Jadi
saya punya satu pertanyaan buat kamu. Iya kamu yang sedang membaca
tulisan saya ini. Sudah berapa lama kamu menggunakan media sosialmu?
Lima tahun. Enam Tahun. Atau baru kemarin bikin akun sosmed? Apakah
kamu menggunakan media sosialmu untuk sesuatu yang bermanfaat. Misal
nih, buat jualan online, personal branding, berbagi inspirasi
melalui tulisan dan pemikiranmu, menambah jaringan pertemanan, atau
mencari jodoh. Eh kalau yang terakhir beneran ada lho. Bertemu jodoh via
media sosial.
Dua orang pria di lingkaran facebook saya bercerita bahwa mereka menemukan tambatan hatinya melalui facebook. Kedua pria tersebut sudah menikah dan bahagia dengan pasangannya masing-masing. Baiklah saya akan bercerita sedikit. Pria pertama, namanya Fahmy Arafat. Fahmy orang Medan, sedangkan istrinya Rina kelahiran kota batik, Pekalongan. Sungguhpun jarak antarpulau tidak menjadikan hambatan bagi dua insan tersebut untuk mengenal satu sama lain. Pria selanjutnya bernama Arif RH. Istrinya bernama Zakiyah. Sebelum mengikat janji suci pernikahan, Arif dan Zaki kerap ngobrol melalui jejaring sosial facebook. Ini kasus yang menarik.
Fokus ke pembahasan awal mengenai media sosial. Sungguh luar biasa peranan media sosial. Mempertemukan orang-orang lintas negara. Lintas bahasa. Lintas agama. Lintas budaya. Media sosial mampu merekatkan. Mendekatkan. Menghubungkan. Media sosial merupakan berkah bagi keberagaman. Sudah selayaknya kita berterima kasih kepada para inovator dan kreator social technology sehingga kita bisa saling sapa di ranah maya.
Media sosial platformnya banyak sekarang. Mulai dari jejaring sosial (facebook, dan Google plus), blog (blogspot, wordpress, blogdetik, kompasiana), forum (kaskus), microblogging (twitter), sharing content video dan foto (youtube, dan instagram), instant messenger (WA, BBM, dan Line). Selain Kaskus, media sosial garapan anak negeri juga ada, semisal kreavi.com (founder: Benny Fajarai), inspirasi.co (founder : Fahd pahdepie), dan Sebangsa (founder : Enda Nasution).
Dua orang pria di lingkaran facebook saya bercerita bahwa mereka menemukan tambatan hatinya melalui facebook. Kedua pria tersebut sudah menikah dan bahagia dengan pasangannya masing-masing. Baiklah saya akan bercerita sedikit. Pria pertama, namanya Fahmy Arafat. Fahmy orang Medan, sedangkan istrinya Rina kelahiran kota batik, Pekalongan. Sungguhpun jarak antarpulau tidak menjadikan hambatan bagi dua insan tersebut untuk mengenal satu sama lain. Pria selanjutnya bernama Arif RH. Istrinya bernama Zakiyah. Sebelum mengikat janji suci pernikahan, Arif dan Zaki kerap ngobrol melalui jejaring sosial facebook. Ini kasus yang menarik.
Fokus ke pembahasan awal mengenai media sosial. Sungguh luar biasa peranan media sosial. Mempertemukan orang-orang lintas negara. Lintas bahasa. Lintas agama. Lintas budaya. Media sosial mampu merekatkan. Mendekatkan. Menghubungkan. Media sosial merupakan berkah bagi keberagaman. Sudah selayaknya kita berterima kasih kepada para inovator dan kreator social technology sehingga kita bisa saling sapa di ranah maya.
Media sosial platformnya banyak sekarang. Mulai dari jejaring sosial (facebook, dan Google plus), blog (blogspot, wordpress, blogdetik, kompasiana), forum (kaskus), microblogging (twitter), sharing content video dan foto (youtube, dan instagram), instant messenger (WA, BBM, dan Line). Selain Kaskus, media sosial garapan anak negeri juga ada, semisal kreavi.com (founder: Benny Fajarai), inspirasi.co (founder : Fahd pahdepie), dan Sebangsa (founder : Enda Nasution).
Quote yang menarik. Diambil dari buku Cakap Bermedia Sosial. Dokumentasi : @ArintaSetia |
Terkadang di media sosial mudah dijumpai berita-berita palsu (hoax),
berita berisi fitnah dan kecaman yang mendiskreditkan kelompok tertentu,
hingga penggiringan opini yang memecah belah (negative framing).
Anehnya yang model begini malah justru berpotensi viral. Apalagi kalau
berita tersebut dibumbui isu SARA dan politik. Hati-hati, hal-hal
semacam ini bisa menyebabkan musibah bagi keberagaman dan toleransi.
Para penulis berita hoax dan provokatif tersebut memanfaatkan psikologi ketakutan dan kebencian para pembacanya. Apalagi jika ditambahi sedikit dalil sains dan agama. Emosi pembaca diaduk-aduk. Tak pelak banyak orang yang kasih jempol dan berbagi isu provokatif yang tidak dapat dipastikan kebenarannya tersebut.
Saya kira edukasi mengenai cakap bermedia sosial mutlak dipermulakan. Cakap Bermedia sosial berarti cerdas dan bijak ketika berkomentar, menulis status, dan berbagi konten di media sosial.
Para penulis berita hoax dan provokatif tersebut memanfaatkan psikologi ketakutan dan kebencian para pembacanya. Apalagi jika ditambahi sedikit dalil sains dan agama. Emosi pembaca diaduk-aduk. Tak pelak banyak orang yang kasih jempol dan berbagi isu provokatif yang tidak dapat dipastikan kebenarannya tersebut.
Saya kira edukasi mengenai cakap bermedia sosial mutlak dipermulakan. Cakap Bermedia sosial berarti cerdas dan bijak ketika berkomentar, menulis status, dan berbagi konten di media sosial.
Saya mewanti-wanti diri saya sendiri agar berhati-hati ketika berbagi atau berkomentar via medsos. Saya cukup cermat untuk tidak berbagi hal-hal yang sekiranya menimbulkan konflik. Sebab lingkaran pertemanan saya terdiri dari berbagai kalangan. Lintas agama. Lintas profesi. Saya memanfaatkan media sosial untuk belajar melalui grup diskusi yang saya minati, berkarya dan juga berbagi konten positif.
Media sosial bisa menjadi berkah? Tentu hal tersebut tak bisa dipungkiri lagi. Menjadi berkah artinya media sosial memiliki dampak signifikan (positif dan bermanfaat) bagi penggunanya. Seperti misalnya bagi Luthfi. Berkat media sosial, Mahasiswa jurusan akuntansi UNS Surakarta tersebut kini sedang menggalang aksi patungan online untuk membeli paket buku anak-anak SD Widuri, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Dua bulan lalu, tepatnya 15 April 2016 Luthfi dan rekan mendapat kesempatan melakukan survey penelitian (KKN) terkait masalah lingkungan dan juga pendidikan di Wakatobi. Ternyata akses kesehatan di sana kurang memadai. Pernah suatu ketika ada warga yang kakinya patah karena kejatuhan kayu, akan tetapi tidak ada pertolongan pertama gawat darurat. Rumah sakit pun jaraknya cukup jauh dari lokasi mereka KKN. Pada akhirnya warga tersebut dibawa ke sebuah daerah bernama Wangi-Wangi tanpa menjalani prosedur pertolongan pertama gawat darurat.
Di bidang pendidikan, akses terhadap perbukuan masih sangat terbatas. Hal tersebut terlihat dari antusiasme ketika Luthfi dan rekan-rekannya menyempatkan bermain bersama anak-anak. Salah satu rekan Luthfi mengeluarkan buku IPA. Terlihat rasa penasaran dan semangat menggebu dari bening mata kecil anak-anak tersebut. Ketika Lutfi bertanya apakah di sekolah tidak ada buku seperti itu, salah satu anak menjawab bahwasanya jumlah buku yang ada sangat sedikit. Karena keterbatasan ekonomi pula, orangtua mereka tidak mampu membeli buku dan juga seragam. Jawaban polos anak-anak tersebut menyentuh hati Luthfi dan rekan.
Maka dari itu, Luthfi dan rekan merencanakan dengan matang program apa saja yang cocok diterapkan dan mampu memberdayakan sumber daya setempat. Di bidang kesehatan mereka mengadakan program penyuluhan pola hidup bersih dan sehat serta pertolongan pertama gawat darurat. Di bidang pemberdayaan akan ada program Rumah Hidroponik. Di bidang pendidikan akan ada program Rumah Baca Widuri, paket buku dan seragam untuk anak-anak. Karena anggaran yang ada belum mencukupi makanya Luthfi dan rekan melakukan penggalangan dana online melalui media sosial dan platform kitabisa.com. Donasi yang terkumpul sudah mencapai 55% dari target Rp 5.000.000.
Saya menaruh simpati terhadap mereka yang rela merogoh kantongnya untuk membantu saudaranya melalui donasi online. Membantu korban tanah longsor, banjir, konflik, dan sebagainya. Dari sinilah muncul rasa empati dan kemanusiaan.
Pernah melihat eksperimen sosial tentang seorang driver gojek yang dengan tulus mengantarkan penumpangnya meski sang penumpang mengaku tidak memiliki uang? Padahal penumpang tersebut dan tim sedang menguji ketulusan sang driver. Tahu apa yang dikatakan sang driver ketika mengetahui bahwa semua itu adalah eksperimen sosial? Sembari meneteskan air mata sang driver berkata bahwa dia pernah dikecewakan calon penumpang. Padahal dia sudah datang ke lokasi sesuai kesepakatan, tetapi ketika tiba di lokasi mendadak order dibatalkan oleh calon penumpang. Meskipun pernah kecewa, sang driver berupaya menolong siapa saja yang membutuhkan bantuan, walau itu berupa tumpangan gratis. Saya menyaksikan tayangan tersebut via facebook. Saya sangat tersentuh dengan ketulusan sang driver.
Sungguh media sosial membuka mata, bahwa masih ada kebaikan dan ketulusan nyata di sekitar kita. May peace be upon us.
Iya betul, kakak.
BalasHapusKita harus bisa menyaring, dan menghindar dari segala hal yang berbau pro-kontra. Ribet ya. Daripada gitu mending maen panco ama Ade Ray.
Duh aku pernah juga cancel orderan karena salah pesan. Harusnya motor malah Mobil. Padahal jaraknya deket banget & mobilnya lama datengnya. Ya kuganti motor. Motor jalan, mobilnya sampe. Kasian sih tapi apa boleh buat. Aku mau buru2 sedangkan mobilnya lama datangnya.
BalasHapusMedsos memang seperti pisau ya. Bijak2nya kita memakainya aja. 😊
BalasHapusDulu saya gunakan medsos untuk nambah teman, curhat nggak jelas, dikit-dikit posting foto, dengan bertambah usia dan berkurangnya kealayan... saya merasa medsos itu makin banyak manfaatnya, selain untuk sharing pengetahuan, berteman dengan komunitas-komunitas membuat jarak antar pulau itu jadi semakin dekat, tapi tetap harus pinta2 ya menggunakannya :)
BalasHapusTapi orang orang jahil lebih berkuasa dan lebih dominan main media sosial. Sehingga berita hoax dan kebencian merajalela. Banyak pengguna baru yang tergoda dan termakan isu hoax tersebut.
BalasHapusAku sudah malang melintang di medsos, rasanya sudah kenyang,
Medsos emang keren, bagaikan dua mata pisau.
BalasHapusLumayan lama sih pake sosmed cuma gini aja cuma biasa kurang apdete soale.
Kadang barita yang gak jelas malah yang pada dibahas.
Salut sama yang buat sosmed sama yang bisa ngubrak abrik juga. Hahaaa
Yes, kita harus bijak dalam menggunakan media sosial karena dampaknya sangat tidak terduga.
BalasHapusGunakan media sosial secara bijak. Media sosial bsa menjadi berkah bagi keberagaman :D
BalasHapussetiap sosmed memiliki berkah dan musibah masing2 sih kak menurutku. tergantung kita sendiri bagaimana yang menyikapinya dan bisa membuat sosmed ntu berkah atau musibah
BalasHapusKalau menurut saya sih mbak tidak apa apa menggunakan social media untuk dijadikan sebagai curhat atau yang lainnya, asalkan dipergunkannya yang baik dan sesuai aturan menurut agamanya masing masing.
BalasHapusHebat nih kata-katanya "Media sosial bagaikan pisau bermata dua" .tapi ada bener nya juga sih mba kalau media sosial di arahkan ke hal positif nya pasti akan membuahkan hasil yang positif pula. seperti itu tuh siapa mba yang menemukan tambatan hati nya di akun jejaring sosial facebook :)
BalasHapusSetuju banget. Kalau bisa mendapatkan banyak manfaat positif dan berbuat banyak kebaikan dengan medsos, kenapa harus menggunakan medsos untuk menebar kebencian, kan? :)
BalasHapusSelamat yaa?Terpilih jadi 5 terbaik..
BalasHapusBenar. Aku setuju kalau medsos digunakan untuk hal yang baik, maka hasilnya pun akan baik. Daripada medsos hanyan digunakan untuk memprovokasi, lebih baik diolah agar bisa jadi berkah
BalasHapus