Kasak-kusuk mulai terdengar. Ini tentang persiapan menyambut Gerhana Matahari Total (GMT) yang jatuh pada tanggal 9 Maret 2016. Peristiwa langka yang layak diabadikan. Indonesia adalah titik sorot itu. Semua mata tertuju padanya.
Kasak-kusuk itu bergema bahkan jauh-jauh hari sebelum tanggal 9 Maret. Beberapa media pun banyak yang mulai posting berita tentang gerhana matahari. Blogdetik bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata mengundang para blogger, vlogger (video blogger) dan juga fotografer untuk berpartisipasi dalam Laskar Gerhana Matahari. Ini adalah kesempatan langka di mana mereka yang terpilih diberi kesempatan untuk mengabadikan momen tersebut dalam bentuk tulisan, foto, dan video di titik yang dilalui gerhana matahari total.
Bom waktu meledak di suatu pagi bertanggal 9 Maret. Linimasa media sosial seperti facebook dan twitter ramai membicarakan si gerhana. Belum lagi media online dan offline. Ramai sekali seperti pasar. Percakapan yang tiada surut. Banjir ciutan dengan tagar #GMT atau #WonderfulEclipse menggema di mana-mana.
Saya pun mendapat kiriman foto-foto dari kawan kuliah yang kini telah balik ke Palembang. Diah Ayu Wanaputri nama kawan tersebut. Diah mendokumentasikan peristiwa tersebut dalam bentuk foto dan video. Berikut video berdurasi 57 detik beserta foto-foto yang diambil di Jalan Prabumulih, Palembang. Terima kasih Diah tas kirimannya.
#WonderfulEclipse di Palembang. Credit : Diah Ayu Wanaputri |
#WonderfulEclipse di Palembang. Credit : Diah Ayu Wanaputri |
Awan pekat dan asap pabrik menghalangi pandangan. Credit : molsumsel.com |
Mitos tersebut terdengar mengada-ngada dan tidak berdasar. Cerita yang diturunkan dari mulut ke mulut oleh orangtua terdahulu. Kini hal-hal semacam itu saya anggap sebagai semacam folklore. Bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang bisa dinikmati dalam bentuk dongeng dalam suguhan cerita rakyat nusantara.
Ibu saya menambahkan, kalau terjadi peristiwa gerhana matahari lebih baik tinggal di rumah saja. Tak perlu bermain keluar. Nanti anak-anak diculik Sang Bathara untuk dijadikan santapan. Ada-ada saja. Saya tertawa geli ketika mengenang hal tersebut.
Oh ya satu hal lagi, jangan menonton langsung gerhana matahari dengan mata telanjang, nanti bisa buta. Lebih baik berdiam di rumah bersama keluarga sembari menyaksikan siaran langsung gerhana matahari melalui TVRI. Pungkas ibu saya.
Zaman berubah. Di era digital ini, jika kita tak sempat menonton siaran langsung melalui televisi, kita bisa menyaksikan live streaming gerhana matahari melalui internet. Bisa diunduh dan disimpan lagi.
Gerhana matahari terjadi saat matahari, bulan, dan bumi dalam posisi sejajar. Untuk menyaksikan bagaimana berlangsungnya proses gerhana matahari, kita memerlukan kacamata dengan filter khusus (solar filter) atau bisa juga melalui kamera lubang jarum. Jika kita memaksa menyaksikan dengan mata telanjang, risikonya adalah retina mata kita akan rusak dan itu berbahaya. Bahkan kamera, teleskop, teropong pun kudu diberi filter tersebut supaya tidak merusak sensornya.
Teleskop dan kamera sudah diberi filter khusus matahari (solar filter). Credit : fujix-forum.com |
Teleskop dan kamera sudah diberi filter khusus matahari (solar filter). Credit : fujix-forum.com |
Para ilmuwan pun tertarik mengamati fenomena ini. Bukan hanya mereka yang memiliki latar belakang astronomi dan fisika. Tetapi juga ada sekelompok peneliti dari LIPI yang mengamati bagaimana perilaku hewan tertentu saat berlangsungnya gerhana matahari. Apakah hewan-hewan yang menjadi objek penelitian menunjukkan perilaku abnormal atau tidak. Kecenderungan perubahan perilaku ini kerap terjadi pada hewan nokturnal (aktif dan mencari makan pada malam hari) dan diurnal (aktif dan mencari makan pada siang hari). Hewan yang terbiasa aktif di siang hari menjelang gerhana matahari total lebih banyak diam dan mengurangi aktivitasnya seolah-olah malam menjelang. Begitupun sebaliknya.
Seperti yang dilansir dari nationalgeographic.co.id, para peneliti LIPI dari Pusat Penelitian Biologi menemukan beberapa perilaku tidak biasa pada beberapa hewan. Hewan-hewan yang berperilaku tidak biasa tersebut seperti terkena tipuan malam meski hanya sejenak. Hewan-hewan tertentu memang sangat sensitif terhadap intensitas cahaya matahari, contohnya babi, kukang dan beberapa jenis burung.
Dari sisi sains saja momen gerhana matahari sudah sangat menarik. Bagaimana dengan sisi yang lain. Sosial, budaya, dan ekonomi misalnya? Untuk menarik sejumlah pengunjung beberapa wilayah yang menjadi jalur gerhana menyajikan atraksi dan festival budaya. Selain sholat gerhana tentunya. Misal nih, di Palembang ada Ruwatan Bumi Sriwijaya dan Ritual Sambut Tuah Sungai yang diikuti wisata kuliner dan lomba foto internasional wonderful GMT. Untuk menyambut para pemburu gerhana di Ternate, Sultan Tidore Husain Syah menggelar Ritual Dolo-Dolo. Festival budaya yang digelar dimaksud untuk mempromosikan potensi wisata Maluku Utara. Di Poso ada festival Kawaninya. Tentu saja di setiap daerah memiliki atraksi dan festival budaya yang berbeda-beda. Tak dapat dipungkiri karena euforia gerhana matahari tersebut, arus uang masuk di sektor pariwisata mengalami kenaikan signifikan.
Bagaimana kondisi di Yogyakarta tempat saya tinggal? Meski hanya mengalami gerhana matahari sebagian, ratusan orang menyemut memada Tugu dan Malioboro. Perhatikan video berikut yang diambil dari sebuah drone. Thank to overloops.com for this cool video!
Semua mata tertuju pada momen #WonderfulEclipse. Tak peduli apa latar belakang dan tingkat pendidikan mereka. Mau ilmuwan, wartawan, pelajar, fotografer, budayawan, rohaniawan, wisatawan, hingga masyarakat umum. Mereka berkumpul sembari mengabadikan GMT dalam foto, video, tulisan, maupun cuitan di media sosial. Piye Mak, penak jamanku tho?
Barangkali saya dan mereka harus bersabar menunggu puluhan hingga ratusan purnama lagi demi mengabadikan #WonderfulEclipse.
Jangan lupa di penghujung 2019 gerhana matahari cincin akan melewati bumi nusantara. And i will wait and prepare for it!!!
Antusiasme warga menyaksikan gerhana matahari sebagian di alun-alun utara. Kredit : Jogja Astro Club |
Jaman dulu masyarakat menabuh kenthongan mbak katanya, biar si butho cepat kabur. Klo di kota...mungkin pada heboh ya...cari venue terbaik untuk menikmati gerhana. Kalo pada masyarakat pedesaan, tak liat ga ada perubahan signifikan mb..pagi itu mereka berbondong2 ke masjid...untuk sholat gerhana. Mungkin pemikiran mereka lebih sederhana ya..jadi mereka memandang GMT, gerhana bulan...sekedar fenomena alam. Cuma bedanya...sekarang mereka tak lagi ketakutan. Kalo yang 83..kata bapak...bener2 masyarakat pada takut terkena sinar matahari. Propaganda pemerintah kala itu katanya bisa mbuat buta.
BalasHapusPas GMT..pengennya aku ke tugu,tapi ndilalah nggak punya kacamata...yo sudah..akhirnya ngintip matahari dari kaca ruang tamu mb :-) mau siap2 ikut ke masjid...si kecil belum bangun..hi..hi
Iya Mbak di kota malah ramai. Cari spot yang menarik buat dokumentasi.
HapusSayang banget yah... fenomena thn 1983 itu. Klo Kemenpar sekarang kreatif. Fenomena langka seperti ini dijadikan ajang menggelorakan dunia pariwisata Indonesia :)
Aku walaupun ngga lihat secara langsung, tp merinding juga pas di pagi itu suasana jd seperti mendung, padahal sebelumnya terang. Solo memang hanya dilewati gerhana sebagian..tapi aku merinding. Merindiiing banget sampe aku ndremimil berdo'a. Sayangnya aku ga bisa ikut shalat karena Aga blm bisa diajak.
BalasHapusJogja juga dilewati gerhana sebagian.
HapusTugu gila ramai banget.
Sebagian masyarakat melaksanakan sholat gerhana :)
Merinding? Hihihi mungkin karena gelap gitu ya mbak? ehehe
Wahh,,, bagus mbak.
BalasHapusHihiii, pas gerhana ini aku baru turun banget dari Bus. Baru bentar beres- beres minggirin barang bawaan trus gelap total. Antara kaget dan takjub. Karena perjalanan sehari semalam di Bus daari Bandung ke Indralaya, Palembang aku jadi agak "oleng" ngirain gerhananya udah kelar. Hihii...
Sayang, ga ikut sholat karena di perjalanan. Ini Putri yg punya video ini lagi otw dari rumah ke Indralaya mau jemput aku ceritanya :)
Thanks for documenting :)
Makasih Mbak ALma sudah mampir.
HapusFenomena yang menarik ya khususnya di Palembang. Soalnya gerhana matahari total. Beda klo di sini (jogja). Gerhananya matahari sebagian.
Seharusnya aku ucapin makasih sama Diah karena mendokomentasikan dan mengirim ini ke surel saya :)
Ternyata masing masing daerah punya ritual khusus ya rin buat nyambut fenomena langka ini
BalasHapusJujur kecil aku malh ga ngalamin folkrore dari orang tua dan sesepuh, tapi yang lebih kutangkap adalah klo ngliatin pasti buta, padahal bisa diakalin pake kaca mata ya
Aku klo ngeliat fenomena langit suka merinding sendiri, antara takut, kagum, gitu
Takut abis gelap ga balik lagi, terus keinget kiamat huhu
foto-fotonya cakep.... gerhana indah ya..
BalasHapusWah saya juga pasti mbak gak ketinggalan nih tapi lihatnya pas setelah sholat jadi gak full deh lihatnya.
BalasHapusDi Kendal kena sebagian sih mbak waktu itu, mau motret juga tapi gak punya alat tempurnya. Hehehe
BalasHapussungguh besar ciptaan allah, tapi sayang ga bisa liat
BalasHapusBaru bisa Muncul, sebelumnya selamat hari kartini :), fenomena gerhana matahari yang unik ini banyak yang mengabadikan, unik sekaligus berbahaya bila salah dalam menyikapinya.
BalasHapus