di sini mengingat perjuangan beliau juga demi misi kemanusiaan. Sifatnya penuh welas asih kepada sesama. Terima kasih Mbak Kania telah Mampir :)
HapusPertama saya ingin mengapresiasi tulisannya mbak, menurut saya tulisannya bagus banget, nggak terlalu berat juga sih, santai lah, terus juga cukup detail. Saya paling suka penggabungan beberapa cerita sehingga menjadi kesatuan itu loh mbak. :)
BalasHapusKedua berkomentar tentang kontennya, kalau saya dulu pernah ikut seminar yang diadain Bulan Sabit Merah Remaja, kebanyakan anggotanya adalah mahasiswa kedokteran unair. Menurut saya, organisasi kemanusiaan seperti ini memerlukan dukungan lebih untuk menjalankan aksinya, seperti kata mbak mereka yang memilih menjadi cahaya, menolong orang lain demi kemanusiaan, melestarikan ras manusia, meninggikan derajat manusia, memanusiakan manusia. :)
Saya pernah ikut magang content writing selama kurang lebih 3 bulan. Sang trainer pernah bilang kalau membuat konten tulisan online alangkah lebih baiknya pakai metode fiksi jurnalistik. Berbobot, ringan, sekaligus tidak kehilangan esensi.
HapusHmmm di Unair ada Bulan Sabit Merah ya, klo di kampus saya UNY, ada organisasi KSR (Korps Suka Rela), mirip PMI gitulah...Klo saya sendiri tahun 2013 aktif di BEM KM, saya ikut program relawan sosial... banyak kegiatan sosial dan leadership di sana soalnya :)
Saya menulis ini karena saya salut terhadap perjuangan para relawan kemanusiaan... Karakter yang melekat dalam diri mereka adalah semangat filantropi yang didukung altruisme (lawan egoisme) alias tidak mementingkan dirinya sendiri :)
Saya merasa trenyuh melihat rakyat jelata korban perang atau konflik :(
BalasHapus#Miris
Ya apalagi kalau saya lama2 mencermati gambar yg saya posting. Itu tuh gambar paling atas, seorang bapak-bapak pakai baju merah, sedang menangkupkan telapak tangan sembari menangis... tiba-tiba saya tersentuh... saya jadi merasakan apa yang bapak itu rasakan. Di atas kapal. Terombang-ambing dalam ketakutan dan tanpa kejelasan masa depan... :(
HapusGak hanya konflik rohingya, tapi di manapun konflik itu berada, pasti orang-orang kecil dan tidak tau apa-apa turut menjadi korban...
#Sedih :(
Saya tidak bisa membayangkan kehidupan macam itu...terusir dari negerinya...
BalasHapusSaya juga bisa merasakan bagaimana hidup stateless, seakan-akan tak memiliki tanah kelahiran...juga tak memiliki pekerjaan dan jaminan dan hidup dari bantuan sukarela...Semoga ini menjadi bahan renungan buat kita semua untuk selalu bersyukur...Klo ada rejeki lebih, bolehlah didonasikan untuk mereka...paling enggak itu meringankan beban mereka...
HapusSaya orang yang baru bisa membantu do'a. Semoga sukses lombanya, ya ...
BalasHapusMakasih Mbak Khulatl Mubarokah, kirimkan juga doa untuk mereka yang saat ini berada di daerah rawan konflik dan bencana. Bismilah, terima kasih :)
HapusNgiri berat sama mereka.... semoga Allah beri kita kesempatan "Berbuat" dengan cara yang lain yaaa...
BalasHapusJalan kebaikan itu banyak kok mbak Mutia. Berikan kontribusi terbaik untuk saudara/tetangga kita yg membutuhkan juga insya allah berkah. Apapun itu jenis kebaikan, Tuhan sealu membersamai kita.
HapusAku dulu jg anggota pmr pas sma
BalasHapusKo saya enggak jadi aktivis apapun pas jaman SMA hahaha, maklum anak rumahan nan cupu.
HapusBaru aktif jadi organisator pas kuliah :)
Ahhh, jadi ngerasa ga berguna, sebagai sesama ga bisa apa apa :(
BalasHapusJangan gitu Mas. Setiap orang memiliki peranannya masing-masing kok. Berikan kontribusi terbaik yang bisa Mas Fahri lakukan untuk lingkungan dan sesama. Itu saja sudah cukup :)
HapusAku juga kemarin2 ini ikut seminarnya ACT utk kesiagaan menghadapi bencana, mak :)
BalasHapusDan ya, para relawan itu bak malaikat yang sengaja dikirim untuk membantu yang sedang kesusahan. Salut
Iya Mbak Ptu Ayu, rata-rata para relawan untuk aksi sosial dan kemanusiaan memang seperti itu. Saya cerita sedikit, waktu erupsi kelud dan merapi beberapa waktu silam banyak mahasiswa di jogja (seperti UNY, UGM, UNI SUKA dll) melalui organisasinya (misal BEM) melakukan aksi penggalangan dana. ACT juga cepat tanggap :)
HapusSaya juga salut atas kinerja, dedikasi, dan ketulusan mereka. Semoga berkah :D
Orang orang hebat yang dibimbing oleh hati mereka. Makasih udah menyuguhkan bacaan yang menambah pengetahuan ya Mba.
BalasHapusIya mbak Akarui, sama-sama :)
BalasHapusSemoga saya bisa konsisten menulis konten-konten bermanfaat
terima kasih sudah mampir. Salam kenal :D
saya salut dengan mereka yang bergerak di bidang itu :)
BalasHapusIya mbak sama. Saya juga :)
HapusBerapa bersyukur keadaan kita lebih baik dari mereka yg kurang beruntung, pun salut kepada org2 yang berhati emas.
BalasHapus^_^
HapusBerapa bersyukur keadaan kita lebih baik dari mereka yg kurang beruntung, pun salut kepada org2 yang berhati emas.
BalasHapusAlhamdulilah. Teruslah bersyukur Mbak Ratu SYA. Semoga mereka yang berjuang demi kebaikan diber kelimpahan rejeki dan kesehatan.Amin :)
HapusMba, malam2 saya baca ini sedih banget..semoga Tuhan selalu memberkahi orang2 yang memilih menjadi cahaya ini ...aamiin
BalasHapusIya Mbak Qhacan, semoga Allah melimpahi orang=rang yang bergerak di jalanNya. Jalan Cahaya. Dan doa itu untuk kita semua. Amin ya robbal alamin.
HapusUntung di dunia ini ada manusia-manusia pengabdian kemanusiaan dan berjiwa sosial ya Jeng
BalasHapusTerima kasih artikelnya yang menarik
Salam hangat dari Jombang
Wah saya senang sekali blog saya dihampiri seorang blogger senior Pak Abdul Cholik dari Jombang.
HapusSemoga tulisan ini bisa bermanfaat, membuat kita bersyukur, serta mau berbagi untuk sesama.
Salam hangat dari Jogja Pak!!!
Sedih juga ya mbak melihat perjuangan extra mereka untuk mendapatkan kehidupan yang layak :-( Semoga kedepan semakin banyak yang peduli dengan sesama..
BalasHapusbtw, kunjungan perdana mbak salam kenal ya :-)
monggo mampir ke Blog ane mbak..
Bismillah. Semoga banyak pula mereka yang peduli dan berjuang di jalanNya. Jalan kebaikan.
HapusWah terima kasih kunjungannya Mas Eksa Studio :)
Eniwey darimana tahu blog ini?
Salam kenal juga :-)
oke saya mmpir
Hehehe. Tau dari G+ mbak. Disana sanya punya temen dan temen saya punya temen dan temennya temen saya punya temen, Ketemulah blog ini :D
HapusJadi kalau pas nganggur sering iseng buka buka gitu, kalau ada yg share blognya langsung ane kunjungi sekalian blogwalking + nambah temen. Hehehe
hahaha panjang amat ceritanya...
BalasHapusYa uda saya tambahkan Mas Eksa dalam lingkaran G+ saya.
Ini diikutkanlomba ya?
BalasHapusIsinya inspiratf. Moga menang ya Mbak :)
Amin. Makasih Mbak Mugniar :D
HapusTulisannya lengkap, detail, keren deh
BalasHapusSemoga Allah SWT melindungi para pejuang kemanusiaan, dan yang menuliskannya pun diberi keberkahan dan pahala, Amin...
Amin. Mbak Iriani. Makasih :)
HapusSangat inspiratif mba,,,, merinding juga melihat kondisi masyarakat Rohingya. Semoga mereka diberi kekuatan...
BalasHapussalam mba..
www.bangmisno.web.id
Amin. Makasih Mas Ahmad sudah mampir ke blog saya. Nanti klo luang saya BW deh :D
HapusHuaahhh selamat ya mbak :)) Juara 1 dan ini temanya berat sekali T_T salut sangattt
BalasHapusIya Mbak. Tema ini memang cukup berat. Bagaimana menulis dengan tema kemanusiaan dan agama :)
HapusTerima kasih sudah mampir ke blog saya :D
Selamaaaat Arin .. sudah menang. Sukses terus yaaa :)
BalasHapusAmin, makasih Mak Mugniar :)
HapusMakasih banyak ya Fanizar Helmi telah mampir ke blogku. AMINNNNN :D
BalasHapusArtikelnya memang luar biasa sehingga pantas jadi pemenang pertama, sekali lagi selamat!
BalasHapusMakasih Mbak Anjar Sundari :D
HapusTulisanmu berbicara. Berasa banget di hati... Saya berharap bisa menjadi bagian dari orang2 yang menghadirkan cahaya. :)
BalasHapusQuote terakhir itu quote favorit sayaa banget :D
Amin, semoga Mbak Anis bsa menjadi bagian dari orang2 yang menghadirkan cahaya.
HapusItu juga quote favorit saya :D
SubhanaAllah semoga kita menjadi manusia manusia yang peka dan ringan untuk membantu manusia yang mengalami kesusahan apalagi saudara seiman
BalasHapusJazakillah kak tulisan nya, salam Peduli Kemanusiaan
Aksi Cepat Tanggap ACT dan MRI selalu menjunjung tujuan lembaga untuk mangajak aksi kepedulian sosial baik di dalam negeri dan luar negeri, bantu mereka yang terkena musibah bencana, korban perang dan orang-orang miskin
BalasHapusSaya merinding bacanya. Kualitas tulisan pemenang lomba memang Mbak. Salut!
BalasHapusselamat mbak, semoga saya bisa belajar
BalasHapus