(BATIK STORY 1) MEMORI MASA SEKOLAH
Kota Batik di Pekalongan
Bukan Jogja, bukan Solo
...
Negeri kaya di Tanah Papua
Bukan Palembang, Bukan Jakarta
Pernah dengar lagu ini sebelumnya gaes? Liriknya asing enggak menurutmu? Yups lagu tersebut pernah populer di tahun 2005-2006 dan dibawakan oleh grup musik Slank. Judul lagu tersebut adalah SBY. Weits bukan Susilo Bambang Yudhoyono, melainkan Social Betawi Yoi. Sori ini lagu jadul. Namun, generasi tahun 90-an atau 80-an pasti tahu deh lagu ini.
Saya sendiri waktu SMP suka sekali menyanyikan lagu ini. Maklum ada rasa kebanggaan tersendiri ketika menyanyikan lagu tersebut. Entah kenapa. Mungkin karena saya lahir dan dibesarkan di Pekalongan. Belasan tahun saya tumbuh dan belajar di kota ini, dari TK hingga SMA. Ah entahlah. Pokoknya saya suka saja.
Pekalongan disebut Kota Batik? Tak salah memang. BATIK sendiri kepanjangan dari Bersih, Aman, Tertib, Indah, dan Komunikatif. Selain itu, kota kami memang memiliki beragam jenis batik dengan berbagai warna, corak dan motif. Mulai dari batik tulis hingga batik printing. Ciri khas batik daerah kami adalah memiliki warna-warna yang ngejreng dan mencolok, seperti ungu, merah, biru, dan kuning. Ini sangat berbeda jika kamu membandingkannya dengan batik khas Surakarta atau Yogyakarta, warnanya cenderung cokelat, hitam, putih, dan ada sentuhan klasik. Corak batik khas Pekalongan biasanya berupa hewan atau tumbuhan dan berukuran besar.
![]() |
Corak khas Batik Pekalongan Sumber gambar www.citosmagz.com. |
Adakalanya kami memakai seragam batik di hari tertentu. Waktu SMA saya memakai seragam batik di hari Rabu dan Kamis. Bukan hanya sekolah saya saja yang menerapkan peraturan semacam itu. Sekolah-sekolah lain di wilayah Pekalongan pun melakukan hal yang sama.
Saat SMP pun saya mendapat mata pelajaran khusus (muatan lokal) mengenai seni membatik (batik tulis). Saya ingat, pada waktu itu saya membuat motif burung merak. Yah, saya memang mempunyai minat yang cukup tinggi terhadap seni rupa, jadi saya pikir mata pelajaran ini sangat menyenangkan. Sama sekali tidak membosankan. Selain membuat motif, saya juga belajar memegang canting dengan benar. Mengatur volume api dari kompor batik (agar malam tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair). Merendam kain batik yang sudah jadi dengan air mendidih (agar lapisan malamnya meleleh). Menjemur kain tersebut hingga kering. Saya akui memang cukup rumit proses pembuatan batik tulis. Maka saya memaklumi ketika batik tulis dihargai sangat tinggi jika dibandingkan batik cap atau printing. Harga satu buah batik tulis bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Di sepanjang Jalur Pantura (Pantai Utara) Pekalongan, kamu bisa menemui sentra-sentra industri kreatif batik jika kamu mau singgah barang sebentar. Salah satu yang terkenal adalah Grosir Batik Setono. Pernah mendengarnya sebelumnya? Nah selain Grosir Batik Setono, kamu juga bisa mengunjungi International Batik Center (IBC) yang ada di Wiradesa. Lokasi IBC cukup dekat dengan SMA saya. Kalau kamu mau cari batik dengan harga terjangkau dan bisa ditawar datanglah ke Grosir Batik Setono. Namun, kalau bujet belanjamu berlebih dan kamu mau cari batik dengan kualitas premium mampir saja ke IBC.
![]() |
International Batik Center via Google Map |
________________________________________________________________________________
(BATIK STORY 2) MEMORI MASA KULIAH
UNY, Yogyakarta, 2013.
Apa yang kamu kerjakan di masa-masa aktif kuliah? Kalau saya selain organisasi, saya pernah jualan boneka. Saya enggak sendiri. Saya dibantu 3 rekan saya. Karena saya anak akuntansi, saya diminta menjadi manajer keuangan pada usaha kecil yang kami dirikan bersama. Sedangkan 3 rekan saya yang lain, Ike (anak teknik busana angkatan 2011), Aldi (anak biologi angkatan 2012), dan Meita (anak biologi angkatan 2009) mempunyai peranan yang berbeda. Ike menjadi direktur utama, Aldi menjadi manajer produksi, sedangkan Meita menjadi manajer pemasaran. Di sini kami belajar bagaimana berwirausaha. Kami belajar dari nol, mulai dari mengkonsep produk, merencanakan pemasaran, mencari pemasok, membuat laporan keuangan dan sebagainya.
Gagasan kami cukup sederhana, kami mengkonsep boneka aromaterapi berbusana batik. Lho kok bisa? Bisa saja. Ide ini datangnya dari Ike dan Meita. Boneka yang kami buat nantinya diberi aromaterapi di dalamnya sehingga jika dipeluk tercium aroma wewangian. Aromaterapi lavender adalah yang kami pilih. Sedangkan bahan batik yang kami gunakan untuk baju boneka berasal dari perca batik yang kemudian kami daur ulang (recycle) menjadi busana boneka.
Kami lebih memilih perca batik dibandingkan kain batik utuh. Ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama, kami ingin menjadikan perca batik sebagai produk yang memiliki value added dan nilai ekonomis. Yang kedua, daripada kain perca tersebut dibuang begitu saja atau dibakar dan bisa mengakibatkan polusi udara lebih baik kami daur ulang menjadi baju boneka. Ketiga, dengan menggunakan kain perca batik, setidaknya kami bisa menghemat anggaran dan mengurangi biaya produksi per unit.
Darimana kami mendapat sumber modal? Pernah ikut semacam research grant enggak? Hibah penelitian gitulah. Nah sumber modal kami bukan karena patungan. Kami membuat proyek dan mengajukan proposal melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang wirausaha kepada Dikti. Proyek kami disetujui, akhir selama setahun saya dan tim menggarap usaha boneka berbusana batik dan beraromaterapi tersebut. Nama brand yang kami usung adalah Barbara Queen.
Pengalaman ini begitu berharga dan tidak saya dapat di bangku kuliah. Melalui bisnis boneka berbusana batik ini, saya belajar bagaimana menjual produk, memburu perca batik ke pengrajin batik di Sleman dan Kota Jogja, mencari dan mengujicoba jenis-jenis aromaterapi agar wanginya pas untuk boneka, mencari rekanan, mencatat pembelian dan penjualan. Saya dan teman-teman juga pernah buka stan di alun-alun kidul saat ulang tahun TVOne yang ke lima (2013). Selain itu, saya juga jualan di Sunmor dan GOR UNY.
Berikut saya lampirkan desain awal boneka tersebut.
![]() |
Dokumentasi pribadi. Boneka aromaterapi berbusana batik ala Padang, Jepang dan Korea |
Berikut hasil jadi boneka tersebut. Namun yang saya tampilkan di sini hanya dua model saja yakni boneka berbusana batik ala Jawa dan Jepang. Dua boneka ini sifatnya customized alias kami desain sendiri. Di bagian belakang ada ritsleting. Di dalamnya bisa diisi aromaterapi lavender (bentuk padat seperti kapur barus). Di pasaran boneka jenis itu tidak ada. Kami pun menjual dengan jumlah terbatas.
Sedangkan boneka LINE dan boneka hewan kami pesan khusus dari supplier di daerah Solo. Di dalam boneka-boneka tersebut sudah dimasukkan aromaterapi lavender. Jadi jika dipeluk wanginya bisa kecium.
Sedangkan boneka LINE dan boneka hewan kami pesan khusus dari supplier di daerah Solo. Di dalam boneka-boneka tersebut sudah dimasukkan aromaterapi lavender. Jadi jika dipeluk wanginya bisa kecium.
![]() |
Dokumentasi pribadi. Boneka berbusana batik ala Jawa dan Jepang |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Boneka Line Merah Berbalut Perca Batik (Busana ala Padang) |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Boneka Panda Berbalut Perca Batik (Busana ala China) |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Boneka beruang Berbalut Perca Batik (Busana ala Eropa) |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Hello Kitty Berbalut Perca Batik (Busana ala Korea) |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Happy Cow Berbalut Perca Batik (Busana ala Eropa) |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Boneka Line Tak Berbusana Batik |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Barbara Queen Collection |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Barbara Queen Collection |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Saya dan rekan. |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Saya dan Rekan. |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Meita (kiri) dan Ike (Kanan) |
![]() |
Dokumentasi Pribadi. Arinta (kiri) dan Aldi (kanan) |
Apa mimpi Arinta selanjutnya? Hmmm...saya mempunyai impian suatu hari bisa punya bisnis boneka sendiri. Saya ingin sekali memperkenalkan boneka dalam balutan batik ke luar negeri. Go internasional gitulah kalau kata Agnes Monika. Doakan ya teman-teman semoga impian saya kelak bisa tercapai. Ini cerita saya, apa cerita teman-teman?
*Lokasi pengambilan gambar : Hotel UNY & Fakultas Ekonomi UNY
Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KainDanPerjalanan yang diselenggarakan Wego