“Turunkanlah (datangkanlah) rejekimu dari langit dengan mengeluarkan sedekah (HR Al-Baihaqi)”
Secuil Cerita Tentang Hero Zaman Now
Lelaki itu masih muda. Menikah beberapa tahun silam. Ayah dari satu orang anak. Lelaki itu pernah mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Jogja. Sedang istrinya masih satu almamater dengan kampus saya. Dulu, sebelum pindah ke daerah Minomartani, saya beberapa kali bertandang ke kontrakannya yang sederhana untuk bertemu sang istri, Kak Channa. Sekadar bersilaturahmi. Kontrakannya penuh dengan tumpukan kardus, kertas-kertas dan barang bekas. Dari kontrakannya, Kak Channa menyambut saya. Hangat.
“Kak Chan, ini ada sedikit rejeki dari saya. Mohon diterima semoga bisa membantu meringankan biaya pendidikan adik-adik Barkasmal...” Saya melarungkan amplop putih berisi uang ke tangan Kak Channa.
“Terima kasih Rin, semoga rejeki ini bisa bermanfaat dan menjadi amal jariyah di akherat kelak.” Balas Kak Channa.
“Amin.”
“Maaf suami saya sedang tidak ada di rumah. Oh ya, nanti nama kamu saya catat jadi donatur ya. Tolong tulis nama kamu di daftar ini.” Kak Channa menyodorkan pulpen dan secarik kertas bertuliskan nama, alamat, dan nomor yang bisa dihubungi.
Tak lama kemudian Kak Channa menyodorkan secangkir teh hangat. Saya menghirup aroma teh tersebut. Menyesapnya lamat-lamat. Rasanya tidak terlalu manis dan tawar. Sangat pas di lidah saya.
Saya kemudian tenggelam dalam obrolan. Dari Kak Channa, semua cerita itu mengalir. Ya ide-ide tentang Barkasmal. Barkasmal adalah mimpi. Barkasmal adalah harapan. Barkasmal adalah gagasan yang digawangi oleh lelaki muda yang saya sebutkan di paragraf awal. Lelaki itu bernama Dori Saputra. Barkasmal sendiri singkatan dari Barang & Kertas Bekas Jadi Amal. Bagaimana mungkin?
“Suami saya terbiasa bekerja keras selagi muda Rin. Dilahirkan dari keluarga sederhana menjadikan Mas Dori terbiasa tidak manja. Bahkan hingga kuliah.”
Jeda sesaat.
Kak Channa melanjutkan, “Mas Dori hidup dengan ibunya. Ibunya janda. Sebagai seorang yatim, Mas Dori tahu bagaimana perjuangan seorang single mother yang luar biasa. Seorang ibu yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Maka Ketika kuliah, Mas Dori berinisiatif membantu kaum dhuafa. Ya, kaum dhuafa yang terdiri dari janda, anak yatim, dan kaum papa. Mas Dori ingin memberikan bantuan pendidikan, khususnya untuk anak-anak yatim. Bantuan berupa beasiswa dan perlengkapan sekolah”
Dari sekadar gagasan, kini Barkasmal telah menggeliat menjadi sebuah lembaga sosial dan fokus bergerak di bidang pendidikan. Program utamanya berupa penyaluran beasiswa, pendampingan akademik, pembinaan akhlak anak yatim, piatu, dan dhuafa. Lembaga ini bahkan sudah mendapat akta Notaris Nomor 05 tanggal 23 April 2013 dengan notaris Ahmad Yubaidi S.H., S.Pd. Dana Barkasmal bersumber dari pengelolaan kertas bekas, barang layak pakai/jual, serta donasi berupa uang.
Pandangan saya menyapu ruang tamu yang penuh dengan tumpukan kertas dan buku-buku. Meskipun tergolong bahan yang bisa didaur ulang, konsumsi kertas masyarakat Indonesia mencapai 30 kg per kapita per tahun. Saya sendiri menyadari selama kuliah, saya banyak menggunakan kertas-kertas, entah untuk bikin paper, laporan, LKTI, dan sebagainya. Bisa jadi konsumsi kertas anak kuliah lebih dari 30 kg per tahunnya. Itu baru konsumsi kertas untuk mahasiswa, belum untuk anak sekolah, orang kantoran, pebisnis, penulis, dan profesi lainnya yang membutuhkan kertas.
Kertas-kertas bekas, kalau sudah tidak dipakai ya dibuang. Teronggok percuma di tong-tong sampah. Terkadang diloakkan kalau sudah menggunung di sudut kamar kos. Bagi saya, mengubah kertas-kertas bekas menjadi sebuah ladang amal dan beasiswa pendidikan untuk kaum dhuafa adalah ide yang tak biasa. Brilian! Ternyata, sedekah tidak hanya menggunakan uang, kertas bekas pun bisa!
Lelaki itu masih muda. Menikah beberapa tahun silam. Ayah dari satu orang anak. Lelaki itu pernah mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Jogja. Sedang istrinya masih satu almamater dengan kampus saya. Dulu, sebelum pindah ke daerah Minomartani, saya beberapa kali bertandang ke kontrakannya yang sederhana untuk bertemu sang istri, Kak Channa. Sekadar bersilaturahmi. Kontrakannya penuh dengan tumpukan kardus, kertas-kertas dan barang bekas. Dari kontrakannya, Kak Channa menyambut saya. Hangat.
“Kak Chan, ini ada sedikit rejeki dari saya. Mohon diterima semoga bisa membantu meringankan biaya pendidikan adik-adik Barkasmal...” Saya melarungkan amplop putih berisi uang ke tangan Kak Channa.
“Terima kasih Rin, semoga rejeki ini bisa bermanfaat dan menjadi amal jariyah di akherat kelak.” Balas Kak Channa.
“Amin.”
“Maaf suami saya sedang tidak ada di rumah. Oh ya, nanti nama kamu saya catat jadi donatur ya. Tolong tulis nama kamu di daftar ini.” Kak Channa menyodorkan pulpen dan secarik kertas bertuliskan nama, alamat, dan nomor yang bisa dihubungi.
Tak lama kemudian Kak Channa menyodorkan secangkir teh hangat. Saya menghirup aroma teh tersebut. Menyesapnya lamat-lamat. Rasanya tidak terlalu manis dan tawar. Sangat pas di lidah saya.
Saya kemudian tenggelam dalam obrolan. Dari Kak Channa, semua cerita itu mengalir. Ya ide-ide tentang Barkasmal. Barkasmal adalah mimpi. Barkasmal adalah harapan. Barkasmal adalah gagasan yang digawangi oleh lelaki muda yang saya sebutkan di paragraf awal. Lelaki itu bernama Dori Saputra. Barkasmal sendiri singkatan dari Barang & Kertas Bekas Jadi Amal. Bagaimana mungkin?
“Suami saya terbiasa bekerja keras selagi muda Rin. Dilahirkan dari keluarga sederhana menjadikan Mas Dori terbiasa tidak manja. Bahkan hingga kuliah.”
Jeda sesaat.
Kak Channa melanjutkan, “Mas Dori hidup dengan ibunya. Ibunya janda. Sebagai seorang yatim, Mas Dori tahu bagaimana perjuangan seorang single mother yang luar biasa. Seorang ibu yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Maka Ketika kuliah, Mas Dori berinisiatif membantu kaum dhuafa. Ya, kaum dhuafa yang terdiri dari janda, anak yatim, dan kaum papa. Mas Dori ingin memberikan bantuan pendidikan, khususnya untuk anak-anak yatim. Bantuan berupa beasiswa dan perlengkapan sekolah”
Dari sekadar gagasan, kini Barkasmal telah menggeliat menjadi sebuah lembaga sosial dan fokus bergerak di bidang pendidikan. Program utamanya berupa penyaluran beasiswa, pendampingan akademik, pembinaan akhlak anak yatim, piatu, dan dhuafa. Lembaga ini bahkan sudah mendapat akta Notaris Nomor 05 tanggal 23 April 2013 dengan notaris Ahmad Yubaidi S.H., S.Pd. Dana Barkasmal bersumber dari pengelolaan kertas bekas, barang layak pakai/jual, serta donasi berupa uang.
Kertas-kertas, termasuk buku yang masuk ke sekretariat Barkasmal untuk diseleksi. Dokumentasi : Barkasmal |
Donasi buku bekas berkualitas. Dokumentasi : Barkasmal |
Kertas-kertas bekas, kalau sudah tidak dipakai ya dibuang. Teronggok percuma di tong-tong sampah. Terkadang diloakkan kalau sudah menggunung di sudut kamar kos. Bagi saya, mengubah kertas-kertas bekas menjadi sebuah ladang amal dan beasiswa pendidikan untuk kaum dhuafa adalah ide yang tak biasa. Brilian! Ternyata, sedekah tidak hanya menggunakan uang, kertas bekas pun bisa!
Ternyata Kertas Bekas Bisa Bikin Naik Kelas. Sumber : Barkasmal |
Jogja merupakan lahan yang cocok untuk berburu kertas, apalagi dekat dengan lokasi kampus, mahasiswa dan fotokopian. Untuk sedekah kertas ini bisa diantar atau dijemput lho ke lokasi donatur. Tinggal kirim sms atau WA ke Barkasmal, nanti ada tim yang menjemput sedekah kertas tersebut. Selain kertas bekas, barang layak pakai, dan uang, Barkasmal juga menerima hibah koran.
Ngomong-ngomong, bagaimana sih “takdir” kertas bekas kamu ketika sudah berada di Barkasmal? Yang perlu kamu tahu, kertas bekas yang telah sampai di markas Barkasmal akan dipilah, dipisah, diseleksi sesuai kategorinya. Koran bertemu koran. Kertas bertemu kertas. Buku bertemu buku. Untuk buku yang layak baca akan masuk perpustakaan Barkasmal. Yang tidak layak akan ditukar dengan uang ke pengepul. Nah, semakin rapi kertas-kertas, semakin tinggi harga jualnya. Kalau kertas berantakan atau acak-acakan dan campur aduk, harga jualnya sekadarnya.
Well, Mas Dori ini ternyata terkenal sebagai penyortir terbaik lho. Katanya sih rekornya tidak ada yang bisa mengalahkan. Dengerin ya, kalau udah sampai ke tangan pengepul, pasti bakalan lulus sensor. Maksudnya dijamin rapi dan terpilah dengan baik kertas sortiran Mas Dori.
Selama menjalankan Barkasmal dari awal pendirian hingga tahun 2017, pasti pernah menorehkan sejumput kisah suka dan duka. Namun, tentunya pengalaman yang berkesan akan selalu terkenang. Membayangkan adik-adik binaan Barkasmal tersenyum dan mampu belajar dengan tenang di sekolah saja sudah membuat bahagia Mas Dori, kak Channa, kakak-kakak relawan, dan segenap donatur.
Terkadang saya sedih mendengar keadaan sekolah-sekolah Indonesia, khususnya di daerah pelosok atau pedalaman. Sedikit cerita. Tahun lalu, bekerjasama dengan tim KKN UGM, Barkasmal mendonasikan koleksi buku-bukunya ke pelosok Kalimantan Utara. Tepatnya di SD Filial Sepunggur, Kaltara. Bukan buku baru memang. Setidaknya, kehadiran buku-buku tersebut mampu menemani anak-anak SD Sepunggur membuka cakrawala pengetahuan. Karena buku merupakan sahabat. Buku adalah jendela dunia.
Jangan tanya bagaimana semangat anak-anak SD Filial Sepunggur. Meski menempuh jarak sejauh 4 km dari rumah ke sekolah, mereka tetap antusias belajar. Sebagian besar anak-anak ini berjalan kaki ke sekolah. Ada juga yang bersepeda. SD Filial sendiri belum memiliki gedung permanen, untuk kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di Balai Desa UPT Sepunggur. Dapat dikatakan SD Filial menjadi satu-satunya SD di daerah Sepunggur.
Saya bisa membayangkan anak-anak SD Sepunggur itu menikmati aneka buku bacaan dan buku-buku pelajaran secara gratis. Betapa menyenangkan!
Mahasiswa KKN UGM, bersama para guru dan anak-anak SD Filial Sepunggur, Kalimantan Utara. |
Emang barang-barang bekas (misal baju, tas, sepatu, celana) ada yang jual? Ada yang mau beli? Ada orang yang mau pakai? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kerap muncul dari para donatur? Menggelitik memang. Guys, asal kamu tahu ya. Meski bekas, asal layak pakai dan jual, ada kok yang mau beli. Terutama para dhuafa yang jangankan untuk beli baju, tas, sepatu, dan sebagainya. Beli kebutuhan pokok saja sudah menjerit. Apalagi harga kebutuhan pokok kini sedang melambung tinggi. Banyak kok orang-orang yang berburu barang bekas layak pakai karena faktor harga minimalis.
Bersama Dompet Peduli Umat Darut Tauhid Jogja, Barkasmal pernah mengadakan bazar sandang murah di Dusun Bulu, Desa Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul. Dalam bazar tersebut, Barkasmal menjual koleksi baju, tas, sepatu, dan sebagainya dengan harga yang sangat terjangkau untuk kaum dhuafa. FYI, Barkasmal punya pusat belanja (barkasmal store) yang menyediakan barang bekas berkualitas. Tentu saja warga menyambut bazar murah tersebut dengan sangat antusias. Yang pasti, uang hasil penjualan barang-barang tersebut diputar kembali untuk beasiswa dan biaya perlengkapan sekolah adik-adik binaan Barkasmal.
Penerima Bantuan Beasiswa Pendidikan Barkasmal |
Kiri : Penerima beasiswa pendidikan Barkasmal. Kanan : Mas Dori |
Nah sekarang kamu mau tahu kan program kerja apa sih yang diunggulkan di Barkasmal? Siapa tahu nantinya kamu tertarik buat Donasi. Baiklah, saya sudah membuat infografis sederhana mengenai 7 program unggulan Barkasmal tersebut.
Dukung anak-anak untuk tetap bersekolah. Meraih cita serta asa. Mari Berbagi! Salurkan sebagian rejekimu dan donasikan ke rekening Bank Muamalat Jogja 533-000-4024 (a.n. Dewi Rakhmawati) atau BRI Syariah 101-888-6274 (a.n. Channa Soim).
Dukung anak-anak untuk tetap bersekolah. Meraih cita serta asa. Mari Berbagi! Salurkan sebagian rejekimu dan donasikan ke rekening Bank Muamalat Jogja 533-000-4024 (a.n. Dewi Rakhmawati) atau BRI Syariah 101-888-6274 (a.n. Channa Soim).
Saya sendiri pernah merasakan betapa sakitnya ketika terpaksa harus drop out dari sekolah (SMA) dengan alasan tidak ada biaya buat bayar SPP semesteran. Hati saya perih menyaksikan teman-teman bisa belajar di sekolah. Saya merapal doa hampir tiap hari, agar diberi kesempatan bersekolah lagi tahun depan. Alhamdulilah ada donatur yang mau membantu. Guru saya pun mendukung dan memperjuangkan agar saya mendapatkan beasiswa. Ayah saya juga mendapat rejeki. Ini momen yang pas. Akhirnya saya kembali bersekolah di tahun berikutnya. Ini serasa mimpi!
Apa yang Mas Dori bangun dan kembangkan patut diapresiasi. Memberikan bantuan sosial kepada dhuafa serta beasiswa untuk anak yatim dan piatu agar bisa bersekolah. Orangtua bisa bernapas lega. Setidaknya satu beban terangkat Anak-anak tak perlu takut tak bisa membayar uang SPP. Bahkan anak-anak ini mendapat perlengkapan sekolah setiap semesternya. Saya sangat tersentuh.
Indonesia membutuhkan figur-figur inspiratif seperti Mas Dori Saputra, Kak Channa, juga keterlibatan rekan-rekan relawan, dan para donatur. Bukan sekadar bermimpi, tapi melakukan aksi nyata yang berdampak signifikan. Menghadirkan solusi atas masalah sosial yang ada. Kisah di atas mengingatkan saya pada upaya-upaya yang dilakukan Dompet Dhuafa, ACT, dan lembaga sosial lainnya. Sinergi antara sebuah lembaga, relawan, dan juga donatur. Mengangkat harkat kaum dhuafa melalui misi-misi sosial, pendidikan, dan kemanusiaan.
Bagi saya, Mas Dori adalah pahlawan sosial. Hero zaman now. Saya teringat nasihat seorang kawan. Begini,
“seperti halnya Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, dan pahlawan lainnya, terkadang seorang bijak dan berjiwa besar lahir karena kepedihan di masa lalu. Lalu, lambat laun, tapi pasti kepedihan itu berubah menjadi empati dan pijar cinta yang tak pernah pupus”
Pijar cinta itu menjalar. Hangat. Baranya tak pernah padam. Hingga kini pijar cinta itu masih digenggam. Berbagi adalah sebuah cara menghadirkan jalan itu, jalan cinta dan jalan-jalan kebaikan lainnya...
Ah benar, kebaikan itu meski sekecil apapun terkadang sangat berarti besar bagi orang lain. Sebagai khalifah atau mandataris Tuhan di muka bumi, sudah menjadi tugas kita untuk menjadi jembatan kebaikan. Berbagi, merajut kolaborasi agar kebaikan-kebaikan kecil membola salju. Bukan begitu?
Ah benar, kebaikan itu meski sekecil apapun terkadang sangat berarti besar bagi orang lain. Sebagai khalifah atau mandataris Tuhan di muka bumi, sudah menjadi tugas kita untuk menjadi jembatan kebaikan. Berbagi, merajut kolaborasi agar kebaikan-kebaikan kecil membola salju. Bukan begitu?
Terharu. :')
BalasHapusTernyata di zaman yang super maju ini masih ada masyarakat yang mau untuk secara ikhlas berbagi terhadap kaum dhuafa.
Semoga apa yang dilakukan beliau bisa berguna buat di akhirat kelak.
Sala kenal ya!
Amin. maksih sudah mampir. Semoga menginspirasi :)
HapusWah inspiratif sekali ya kisah hero jaman now. Semoga bisa terus berbagi :)
BalasHapusAmin....wah sama-sama. Mari merajut kebaikan agar membola salju :)
Hapus