Minggu, 13 November 2016

Telkom dan Spirit Inovasi dalam Atmosfer Digital Indonesia

Mendung pekat. Langit kelam. Butir-butir hujan mulai membasahi Kota Budaya. Detik demi detik berlalu mencipta deras yang tak berkesudahan. Gelegar petir. Bunyi kecipak air. Bau tanah yang khas.

Ah, hujan mengurai kenangan. Bukan kenangan tentang mantan. Bukan. Hujan Bulan November ini mengingatkanku pada Meta, a partner in crime. Meta adalah partner asyik buat seru-seruan. Jika saja... Jika saja Meta masih di Jogja, mungkin aku bisa mampir ke kosnya barang sebentar. Ah sayang, dia sudah kembali ke Bumi Sumatra, selepas diwisuda awal tahun lalu. 

Teringat percakapanku dengan Meta Februari silam melalui telepon. 

“Meta, aku mau ngirim tugas kuliah, deadline malam ini, tapi koneksi internetku lelet banget. Bahkan tadi sempat no signal. Padahal aku baru beli kuota internet kemarin. Hiks.” 

 “Kok bisa?” 

“Entahlah. Mungkin cuaca sedang tidak bersahabat.” 

“Mampir aja ke kosku Arinta, di sini internetnya lagi kenceng-kencengnya. Ayo gih, mumpung hujan belum deras. Sekalian aja nginap di sini kalau mau. Aku ada oleh-oleh keripik pisang cokelat dan kopi Lampung lho.” 

Ah kombinasi yang perfect! Camilan, secangkir kopi hangat, dan internet. Siapa yang tak betah menikmatinya? Beruntung sekali Meta. Di kosnya ada wifi. Kenceng pula. Aku yang kerap fakir kuota internet sering nebeng di kosnya sekadar mendownload tugas kuliah atau menonton stand-up comedy via youtube. Jika aku menginap di kosnya, Meta pasti menyediakan stok camilan buat dimakan bersama. Ah, momen itu! 

“Internetmu kok lancar jaya meski hujan gini sih Met?” tanyaku kala itu. 

“Di sini sudah pake Indihome Ta. Jadi dalam kondisi apapun sinyal internet tetap stabil.” 

“Asik tahu. Mau dah tiap hari mampir ke kosmu dan ngerampok makanan...hahaha” Candaku kala itu. 

“Ah kamu Arinta, dasar predator. Enggak heran gendutan sekarang. Ingat berat badan Ta. Orang baper jadi mudah laper...ahahaha” Tawanya meledak. Terkekeh-kekeh. Sedikit meledek. 

“Ugh sial! Gendut katamu!” Aku pura-pura marah. Yang diujung telepon malah cengegesan. 

“Ayo gih cepat ke sini. Entar keburu hujan malah enggak jadi.” Akhirnya kututup telepon sembari bergegas ke kosan Meta. 

Itu dulu. Dulu saat Meta masih di sini. Di kota sejuta kenangan. Jogja. Sekarang Meta telah kembali ke kampung halaman. Merangkai episode baru di sana. 

Bagiku internet sangatlah berarti. Jika kuota internetku habis. Mati sudah! Aku kudu beli lagi. Kalau lagi enggak ada duit, aku cari-cari teman yang mau berbagi internet. Thetering atau apalah istilahnya. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Upss salah. Lebih baik enggak jajan daripada enggak beli kuota. Ada kuota internet, tapi sinyal lelet itu sama saja. Mending nyebur ke laut.

“Coba kamu ganti pakai Simpati. Dijamin antilelet. Lha aku Ta, selama KKN pakai itu. Padahal daerah tempatku KKN lebih terpelosok darimu. Tapi kecepatannya tetap stabil. Aku masih bisa facebookan dan twitteran. Recommended deh!” Ujar Meta ketika aku curhat mengenai kendalaku ketika KKN di Dukuh Blimbing, Kabupaten Gunung Kidul tahun 2014 silam. Semenjak itu, selama 2 bulan KKN aku memakai Simpati. Hingga kini aku masih setia dengannya. Eaaa.
Internet menjadikan hidup kita lebih praktis dan efisien. Kamu pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, freelance, pekerja kantor, pebisnis, apapun latar belakang dan profesimu pasti membutuhkan internet. Kirim dan simpan data atau file, berjejaring via media sosial, belanja (online), browsing, aktivitas apapun pasti menggunakan internet. Di era digital seperti sekarang ini, internet sudah seperti kebutuhan pokok. Yang terpenting, bagaimana kita menggunakankan media tersebut untuk sesuatu yang bermanfaat dan berdampak positif. Sampai di sini sepakat?

Selain di kosan Meta, aku menemukan tempat nongkrong asyik dengan suasana cozy yang menyediakan akses internet cepat. Gratis pula. Jogja Digital Valley, demikian nama tempat tersebut. Jogja Digital Valley atau biasa disingkat JDV merupakan co-working space sekaligus digital startup Incubator dari Telkom. Ah, baiklah aku punya sedikit cerita. Dengarkan baik-baik.
Lokomotif ekonomi. Big size. Ikonik. Impactful. Demikan Prof. Rhenald Kasali menjelaskan 4 komponen utama sebuah powerhouse. Siapa yang tidak kenal Prof. Rhenald Kasali? Beliau seorang guru besar ekonomi, socialpreneur sekaligus penulis buku yang kerapkali mengulas topik-topik yang berhubungan dengan perubahan. Change! Ini sangat menarik. Dalam bukunya yang berjudul  Mutasi DNA Powerhouse, Prof. Rhenald memaparkan bahwasanya powerhouse merupakan sebuah kekuatan raksasa. Dalam hal ini, powerhouse bisa dikatakan sebagai sebuah rumah besar berbentuk badan usaha yang mengayomi puluhan ribu hingga ratusan ribu orang. Kehadiran suatu powerhouse berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagai lokomotif ekonomi, dia kuat dan  powerful. Big size di sini artinya besar. Baik besar dalam jumlah SDM, dukungan teknologi, pangsa pasar, profit, pajak, pendapatan, dan sebagainya. Dia juga mampu menjadi ikon suatu bangsa. Terakhir, impactful. Langkahnya, baik maju ataupun mundur memiliki dampak cukup signifikan.

Telkom merupakan sebuah powerhouse yang bergerak di bidang informasi, telekomunikasi dan jaringan. Perjalanannya menembus rimba belantara di era yang semakin kompetitif seperti sekarang ini sangat berat. Tidak mudah. Bahkan berdarah-darah. BUMN dengan logo telapak tangan menggenggam bola dunia ini pun terus berbenah. Melangkah. Bergegas. Mendengarkan suara-suara perubahan. Sebab, Indonesia semakin digital. Sebagai perusahaan teknologi yang sudah makan asam dan garam puluhan tahun, Telkom sadar akan atmosfer digital Indonesia yang semakin menguat. Mata elangnya yang tajam dan visioner selalu awas. Telkom haruslah terdepan dalam hal inovasi.

Melalui sinergi dan kolaborasi quad-helix ABG-C (Academic, Business, Goverment, dan Community), Telkom yakin dan optimistis mampu membentuk ekosistem digital Indonesia yang kreatif, inovatif, dan memberdayakan. Inovasi bisa lahir dari dalam (internal perusahaan) dan dari luar (eksternal perusahaan). Human capital adalah aset. Maka dari itu, Telkom membuat program-program dan komunitas yang menumbuhkan jiwa digital kreatif di kalangan generasi muda Indonesia. Telkom kemudian menggandeng digital talent (startuper) untuk membuat terobosan-terobosan yang bersifat solutif.
Indigo Creative Nation contohnya. Indigo merupakan wujud nyata dan komitmen Telkom guna mendorong pertumbuhan industri digital kreatif Indonesia. Lewat Indigo, para digital talent akan mendapat dukungan melalui program inkubasi dan akselerasi bisnis. Tak lupa mulai dari tahap ideasi hingga pendanaan. Tema yang diusung di tahun 2016 ini yakni Building Strong Indonesia Digitalpreneur with Disruptive Mindset dengan tagline Grow Together Work Together.  Belum cukup. Telkom pun mengembangkan Digital Innovation Lounge (Dilo) yang tersebar di belasan kota besar di Indonesia serta Digital Valley (Diva) yang merupakan co-working space sekaligus tempat inkubasi dan akselarasi para digital talent (startuper). Khusus Digital Valley saat ini hanya ada di 3 kota besar, yakni Bandung, Jogja, dan Jakarta. Tenang saja, telkom memfasilitasi akses internet cepat, stabil, dan gratis kok baik di Dilo maupun Diva.

Pada masa-masa awal pendirian program Indigo, banyak suara-suara yang menyangsikannya. Skeptis. Meragukan kesuksesannya. Jika diibaratkan, program ini sekadar hangat-hangat tahi ayam. Namun, seiring berjalannya waktu, ditambah atmosfer digital Indonesia yang semakin menguat, Telkom berhasil menelurkan berbagai startup dan produk digital yang inovatif, kreatif, dan juga solutif. Seperti yang diulas Tech In Asia berikut, inilah daftar 9 startup yang terpilih pada program Indigo batch 1 tahun 2016. Sedangkan untuk batch 2 ada 13 startup yang berhasil lolos. Bagaimana ide-idenya? Unik dan menarik bukan?

Indigo Creative Nation sendiri terinspirasi dari Silicon Valley yang menyebarkan semangat kolaborasi dan berbagi yang berasal dari komunitas untuk komunitas. Edukasi dan awarding untuk produk digital kreatif saja belumlah cukup, harus ada upaya pembinaan para digital talent.  Telkom sadar akan hal itu. Maka di tahun 2016 ini Telkom mendukung pemerintah untuk melahirkan 1000 teknopreneur hingga tahun 2020 dengan menggandeng akademisi dan masyarakat. Misalnya nih bekerjasama dengan kampus ITS, Telkom mendirikan Digital Innovation Lounge Surabaya. 
Ada 6 kategori produk yang bisa dipilih dan dikembangkan oleh startup
Kalau kamu ada di Jogja sesekali mampirlah ke Jogja Digital Valley (Jogdiva). Untuk mendapatkan akses internet cepat dan gratis, kamu kudu daftar jadi member dulu. Sebab akses masuk sudah menggunakan fingerprint scanner. Otomatis admin membutuhkan data lengkap kamu. Apa yang didapat setelah jadi member? Banyak banget benefitnya. Salah satunya kamu bisa sewa ruang buat meeting, bahkan gratis lho. Bisa juga ikut event seru seperti workshop, seminar, dan talkshow bertema teknologi tentunya. Tentunya dari event-event tersebut kamu bisa menambah jejaring, pengalaman, pengetahuan dan skill. Komunitas pun diperkenankan berbagi ide dan pengetahuannya di sini. Misal nih, Jogdiva memperkenankan Gamelan (komitas game developer Jogja) mengadakan sesi diskusi terkait pengembangan game.

Bulan lalu, di event JDV #TechTalk, Jogdiva menghadirkan beberapa narasumber yang mengulas Financial Technology & Cyber Crime. Narasumber tersebut di antaranya dari Telkom, Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), Pusat Studi Forensik Digital Universitas Islam Indonesia (PUSFID UII), dan pelaku startup. Nah, khusus bulan ini pas aku liat di websitenya Jogdiva, ada seminar dari Kominfo terkait penggunaan tanda tangan digital beserta keamanan dan keasliannya terhadap suatu data atau dokumen elektronik. Ternyata enggak sembarangan lho penggunaan digital signature ini. Ada semacam kunci kriptografisnya yang sifatnya privat dan rahasia.

Masih berkaitan dengan Financial Technology. Perlu diketahui pemirsah, Financial Technology atau Fintech merupakan topik yang sedang hangat diperbincangkan terkait bidang inovasi digital di sepanjang tahun 2016 ini. Sepertinya kita belum cukup familiar dengan terminologi Fintech ya? Secara sederhana, FinTech dapat dikatakan sebagai perusahaan di bidang teknologi yang menawarkan layanan atau produk yang berhubungan dengan dunia finansial. Mengutip dari Accenture Asia Pasific, FinTech merupakan sebuah segmen dari suatu perusahaan atau startup yang memaksimalkan penggunaan teknologi guna mengubah, mempercepat, dan mempertajam berbagai aspek dari layanan keuangan.

Telkom melalui anak perusahaanya Telkomsel menawarkan layanan keuangan digital selayaknya dompet elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti bayar tagihan, kirim pulsa, bayar transaksi di suatu ecommerce, dan sebagainya. FinTech Telkomsel ini bernama TCash. Aku termasuk pengguna layanan fintech bernama TCash tersebut.

Untuk menjadi pengguna Tcash kamu harus memakai kartu dari Telkomsel, entah Simpati, Kartu Halo atau Kartu As. Tcash memudahkan aku membayar tagihan listrik, aku enggak perlu perlu lagi mengantri lama di kantor pos. Selain itu bagian yang asyik adalah banyak promo menarik dan diskon gede (terkadang sampai 50%) dari merchant yang bekerjasama dengan Tcash.
Tcash dapat diibaratkan sebagai dompet digital
Indonesia semakin digital. Sekali lagi, teknologi memudahkan hidup kita. Bahkan sebelumnya tak terpikirkan tentang dompet elektronik dan layanan keuangan digital. Teknologi dan inovasi hadir membawa realitas baru.

Aku beruntung sekali bisa bergabung di komunitas Jogja Digital Valley. Bisa mengikuti event-event keren. Bisa memperoleh pengetahuan terkait inovasi digital Telkom dan para startuper. Dapat akses internet cepat dan juga wifi.id.

Ada secuil alasan kenapa aku betah seharian nongkrong di sini. Jogdiva itu tempatnya cozy banget. Cocok buat freelance dan digital talent. Ada kafenya. Aku bisa ngenet sembari menikmati segelas good day dan 3 bungkus chocolatos. Kursinya empuk dan nyaman. Udah gitu aku bisa mendengarkan lagu-lagu terbaru yang lagi ngehits dan  menonton kanal tv lokal maupun internasional via USEETV Indihome. Jogdiva juga termasuk area yang menjangkau wifi.id. Dengan wifi.id kamu bisa menikmati internet ngebut sampai 100 Mbps. Gimana enggak asyik?
Wifi.id bisa diakses di Jogja Digital Valley
Aku pakai wifi.id buat nonton video, streamingan, atau kalau ada live seminar di telegram dan sebagainya. Kayak beberapa waktu lalu ada Webinar dari Inspira tentang bagaimana studi di USA. Wah pengen banget tahu tentang itu, meski belum ada rencana buat study abroad dalam waktu dekat ini. Tapi minimal aku mendapatkan informasi-informasi yang harus aku persiapkan ketika mau lanjut studi ke USA.

Paling sebel kalau lagi nonton video terus buffering. Nah solusiku ya pakai wifi.id ini aja. Lagi seru-seru nonton malah loading. Lagi asyik-asyik download malah failed. Bikin bete. Enggak mau dah kejadian kayak gitu terulang lagi. Sudah putuskan saja! Ya sejak itu aku putuskan pakai wifi.id. Aku memanfaatkan wifi.id untuk mengunduh dan mengoleksi video-video presentasi TED Talks edisi Bahasa Inggris. Lewat video TED Talks tersebut, aku belajar budaya negara lain serta bagaimana gaya komunikasi seseorang.Ya siapa tahu kan nanti dapat kesempatan ke USA atau Eropa, jadi udah punya bekal bahasa.
Selain di Jogja Digital Valley, kita bisa menikmati akses wifi.id di wifi.id corner Kotabaru Yogyakarta
Di youtube kan banyak banget tuh video tutorial, baik tutorial desain, masak, hijab, creative DIY making project, dan sebagainya. Jadi kita bisa belajar mandiri sekaligus mengasah keahlian lewat video. Bicara tutorial, aku jadi ingat Anggara. Pertama kali ketemu dia ya di Jogdiva ini. Ternyata Anggara seorang desainer grafis 3D. Anggara menggunakan Autodesk Maya untuk membuat karakter-karakter animasi dan game. Ya Anggara menjual hasil karyanya lewat forum-forum internasional. Dia dibayar dengan dollar. Buah kerja kerasnya terbayar lunas. Sebelumnya Anggara harus berlatih mendesain karakter 3D selama berjam-jam di ruang kosnya yang sempit. Anggara belajar desain 3D secara autodidak via youtube dan vimeo. Anggara memanfaatkan jaringan wifi di kosnya untuk belajar dan mengasah keahlian. Kegiatannya tersebut dilakukannya selama setahun. Anggara fokus. Hingga dia bisa menikmati jerih payahnya. Hasil memang tak akan mengkhianati proses. Mantap ya si Anggara ini?

Kamu. Iya kamu. di era yang semakin digital seperti sekarang ini, apa hal-hal yang sudah berhasil kamu kembangkan?
Voucher wifi.id edisi Slank
Ini voucher wifi.id-ku. Gambar cover depan Slank. Ini edisi khusus. Kayaknya sudah enggak keluar lagi deh sekarang. Meskipun demikian masa aktif voucher tersebut sampai 31 Mei 2017. Harganya murah kok, dengan Rp 5.000 kita bisa menikmati akses internet cepat hingga 12 jam. Puas-puasin deh nonton youtube tanpa buffering.

Terima kasih Telkom. Telkom begitu adaptif terhadap perubahan. Telkom begitu memahami kebutuhan kami, para generasi digital. Aku berharap ke depannya semakin banyak inovasi yang dikembangkan Telkom. Berkaryalah untuk negeri! #IndonesiaMakinDigital

 Tabik!