Jumat, 29 Januari 2016

I Am More Than Book Enthusiast. I Am Book Addict

More Than Book Enthusiast
Dokumentasi Pribadi : @ArintaSetia
"A book is a device to ignite the imagination." ( Alan Bennett)
Saat saya kecil, tidak ada yang lebih menarik dari 3 hal berikut, acara TV di hari minggu, permainan tradisional dan buku-buku. Saya suka nonton animasi seperti Doraemon, Detective Conan, Inuyasha, Chibhi Maruko Chan, dan film-film garapan Disney. Apapunlah, sesuatu yang tayang dari jam 7 pagi hingga 12 siang. Bubar nonton TV, terkadang saya main ke rumah teman. Apalagi kalau bukan main petak umpet, gobaksodor, pasaran, lompat tinggi, dan sebagainya. Makin banyak yang ngumpul makin asyik dan seru. Semakin sore, semakin rame. 

Pada masa itu internet belumlah seperti sekarang ini, di mana orang bisa memilih bacaan favorit melalui berbagai e-book yang dijual di Amazon, Google Play, online book store, dan sebagainya. Bahkan ada gadget bernama Kindle yang diciptakan untuk netizen atau peselancar di dunia maya yang doyan membaca e-book. Kamu bisa membaca apapun dan di mana pun kamu suka. Entah di perpustakaan, kedai kopi yang ber-wifi atau di kamarmu yang nyaman. 

Sedari kecil saya gila membaca. So, jika waktu luang saya menghabiskan berjam-jam dengan membaca novel atau komik. Komik favorit saya apalagi kalau bukan Doraemon dan Conan. Bobo adalah majalah yang saya buru dan saya tunggu di tiap edisinya. Untuk bacaan anak-anak, saya tergila-gila sama serial horor Goosebump-nya R.L Stine. Sehabis membaca Goosebump, saya terus terhantui sampai enggak bisa tidur. Saya membayangkan monster-monster keluar dari kegelapan malam dan melahap saya hidup-hidup. 

Membaca mengasah imajinasi. Selain itu, melalui membaca kita bisa menciptakan sederet prestasi. Percaya? Ketika SMP saya pernah menyabet juara 1 Olimpiade Sains Biologi tingkat Kabupaten Pekalongan dan menjadi delegasi sekolah di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Ini catatan menarik, sebab selama ini SMP saya tidak pernah sekalipun masuk 3 besar dalam kejuaraan olimpiade sains. Saya yang pertama kali memecahkan rekor tersebut. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi anak cupu seperti saya. 

Teman-teman di sekolah menjuluki saya perpustakaan berjalan. Bintang kelas. Eh ini pujian atau sindiran sih sebenarnya? Hahahaha. Mereka pikir saya ini cerdas dari sononya. Padahal tidak sama sekali. Saya hanya bermain strategi dan lebih banyak membaca di bandingkan yang lain. Itu rahasianya. 

Siswa-siswa yang biasanya menjadi jawara di ajang olimpiade sains biasanya di sekolahnya memiliki kelas olimpiade. Mereka yang terpilih, dilatih dan dimotivasi di kelas khusus tersebut selama setahun. Sekolah saya tidak demikian. Tidak ada kelas olimpiade. Segalanya saya mulai dengan belajar mandiri. Otodidak. Tanpa mentoring dari guru biologi. Saat anak-anak sibuk menggosip atau nongkrong di mal, saya menghabiskan berjam-jam di perpustakaan. Mempelajari bentuk kehidupan sederhana mulai dari sel, organela, hingga organisme. Bercengkrama dengan taksonomi dan nama-nama latin. Berkencan dengan Charles Darwin, Gregor Mendel, Carolus Linnaeus, Louis Pasteur, dan Alexander Flemming sekaligus. Kembali ke era dark ages. Abad pertengahan. 

Setahun saya belajar gila-gilaan. Kebayangkan hasilnya kayak apa? Sebab hasil tak akan pernah mengkhianati proses.

Saya tidak bisa terlepas dari buku. Buku apapun. Sesuatu yang menarik perhatian saya. Entah novel, kumpulan cerpen, biografi tokoh, buku pelajaran, buku motivasi dan sebagainya. Orang-orang yang memiliki sederet prestasi, paling enggak dia suka membaca. Menghabiskan waktu sembari riset, mencari referensi di internet, melahap buku-buku, dan jurnal-jurnal jikalau ada. Apapun profesi dan latar belakangnya. Entah seorang ilmuwan, psikolog, entrepreneur, atlet, peraih hadiah nobel, selebritas, blogger, penulis, bankir dan yang lainnya. Mereka butuh pengetahuan, wawasan serta asupan bergizi yang mampu meningkatkan kapasitas diri dan intelektual. 

Ada satu hal lagi pengalaman yang ingin saya ceritakan. Sedih sekali kalau saya mengingat hal ini. Bingung juga harus memulai darimana. Well, waktu telah berlalu.

Tahun 2010, Saking seringnya saya berkunjung di Perpustakaan Kota Pekalongan, mungkin seminggu minimal 3 kali, saya menjadi kandidat yang layak untuk Duta Baca Perpustakaan. Hadiahnya lumayan untuk ukuran kantong anak SMA kala itu. Ada piala, piagam, dan uang tunai. Saat itu saya sedang membutuhkan uang untuk membiayai kebutuhan sekolah saya. Saya berharap bisa menang. Saya memenuhi semua kriteria yang ada kecuali satu hal. Yups domisili. Saya tinggal di Kabupaten Pekalongan, sedang kandidat yang terpilih setidaknya sekolah, menempati rumah, atau memiliki KTP di Kota Pekalongan. Bisa dipastikan saya tidak terpilih. Saya gagal. Saya kecewa dengan sistem dan kriteria yang ditetapkan. Tapi mau bagaimana lagi?

Saya kemudian beralih ke Perpustakaan Dimurti, di samping karena lokasinya yang lebih dekat dengan tempat saya tinggal. Perpustakaan ini lebih mirip rumah baca  dengan beragam koleksi. Mulai dari buku-buku fiksi, nonfiksi, komik, hingga majalah dan surat kabar. Di sini saya bisa menemukan edisi hard cover The Origins of Species-nya Charles Darwin. Buku langka yang tebal dan jika dilempar bisa bikin kepalamu benjol. Do you Know about Charles Darwin? Dia itu yang mengemukakan Teori Evolusi Darwin dan Teori Seleksi Alam "Survival of the Fittest," hanya yang terkuat yang bisa bertahan hidup. Pemikiran-pemikiran Darwin selalu menjadi bahan perdebatan baik di kalangan teolog, pemuka agama, maupun ilmuwan di seluruh dunia.
________________________________________________________________________________
Antusiasme Itu Tumbuh Dari Dalam
________________________________________________________________________________ 
Koleksi Pribadi @ArintaSetia
Tidak dapat dipungkiri bahwa minat membaca itu tumbuh dari dalam. Dimulai dari orang-orang terdekat. Seperti orangtua yang menularkan virus membaca atau mendongeng kepada putera-puterinya. Barangkali hal tersebut merupakan sesuatu yang sederhana. Namun bisa menjadi positive habit yang melekat dan berdampak hingga dewasa.

Jika saya memiliki keluarga kelak, saya juga akan membangun positive habit tersebut kepada anak-anak saya. Penulis yang membangun kebiasaan positif membaca buku dan menularkan virus literasi di antaranya Watiek Ideo (penulis buku anak yang sukses) dan Deassy M. Destiani (penulis buku best-seller Bukan Untuk Dibaca). Terakhir, saya mengetahui Mbak Watiek ini mengikuti Frankfurt Book Fair di Jerman selama 5 hari (Oktober 2015) dari statusnya yang di-share di facebook. Mbak Watiek juga mendirikan Rumah Baca Lintang dengan maksud menumbuhkan minat baca anak sejak dini. Sedangkan Mbak Deassy mendonasikan sebagian royalti bukunya untuk Paud yang didirikannya. Keren bukan?

Saya miris ketika mendengar minat baca di Indonesia sangat rendah. Saya pikir bukan karena mereka tidak mau membaca atau apa, tetapi lebih kepada kurangnya akses terhadap dunia perbukuan itu sendiri. Bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah, buku masih dianggap suatu kemewahan. Bisa jadi ada yang berpikir lebih baik uang yang ada dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok daripada membeli buku. Saya malah berpikir sebaliknya. Membaca dan membeli buku adalah investasi masa depan. 

Yang kedua, mereka yang enggan membaca buku biasanya disebabkan oleh rendahnya budaya literasi di lingkungan keluarga. Asal tahu saja, salah cara membangun ikatan emosi orangtua-anak adalah dengan membacakan cerita atau mendongeng. Saya mengamati beberapa orangtua (entah blogger, penulis buku, pengusaha, dan sebagainya) yang tertarik membaca buku, anak-anaknya juga memiliki kecenderungan yang sama. Ini terlihat sekali dari beberapa status yang dibagi di facebook atau postingan yang ditulis di blog mereka masing-masing. Anak-anak adalah peniru yang baik. Jika orangtuanya memiliki kebiasaan membaca, maka sang anak tak akan lebih jauh dari itu.

Maka dari itu, saya sangat salut kepada mereka, siapapun itu, yang mendirikan rumah baca atau perpustakaan dengan maksud untuk meningkatkan budaya membaca dan kepekaan literasi kepada anak-anak Indonesia.
Jeroan gedung perpustakaan Grhatama Pustaka DIY. Sumber : brilio.net
Suasanya nyaman di Perpustakaan Grhatama Pustaka DIY. Dokumentasi pribadi : @ArintaSetia
Saya sendiri mencoba membangun budaya literasi dengan mengunjungi pameran buku, mengikuti bedah buku, workshop atau seminar kepenulisan, membeli buku-buku dari berbagai penerbit  yang ada. Saya beritahu satu hal, dengan kita membeli satu buku saja, itu artinya kita membantu menghidupkan geliat industri perbukuan Indonesia. Tidak hanya pemilik perusahaan, editor ataupun penulis, tetapi juga para pekerja di bagian percetakan, kurir buku, industri kertas, dan sebagainya. Sebab, semuanya saling menopang satu satu sama lain.

Coba perhatikan gambar di atas. Gambar tersebut saya ambil saat mengunjungi Grhatama Pustaka yang digadang-gadang sebagai perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara dan menelan dana 27,5 miliar. Perpustakaan ini sudah kayak hotel saja. Bersih, nyaman, dan kondusif untuk membaca buku atau berselancar di dunia maya. Saya betah lho seharian di sini, ada wifi gratis lagi. Perpustakaan ini membuka layanan pada hari Senin hingga Sabtu dari jam 08.00 sampai 22.00 WIB. Perpustakaan ini memiliki koleksi buku langka dan naskah kuno, ruang diskusi, ruang bermain anak, ruang satwa, bioskop 6D, ruang khusus braille, serta ruang digital. Gimana? Jika kamu menemukan sudut yang asyik untuk membaca seperti ini bagaimana kamu enggak betah berlama-lama di dalamnya?

Kebetulan lagi saat saya berkunjung ke Grhatama Pustaka, di sebelah timur lobi sedang ada pameran buku. Saya bisa mendokumentasikannya di sini. Well, saya tertarik sekali pada penataan buku-buku tersebut. Terlihat sangat cantik dan elegan bukan? 
Dokumentasi Pribadi @ArintaSetia
_______________________________________________________________________________
Be Smart and Sexy With Stilletto Book
_______________________________________________________________________________
I am such of book addict. I think book addict is the new sexy. Koleksi buku saya sudah lumayan banyak. Menjelang akhir tahun 2015 saya juga menghabiskan Rp 550.000 hanya untuk membeli buku-buku. Tak hanya novel-novel, saya memiliki buku biografi Marta Tilaar, Sang Burung Biru (kisah perjalanan pendiri perusahaan Taksi Blue Bird), biografi Muhammad Yunus (pendiri Grameen bank & peraih nobel perdamaian 2006) dan Change Leadership Nonfinito-nya Pak Rhenald Kasali (Socialpreneur dan pendiri rumah perubahan). 

Saya merasa ini belumlah cukup. Saya harus memiliki koleksi buku dari Penerbit Stilletto. Sudah lama saya tertarik pada Penerbit Buku Perempuan tersebut. Salah satu buku yang saya incar yakni buku Blogging : Have Fun And Get The Money dan A Cup Of Tea For Writer (Kumpulan Kisah-Kisah Inspiratif Penyemangat Hati). Sebagai seorang blogger pemula, saya kudu meng-upgrade ilmu terkait dunia blogging dan social media. Maka kehadiran buku Blogging Have Fun And Get The Money karya @RedCarra sangatlah cocok buat saya. 

Pernah membaca serial Chicken Soup For The Soul-nya Jack Canfield? Buku tersebut berisi kumpulan kisah inspiratif yang menghangatkan hati. Begitulah kira-kira gambaran A Cup Of Tea For The Writer yang diterbitkan stiletto book. Buku tersebut berisikan kisah-kisah mereka yang berjuang dan menemukan passion di bidang menulis.

Tahun 2016 ini, Penerbit Stilletto merayakan ulang tahunnya yang ke-5 bertempat di Jogja Digital Valley. Pokoknya saya harus hadir! Pasti akan banyak kejutan menarik di dalamnya. Benar saja, Stilletto menghadirkan @RedCarra dalam acara tersebut. Senangnya. Saya bisa foto bareng nih dan minta tanda tangan langsung penulisnya. Yippy!!! Meet and Greet dengan penulis dikemas dalam bentuk talkshow yang dihadiri klub-klub buku dan komunitas blogger di jogja. Sesi pertama talkshow diisi oleh Nurilla Iryani, penulis novel Unexpected Love. Sesi kedua tentu saja diisi oleh Carolina Ratri aka @RedCarra. 
Saya yang berjilbab biru. Dokumentasi pribadi. @ArintaSetia
Sesi bookwar adalah bagian yang saya tunggu-tunggu. Kamu bebas memilih satu buku yang disediakan oleh Stilletto. Dan itu gratis!!! Catat ya. Stiletto menyediakan banyak sekali hadiah dan marchendise
Dokumentasi pribadi. @ArintaSetia
Saya beruntung bisa hadir di perayaan ulang tahun penerbit Stilletto yang ke lima. Selain mendapat ilmu, teman baru, dan pengalaman seru, saya mendapat diskon saat pembelian buku. Januari ini saya menganggarkan dana khusus untuk membeli beberapa buku terbitan Stilletto. I was so excited because i got what i want. 

Bagi kamu yang tertarik buku-buku terbitan Stilletto, ingin informasi jika ada event keren sekaligus mendapatkan diskon, gabung aja sekalian di Stilletto Book Club. It's all free. Selain hal-hal yang saya sebutkan tadi, kamu bisa dapat benefit lebih seperti poin reward yang bisa ditukar dengan exclusive blocknote atau buku senilai maksimal Rp 50.000, undian arisan buku, host blog tour jika Stilleto sedang promosi melalui blog serta undangan khusus di setiap event Stilletto. Yakin enggak tertarik?

*Arinta Setia Sari. Mahasiswi jurusan akuntansi angkatan 2011 Universitas Negeri Yogyakarta. I am more than book enthusiast. I am book addict.

Nama : Arinta Setia Sari
Twitter : @ArintaSetia
Facebook : Arinta Setia Sari
Google+ : Arinta Setia Sari
Email : arintasetia@gmail.com

Kamis, 28 Januari 2016

Rasa Syukur Tinggal di Bumi Khatulistiwa


Di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah mencipatakan langit dan bumi dan berlainan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui (Qs Ar Rum : 22)
I Love Indonesia a lot. Saya bersyukur tinggal di negeri yang membentang sepanjang 1.919.000 km² ini. I think indonesia is a paradise. Indonesia is rich. Indonesia is famous about cultures, history, heritages, culinaries, and many more i can't talk one by one. 

Apa kamu tidak bangga tinggal di Negeri Khatulistiwa dengan jumlah pulau lebih dari 17.500 tersebut? Saya lahir di Kota Batik Pekalongan. Dari SD hingga SMA, saya menikmati atmosfer heterogenitas di kelas-kelas yang saya ikuti. Saya mengganggap keberagaman merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia. saya pun menikmati setiap perbedaan yang ada. Hey, kita tidak harus menjauh dan menjarak hanya karena saya makan talas dan kamu makan sagu bukan?

Menginjak bangku kuliah, saya lebih banyak melihat rupa Indonesia yang sesungguhnya melalui Yogyakarta. Sebuah kota yang dijuluki sebagai Kota Pelajar. Kota Budaya. Yogyakarta dapat dikatakan sebagai miniatur Indonesia. Melalui Yogyakarta, saya mampu merasakan keberagaman yang membentang dari Sabang sampai Merauke.

Coba tengok bagaimana jalanan di sepanjang Malioboro setiap harinya. Lalu lalang pengunjung dari berbagai suku dan budaya. lintas daerah. Lintas negara. Denyut kehidupan terus berdetak, seirama langkah-langkah kecil para wisatawan domestik maupun mancanegara yang menawar aneka produk kerajinan lokal di sana. Pedagang yang yang mengais rejeki pun datang dari berbagai pelosok tanah air. Mencoba mencari peruntungan di Kota Gudeg. Saya melihat anekarupa kegembiraan dan semangat dari wajah-wajah mereka. Sekelompok anak muda Papua berbincang entah apa. Muda-mudi dengan logat ngapak yang khas menikmati wedhang ronde. Beberapa turis lokal berwajah sipit dan kulit putih berfoto selfie di palang bertuliskan 'Malioboro.' Barangkali mereka dari Singkawang atau Palembang. Sesederhana itu saya melihat Indonesia.

Saya ingin kedamaian selalu ada. Bersemanyam di setiap jiwa. Merupa dalam kebaikan laku dan kata.

Saya jadi teringat pengalaman beberapa waktu silam, tepatnya tanggal 18 Desember 2015 saat saya diundang oleh ICRC  (Internasional Committe of the Red Cross) di Hotel Ambhara Jakarta. ICRC merupakan organisasi internasional yang membawahi palang merah dan bulan sabit merah di seluruh dunia. Kegiatannya di bidang aksi kemanusiaan terutama saat terjadinya konflik bersenjata dan bencana. Tidak hanya itu, organisasi ini juga menjadi fasilitator, memberikan advokasi dan bantuan kemanusiaan baik berupa berupa makanan, pakaian, dan obat-obatan kepada warga sipil yang terluka akibat perang atau konflik bersenjata. Ada hal menarik selama acara tersebut berlangsung, mulai dari konsep acara, materi dari pembicara hingga band yang memberikan hiburan. Pada acara tersebut, ICRC mengangkat tema perdamaian dan antikekerasan.

Keynote speaker saat itu adalah Mas Irfan Amalee. Beliau merupakan co-founder Peace Generation sekaligus CEO Mizan Apps Publisher. Dalam presentasinya Mas Irfan berbicara mengenai Creative Campaign for Social Change. Bagaimana mengajak anak-anak muda agar menjadi agen perubahan melalui tulisan, terutama melalui media sosial dan blog. Internet layaknya pisau bermata dua. Di satu sisi dia bisa dimanfaatkan untuk hal-hal positif, di sisi lain dia bisa dijadikan sebagai alat untuk melakukan propaganda yang mengarah pada hate speech yang mengakibatkan konflik. Barangkali hal seperti ini bisa dianggap sepele, tapi nyatanya tidak. Sebab seringkali konflik-konflik berbau SARA mencuat karena penggiringan opini atau isu strategis. Di internet dan media sosial, banyak sekali situs-situs penyebar kebencian. Maka dari itu, penting sekali bagi anak muda agar menjadi influencer dan mengkampanyekan berita baik atau isu-isu positif yang memberikan banyak manfaat kepada masyarakat luas.

Jika Irfan Amalee, mengulas Creative Campaign for Social Change, maka grup band Simponii yang diundang pada hari itu membawa lagu yang mengangkat isu perdamaian dan antikekerasan. Grup musik yang terdiri dari 5 anak muda tersebut pernah meraih juara 1 di ajang Internasional Sounds of Freedom (2014) serta juara 2 dalam kompetisi Internasional Anti-Corruption Competition di Brasil tahun 2012 silam. Selain itu, Simponii pernah mendapat kesempatan mewakili Indonesia dalam Asia Pasific Enviromental Youth Forum di Korea Selatan tahun 2011 dan 2012. Prestasi anak muda yang sangat membanggakan bukan?

Berbicara mengenai perdamaian, saya jadi ingat salah satu lagu Gigi dengan judul Perdamaian. Perhatikan liriknya berikut :

Banyak yang cinta Damai, tapi perang semakin ramai. Wahai kau anak manusia, ingin damai dan sentosa. Tapi kau buat senjata biaya berjuta-juta. Banyak gedung kau dirikan, kemudian kau hancurkan. Bingung-bingung ku memikirnya.

Betapa perdamaian itu adalah sesuatu yang perlu diperjuangkan. Rasa aman bahwa negeri ini tidak terlibat konflik bersenjata seperti di negara-negara nun jauh di Timur Tengah adalah sesuatu yang patut disyukuri. Karena nikmat tidak hanya dilihat dari kekayaan dan kesehatan, tetapi juga rasa aman dan bahagia. Betapa bersyukurnya saya masih bisa melihat para pelajar dan mahasiswa belajar di balik tembok-tembok kokoh gedung sekolah atau perkuliahan. Tidak terancam roket, rudal, atau bom yang sewaktu-waktu bisa meledak seperti di Palestina, Suriah, dan Afganistan.

Saya masih bisa tersenyum melihat masih banyak anak muda Indonesia yang mengharumkan negeri. Beberapa teman organisasi yang saya kenal memiliki prestasi di tingkat internasional. Sebut saja, Adiyasa Wayan (elektronika 2011), Helda Pratama (mekatronika 2012), dan Dangin Dauh (Mekatronika 2013). Ketiganya anak teknik. Wayan dan Dangin berasal dari Bali. Jika berbicara logatnya kentara sekali. Helda ini orang asli Jogja. Jangan remehkan dua anak muda Bali ini. Wayan merupakan bagian dari tim mobil Garuda UNY yang pernah menyabet juara umum di ajang Internasional Student Green Car Competition. Dangin menciptakan aplikasi sepeda listrik dan aplikasi planedroid (pesawat mini yang dikendalikan dengan smarphone berbasis android). Helda si anak Jogja, berhasil meraih medali emas di ajang World Skill Competition 2015 di Brasil. Sekali lagi, nikmat manalagi yang kamu dustakan?

Berprestasilah. Berkaryalah. Berikan kontribusi terbaik untuk negeri.

Indahnya hidup di Indonesia. Negeri dengan beragam budaya. Melebur menjadi satu. Beda itu unik. Karena akan ada hal-hal yang menarik untuk dikaji dan dipelajari. Sebab perbedaan adalah rahmat ALLAH bagi semesta.

Terakhir saya membuat sebuah video khusus. Enjoy!!!





Minggu, 17 Januari 2016

Saya, Win, dan Zalora Wishlist

Jogja, 17 Januari 2016

Aku sudah di Stasiun Lempuyangan nih.

Demikian kira-kira pesan singkat yang masuk subuh jam 05.02 WIB tadi. Duh padahal saya belum bersiap apa-apa. Habis sholat. Belum mandi lagi. Mau ketemuan sama sahabat SMA yang lama tak bersua dan sekarang menunggu di stasiun. Namanya Winarni, tapi saya biasa memanggilnya Win.

Saya cuci muka. Keluar mengenakan jaket. Segera beranjak ke Shelter Trans Jogja menuju Stasiun Lempuyangan. Kabut tipis menyelimuti pagi Jogja. Jalanan pun masih lengang. 

Gilak! Jadwal saya padat nih hari ini. Abis jemput di Lempuyangan, kemudian cuss ke Borobudur. Malamnya jalan-jalan. Siap-siap aja remuk nih badan.

Sesampainya di sana, tuh anak udah mojok. Sendirian lagi dah kayak orang ilang aja. Lecek lagi. Bau. Kasihan banget hahaha. 

Borobudur, 17 Januari 2016

"Aku belum pernah sekalipun ke Borobobudur, jadi pas dapat kesempatan cuti kerja dan libur UAS, aku sempatin deh mampir ke sana." Kata Win.

Sebenarnya saya sekalipun belum pernah berkunjung ke Borobudur. Saya ini enggak tahan panas dan keramaian. Saya bayangkan betapa weekend ini pengunjung Borobudur pasti membludak. Keringetan. Bau. Panas. Haus. Bisa-bisa entar gosong pulang-pulang. Mungkin kalau enggak weekend masih mendingan.

Tapi demi sahabat yang lama, tak apalah saya bela-belain ke sana. 

Perjalanan menuju ke sana tidak seperti yang saya bayangkan. Saya masih bisa menikmati asyik dan serunya menikmati jalanan menuju Borobodur menggunakan becak motor. Ongkos sekali jalan pun ramah di kantong. Sungguh tak sekalipun saya merugi!
Dokumentasi Pribadi. On the way to Borobobudur. Hijau dan asri
Sesampainya di lokasi, kami melihat banyak sekali pedagang yang menawarkan marchendise dengan cara yang kreatif. Kami juga disuguhi pemandangan yang hijau nan asri. 
Dokumentasi Pribadi. Dari puncak Borobudur
Model : Win. Photografer. @ArintaSetia
Setelah puas menikmati Borobudur, kami beranjak pulang. Siang itu kami sudah sangat lelah. Ingin rasanya segera sampai di Jogja dan istirahat barang sejanak. Tepar.

Jogja, 18 Desember 2016

Win ini anak teknik. Tahu mah gimana anak teknik itu kayak apa. Nglembur buat ngerjain tugas-tugas kuliah. Kuliah aja enggak pake mandi. Cuma modal cuci muka, terus berangkat ke kampus. Enggak peduli menyebabkan polusi udara di kelas. Tapi soal selera fashion ya kudu baguslah. Ya secara kan anak cewek gitu loh.

Kami kemudian membicarakan bagaimana selera fashion rekan-rekan di tempat kerjanya. Selain kuliah, Win juga sudah bekerja di salah satu perusahaan farmasi di Bandung.

Kalau soal pakaian, saya suka warna-warna gelap, seperti hijau, biru, cokelat, dan hitam. Win pun sama mengamini. Bahan apa saja saya oke, asal cocok dan nyaman di kulit. 

Topik perbincangan kami melebar sampai ke belanja online. Saya mencari katalog produk fashion di internet. Saya menemukan beberapa referensi. Hingga akhirnya saya menemukan produk peplum. Kelihatannya menarik. Saya terus scroll down beberapa pilihan produk yang tersedia. Saya suka model peplum Zalora di bawah ini. Warnanya Gue Banget gitu. 
Saya tanyakan ke Win, "Kalau kamu suka model yang kayak apa Win?"

Win mencari. Dia lebih tertarik model Sleve peplum Blouse dari Locka RTW. Katanya ini mah cocok untuk kuliah atau kerja. Dikasih belt juga oke. Tandasnya dengan logat sundanya yang sangat kentara. Bukan. Win bukan orang Sunda. Dia berdarah Jawa Pekalongan. Sama kayak saya. Tetapi hidup merantau selama 4 tahun di Bandung membuatnya terbiasa dengan dialek Sunda yang kental. Ah, orang bisa mudah berubah ya?
Enggak hanya model peplum aja. Produk-produk Zalora yang lain juga lucu-lucu. Ada aneka pilihan. Untuk anak hingga dewasa. Mulai dari tas, pouch, jam tangan, sepatu, banyak deh. Koleksi batik juga ada kayak di bawah ini. Aihh cantik-cantik. Saya suka produk lokal.
"Mbak Arinta jadwal hari ini kita ke mana?" Tanya Win.

Saya sejenak menghentikan aktivitas browsing saya. Saya berpikir. 

"Aku juga mau beli oleh-oleh nih buat anak-anak di Bandung. 

Ya elah keleusss gue udah kayak jongos aja nih ceritanya.

"Aku ajak kamu main ke Perpustakaan DIY, aku mau riset di sana. Terus kita mampir ke Malioboro cari oleh-oleh. Besok kita ke Pantai Pasir Mendit. Aku mau observasi udang vaname dan potensi  bakau di sana." Jawab saya. 

"Siap-siap atuh Mbak"

Saya sedari tadi sangat asyik menekuri laptop. Well, saya kemudian masukkan produk pilihan saya ke kotak wishlist, berharap nanti bisa beli. Semoga stocknya masih ada.

Malioboro Im'coming.

Jumat, 15 Januari 2016

UTEESME : Kaos Kreatif Untuk Jiwa Muda Kekinian

_______________________________________________________________________________
A Gift for A Friend
________________________________________________________________________________
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat dilanda galau dan bingung. Apa pasal? Ceritanya saya mau kasih kejutan kepada sahabat sekaligus rekan saya di organisasi. Tahun 2016 ini, sahabat saya tersebut terpilih sebagai wakil ketua UKM (Unit Kegiatan Mahasiwa) Rekayasa Teknologi. Mungkin bagi kamu terdengar klise dan biasa aja. Apa istimewanya coba? Baiklah saya akan sedikit bercerita. UKM Rekayasa Teknologi atau biasa disingkat Restek merupakan organisasi tingkat universitas yang mewadahi minat dan bakat mahasiswa di bidang rekayasa teknologi, mulai dari rancang bangun, IT, robotika, mobil (termasuk mobil listrik dan mobil hybrid), hingga teknologi tepat guna. Meskipun usia Restek ini masih tergolong bayi, tetapi Restek sudah menunjukkan taringnya di kancah internasional. Mengapa saya sebut bayi? Sebab baru pada tahun 2013 Restek diresmikan oleh pihak rektorat. UKM yang lain ada yang usianya lebih dari 20 tahun, seirama dengan lama berdirinya kampus kami, Universitas Negeri Yogyakarta. 
Test drive mobil Garuda UNY sebelum berlaga di ajang Japan Student Formula 2015
Saya pikir sahabat saya ini hebat. Sebab dia dipercaya oleh rekan-rekannya untuk menjadi wakil ketua. Aslinya sih dia kandidat ketua, sebab suara mayoritas mendukungnya. Cuma dia tidak mau menjadi ketua. Hebatnya apa coba? Dia cewek. Serius? Iya dia cewek. Ah cewek mah jadi leader di suatu organisasi udah biasa. Bukan hal baru. Nah, poin plus yang saya highlight di sini adalah sahabat saya ini anak ekonomi. Sedangkan mayoritas pengurus Restek adalah mahasiswa fakultas teknik. Jadi di sini, banyak kaum adamnya. Kreatif dan inovatif pula. Anak ekonomi yang bergabung di Restek bisa dihitung jari. So, kalau ada anak ekonomi ditunjuk jadi leader Restek itu rekor! Awesome

Makanya saya ingin menghadiah something special untuk sahabat satu ini. Oh ya, saya perkenalkan, namanya Nurul Mutiara (Nara). Nara masih muda, mahasiswi jurusan manajemen angkatan 2013 ini memiliki jiwa leadership yang bagus. Hadiah ini akan menjadi kejutan buatnya. Kira-kira apa yang cocok? Hadiah tersebut haruslah produk yang tahan lama dan mewakili dirinya. Produknya juga kudu kreatif dan unik. Saya berpikir cukup lama, akhirnya pilihan saya jatuh pada kaos.
Desain kaos kreatif karya Ricky Elson
Perhatikan desain kaos di atas. Gambar tersebut saya ambil dari akun facebook Bang Ricky Elson. Ricky Elson adalah salah satu teknokrat Indonesia yang memiliki inovasi di bidang mobil listrik. Jagad maya dulu sempat heboh lantaran mobil listrik Selo karya Bang Ricky bakalan dipinang negeri tetangga, Malaysia. Banyak netizen yang tidak terima sampai memparaf sebuah petisi online. Kita pantas berbangga tentunya, sebab Bang Ricky memilih membangun mimpi-mimpi terkait pengembangan teknologi di suatu daerah bernama Ciheras (Jawa Barat), alih-alih menerima tawaran bekerja di Jepang. Padahal beliau sudah memiliki hak paten internasional terkait pengembangan mobil listrik di Negeri Sakura. Sesuatu yang patut diacungi jempol. 
Berbicara mengenai mobil listrik, kampus saya pun mengembangkannya melalui tim mobil listrik Garuda UNY yang bernaung di bawah bendera UKM Rekayasa Teknologi. Tak tanggung-tanggung pada tahun 2015 lalu, Garuda UNY berhasil menjadi juara umum di ajang Internasional Student Green Car Competition (ISGCC) di Korea Selatan dan meraih posisi runner-up kategori Best Rookie (pendatang baru terbaik) di ajang Japan Student Formula. 

Video berikut menampilkan bagaimana performance delegasi tim-tim ISGCC ketika berlaga di Korea Selatan. Tim yang memakai jaket biru dan membawa bendera merah putih adalah tim Garuda UNY (tim yang mewakili Indonesia).



Bagi Nara, Restek adalah tempat dimana dia beroleh banyak hal, mulai dari manajemen diri, keorganisasian, hingga kepemimpinan. Saya melihat antusiasme dan ledakan energi darinya. Semangatnya menular. Jika Ricky Elson menjadikan Selo untuk desain kaosnya, maka saya menjadikan Garuda UNY sebagai desain kaos yang akan saya hadiahkan untuk Nara. 

Mendesain kaos custom sendiri memang kamu bisa Arinta? Jawabannya bisa banget. Dengan Utees.me bukan hanya saya, bahkan kamu pun bisa menjajal mendesain kaos sekreatif mungkin. Coba saja.
________________________________________________________________________________
Wear Creative With Utees.me
________________________________________________________________________________
Jangan khawatir jika kamu tidak jago desain menggunakan Corel atau Photoshop. Utees.me sebagai startup lokal berbasis social media sudah menyediakan fitur-fitur yang akan membantumu dalam mendesain kaos secara online. Kamu juga bisa berbagi kreasi design tshirt online-mu itu lewat facebook atau twitter. Utees.me tahu kok bagaimana mewadahi jiwa kreatifmu itu.

Untuk pemesanan tidak ada minimal order lho. Kamu pesan satu atau berapapun boleh. Untuk pemesanan 12 kaos kamu bakalan dapat diskon. Selain itu tidak ada ongkos kirim. Hal yang menarik adalah jika kamu punya akun dan design kaosmu dibeli seseorang, kamu akan mendapatkan benefit sebesar USD 1,11 per satu kaos yang dibeli. Semakin banyak design kaosmu yang terjual, maka bonusmu semakin berlipat. Padahal modalmu cuma design tshirt online doang.
Utees.me. Desain kreatif @ArintaSetia
Utess.me. Desain kreatif @ArintaSetia
Gambar di bawah inilah yang saya pilih untuk desain kreatif kaos buatan saya. Saya jatuh cinta pada mobil Garuda UNY. Desainnya kayak peluru.

Saya melakukan pemesanan dan transfer rekening, dan dalam waktu 3 hari kaos sudah di tangan saya. Cepat sekali ya respon dan pelayanannya. I was very satisfied.

Well, one more thing, bagi kamu yang tinggal di luar negeri dan ingin melakukan pemesanan bisa banget. Cause utees.me as Indonesian social commerce now going worldwide. Go Internasional!
_______________________________________________________________________________
Express Yourself with Utees.me
_______________________________________________________________________________
Bagaimana Chief Nara? Kamu suka kan design kaos buatan Arinta dengan gambar Garuda UNY?
Model : Nara. Fotografer : @ArintaSetia. Lokasi : Taman Rektorat UNY
Model : Nara. Fotografer : @ArintaSetia. Lokasi : Taman Rektorat UNY
_______________________________________________________________________________
Tunjukkan Seberapa Kreatif Dirimu di Utees.me
________________________________________________________________________________
Beberapa seleb di atas telah memiliki akun di Utees.me dan menjadi online t-shirt creator. Kamu juga bisa melakukannya dan bikin kejutan untuk orang tersayang. Ortu. Kakak. Adik. Suami, Istri. Anak. Terserah. Mereka pasti bakalan suka hasil kreativitasmu. Utees.me menyediakan berbagai macam ukuran untuk anak dan dewasa. Kamu juga bisa milih genre favorit kamu (geek, romance, mucic, sport, dan sebagainya). Saya juga sudah punya akun Utees.me. Jiwa muda kreatif sekarang giliranmu untuk Wear and Share Your Expression!
Pilih warna favoritmu di Utees.me
Kamu cukup register di Utees.me, kemudian klik menu Design Your Own untuk memulai mendesain kaosmu. Tenang di sana disediakan template bawaan kok. Font huruf bisa kamu pilih. Kamu juga bisa unggah foto atau gambar pilihanmu. Selesai, klik Finish. Kamu bebas menyimpannya secara Private atau Publish. Tertera pula keterangan harga untuk satu buah kaos dengan tampilan satu muka (depan) Rp 144.000 atau dua muka (depan-belakang) Rp 188.000. Harga sudah termasuk ongkir ke seluruh Indonesia. Plus reward sebesar USD 1,11 jika design kaosmu dibeli orang. 

Selamat mencoba. Tunjukkan seberapa kreatif dirimu di Utees.me!
________________________________________________________________________________
Referensi :

Minggu, 10 Januari 2016

Hanya Mimpi-Mimpi Sederhana

________________________________________________________________________________
So am i wrong? For thinking that we could be something real?
Now am i wrong? For trying to reach the things that i can't see?
But, that's just how i feel. Trying to reach the things that i can't see
(Am I Wrong, a song by Nico & Vinz)

Yogyakarta, 10 Januari 2016

Saya mau sedikit bercerita, tolong dengarkan baik-baik...

Di penghujung tahun 2014, saya merasa jenuh dengan rutinitas yang hampir monoton dan saya nyaris bosan hidup di Kota Gudeg dengan segala kompleksitasnya. Kemudian, Seorang sahabat SMA yang lama tak berkabar membalas inbox facebook saya. Kami bercerita banyak hal. Mulai dari proyek riset yang ingin digarapnya hingga kenangan masa SMA yang pernah kami jalani bersama. Baiklah, saya perkenalkan sahabat saya tersebut, namanya Winarni

Saya mengagumi sahabat saya satu ini. Dia bukan tipikal gadis manja. Dia sangat tough dan penuh semangat. Portofolionya sangat menarik. Saat duduk di bangku SMP Win ditunjuk sebagai ketua PMR Madya sekaligus ketua OSIS SMPN 1 Siwalan Kabupaten Pekalongan. Di luar sekolah, Win ditunjuk sebagai ketua Komunitas Apresiasi Sastra. Prestasi akademiknya juga tak kalah keren. Win selalu menyabet ranking 1 pararel di sekolahnya. Win juga sering diminta untuk menjadi delegasi sekolah di ajang Olimpiade Sains, Lomba Cerdas Cermat (LCC), dan lomba orasi. Saat Ujian Nasional (UN), Win mendapat nilai 10,00 untuk mata pelajaran matematika. Sangat sempurna. Bahkan Win dinobatkan sebagai siswa peraih nilai UN tertinggi kedua se-Kabupaten Pekalongan. Total nilai yang berhasil diraih Win adalah 27,80 dengan range 30,00 untuk 3 mata pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan matematika). Saya sendiri mendapat nilai total 27,33. Kalah jauh dah sama Win. Saingat berat nih!

Di SMAN 1 Wiradesa-lah kami dipertemukan (tahun 2008). Di kelas yang sama. Kelas X.I dengan wali kelas Bu Tri Lasmini. Wali kelas kebanggaan kami. Saat itu antusiasme Win pada sains sudah jelas terlihat. Sedangkan saya lebih menyukai berkubang di perpustakaan. Mencium kesunyian dan aroma buku-buku tua. Selain jatuh cinta pada dunia fiksi, saya juga tergila-gila pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Demi itu, saya memilih bergabung di ekstrakurikuler English Speaking Club (ES-Club). Pada tahun 2009 saya ditunjuk sebagai Vice President of ES-Club oleh Pak Anang Widhiarso selaku pembina ES-Club saat itu. Memang anggota ekstrakulikuler ES-Club tidak sebanyak PMR atau Pramuka. Hanya sedikit siswa yang minat di bidang tersebut. Sedangkan Win sendiri terpilih sebagai ketua Klub Karya Ilmiah Remaja (KIR). Kecintaanya pada sains dan dunia penelitian membawanya hingga sejauh itu.

Selepas lulus SMA di tahun 2011, saya mendapat kesempatan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta dengan beasiswa bidikmisi. Sedangkan Win memilih bekerja mengingat biaya masuk perguruan tinggi tidaklah murah. Baru mulai tahun 2013, Win memutuskan menjejak di Universitas Ahmad Yani Bandung dengan mengambil konsentrasi bidang elektro. Selain kuliah, Win juga bekerja di salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. 

Semenjak berpisah di tahun 2011, kami tidak pernah berkabar lagi. Ada spasi di antara kami. Terpisah jarak hampir 400 Km Jogja-Bandung. Saya sibuk dengan aktivitas baru saya sebagai mahasiswa. Win dengan dunia kerjanya.
Hingga sebuah notifikasi datang di chat box Facebook saya di penghujung tahun 2014. Tak lama kemudian terpikir oleh saya membuat sebuah tantangan. Ya, tantangan untuk saya sendiri dan Win. Saya menyebutnya dengan istilah DREAM PROPOSAL (Challenge Project 2015). Kami membuat daftar mimpi-mimpi yang akan kami kerjakan selama setahun dalam kurun waktu 2015. Formatnya dibuat sekreatif mungkin. Saya membuatnya hampir menyerupai proposal sponsorship, berikut 15 halaman isi. Ada bagian sampul, latar belakang, dan rincian target disertai analisis SWOT. Cukup detail memang. Setelah selesai, kami saling bertukar proposal mimpi melalui e-mail. Proposal yang Winarni buat cukup sederhana. 

Menilik kembali ke belakang, sepanjang tahun 2015, banyak hal yang telah saya lalui. Beragam cerita mewarnai keseharian saya. Saya tengok kembali proposal mimpi yang telah saya buat. Saya merasa hampir 87 % target-target saya tercapai. Hanya ada 2 hal yang belum saya selesaikan, kelar skripsi dan nulis buku. Karena satu dua hal skripsi saya tertunda. Saya pun belum bisa menyelesaikan tulisan saya hingga menjadi sebuah buku. Sebagai gantinya saya publish tulisan di blog. Dari blog saya berbicara. 

Salah satu target yang tercapai yakni mengikuti dan memenangkan kompetisi menulis. Setelah mengikuti beberapa lomba cerpen dan kalah, akhirnya di tahun 2015 salah satu cerpen saya menjadi juara 2 di ajang Journal Fun Week. Saya pun mengikuti essay Competition yang diadakan oleh PPI India bekerja sama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI New Delhi. Kompetisi ini diikuti mahasiswa Indonesia dari universitas di dalam dan luar negeri. Tercatat ada 1280 mahasiswa yang menjadi peserta. Esai saya dengan judul Meet the Maestro tidak menang sih, tetapi saya senang bisa berpartisipasi di dalamnya. 

Selain lomba cerpen dan esai, saya menjajal lomba blog. Alhamdulilah postingan pertama saya dengan judul The Thumb Generation #GoForIt masuk dalam daftar 10 tulisan terpilih tim juri Blogdetik & Smartfren. Oleh karena itu, saya mendapat uang tunai saya dan 2 free pass Voucher  ke Jungle Land. Yang paling berkesan yakni ketika postingan kedua saya berhasil meraih juara 1 di ajang ICRC Blog Competition. Cerita lengkapnya bisa kamu baca di Ada Cerita di Setiap Perjalanan. Alhamdullilah, padahal saya ngeblog belum ada setahun. Benar-benar momen tak terlupakan.
Awarding Night ICRC Blog Competition. Dokumentasi @ArintaSetia
Setahun berlalu, saya dan Win mengevaluasi mimpi-mimpi dan progress yang telah kami lakukan. Tahun 2016 ini, saya dan Win masih membuat tantangan (resolusi) lagi. Hanya saja, kali ini saya lebih menyederhanakan mimpi-mimpi saya menjadi 4 hal. Tidak seperti tahun 2016 yang begitu kompleks dan detail. Keempat hal tersebut yakni : 
________________________________________________________________________________
4. Upgrade Ilmu Melalui Seminar, Workshop, Talkshow, dan Bedah Buku
________________________________________________________________________________
Beruntung sekali saya tinggal di Kota Pelajar di mana ada banyak event keren bertebaran setiap tahunnya. Dari yang gratisan hingga berbayar. Temanya pun beragam. Mulai dari humaniora (sosial, budaya, dan politik), teknologi, creative writing, kewirausahaan, dan masih banyak lagi. Kita bisa milih satu atau dua tema yang klik di hati kita. Kalau saya sendiri lebih suka tema creative writing, jurnalistik, kewirausahaan, dan teknologi. Yups, mumpung masih jomblo seperti saya, tingkatkan ilmu dan kapasitas diri itu penting lho guys. Catet! 
________________________________________________________________________________
3. Ikut Kompetisi (Menulis, Fotografi, dan Video Kreatif)
________________________________________________________________________________
Bagi saya, salah satu cara mengasah kreativitas ya dengan mengikuti kompetisi. Tak peduli bagaimanapun hasilnya nanti, yang penting ikut. Justru karena hal tersebut, nyali saya semakin tertantang. Jika di tahun 2015 saya mencoba berpartisipasi di kompetisi menulis, di tahun 2016 saya ingin menjajal kompetisi fotografi dan video kreatif.
________________________________________________________________________________
2. Bergabung dengan Komunitas Minat dan Hobi
________________________________________________________________________________
Salah satu manfaat bergabung dengan komunitas minat dan hobi adalah adanya kesempatan berjejaring dan menimba ilmu. Misal bergabung di Blogger Perempuan aja saya sudah merasakan manfaatnya. Saya bisa bertanya-tanya mengenai dunia blogging dan social media. Saya merasa ilmu saya belum ada apa-apanya. Masih dikit banget. Saya kudu belajar banyak dari yang lebih ahli dan berpengalaman. Di Jogja saya tergabung dalam Komunitas Blogger Jogja (KBJ). Saya senang berada di dalamnya karena bisa ikutan acara-acara seru. 

Selain komunitas blog dan kepenulisan, tahun ini saya ingin bergabung di komunitas fotografi, misal di @kelaspagiyogya. Saya yang masih awam dunia fotografi bisa belajar dari para senior berpengalaman. Seperti beberapa hari lalu, @kelaspagiyogya mengadakan workshop foto dokumenter selama 5 hari. Ini menarik, tapi sayang saya telat mendapat infonya. Tak apalah, mungkin suatu hari saya diberi kesempatan yang sama untuk belajar hal tersebut.
________________________________________________________________________________
1. Wisuda
________________________________________________________________________________
Ini poin utama yang saya highlight, lulus kuliah. Momen inilah yang saya nanti-nanti. Setelah kuliah kelar saya bisa memfokuskan diri pada impian serta passion yang ingin saya kembangkan. Saya bisa bekerja full time atau partime. Bahkan freelance. Saya ingin belajar mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Saya ingin membanggakan orangtua serta menjadi kakak teladan bagi adik-adik saya. Demikian cerita mimpi-mimpi sederhana saya di tahun 2016. 

Satu hal lagi, saya punya informasi menarik buat kamu. Kamu punya keinginan di tahun 2016 ini? Kamu tertarik mendapatkan voucher belanja @Rp 300.000 dari Bilna? Jika jawabannya ya, kamu bisa mampir di shop page Bilna di Flipit. Ikuti quiznya dan semoga kamu bisa mendapatkan keduanya, mimpi-mimpimu serta voucher dari Bilna. Be Happy!

Selasa, 05 Januari 2016

Dear Win : A Passionate Dreamer

Dear Win, Young Engineer. What's up today?

Tulisan ini aku buat khusus untukmu Win. Biasanya tulisan-tulisanku aku ikutsertakan dalam suatu blog contest. Tapi, kali ini tidak. Biasanya pula, ketika aku menulis, aku akan memakai kata ganti SAYA sebagai sudut pandang orang pertama. Tapi, kali ini tidak. Biar ada kesan intimacy (keakraban) di antara kita. Karena tulisan ini aku buat dan aku tujukan untukmu. Tulisan ini akan menjadi postingan pertamaku di awal tahun 2016.

Masih ingat kan awal tahun 2015 lalu aku tantang kamu buat DREAM PROPOSAL? Kenapa aku melakukan itu Win? Sebab hidupku flat dan monoton. Aku nyaris mati kebosanan di Kota Jogja ini. Aku butuh tantangan Win. Dengan adanya rival sekaligus partner paling tidak ada sesuatu yang bisa aku hasilkan. Ada sesuatu yang bisa aku coba. Ada karya yang aku buat. 

Kita Win, sama-sama lulus tahun 2011. Cerita kita berbeda. Kamu kuliah di Universitas Jenderal Ahmad Yani dan ambil jurusan elektro yang mayoritas dihuni kaum adam. Kamu kan cewek, betah gak Win berdampingan dengan mahkluk-makhluk macam itu? Anak elektro pasti banyak nglembur ya? Selamat datang di Fakultas Teknik. 

Meski aku anak ekonomi, tapi nyaris 87% teman-temanku adalah anak-anak teknik. Aku kan bergabung di UKM Rekayasa Teknologi di mana mayoritas didominasi kaum adam dari fakultas teknik. Entah elektro, teknik sipil, mekatronika, IT dan sebagainya. Anak-anak teknik ini gokil dan seru terkadang. Aku suka mereka. Biasanya anak-anak teknik itu kreatif dan inovatif lho Win. Aku bahkan pengin punya suami anak teknik, LOL. Apalagi anak elektro atau mekatronika yang jago merakit robot atau bikin program. Ah mereka ini keren. 
Tahun 2014 lalu kampusku ditunjuk sebagai tuan rumah kontes robot tingkat nasional. Kami anak-anak UKM Rekayasa Teknologi diminta membantu mempersiapkan perhelatan akbar tersebut. Seru tahu Win. Kamu tahu kalau dari kecil aku tergila-gila pada hal-hal berbau robotika? Kesampaian juga ya nonton kontes robot ketika kuliah. Aku juga demen animasi dan film berbau fiksi ilmiah gitu, apalagi yang ada robot dan teknologi mutakhirnya. Aku suka transformer. Pun animasi Wall-E dan Big Hero 6. Kamu suka nonton animasi Win? Kalau tertarik aku ada film Big Hero 6. Film animasi robotika favoritku.

Kampusku juga buat mobil listrik yang dikompetisikan di ajang Internasional Student Green Car Competition dan Japan Student Formula. Tahun 2015, mobil listrik GURT (Garuda UNY Racing Team) juara umum di Korea Selatan dan meraih posisi runner-up best rookie untuk kategori pendatang baru di Japan Student Formula (Jepang). Pengin banget aku kenalin kamu sama Merya Wulansari. Dia itu keren. Anak fisika yang udah melanglang buana ke Jepang dan Korea Selatan karena mengikuti kompetisi mobil listrik internasional. Tapi kayaknya Merya lagi sibuk akhir-akhir ini deh.
________________________________________________________________________________
Kamu Orang yang Luar Biasa
________________________________________________________________________________

Kamu luar biasa Win. Yeah seriously, harus kuakui kamu itu keren. Tahu gak sih, isi  e-mailmu itu greget banget sumpah. Abis baca itu aku speechless. Envy berat dong aku. Dari SMA portofoliomu aja sudah sebagus itu. Ketua klub Karya Ilmiah, jawara di lomba esai ilmiah tingkat karesidenan Pekalongan, inisiator aksi penggalangan dana untuk korban erupsi Merapi. Paling suka idemu tentang wirausaha berbasis sains, istilahnya kecenya sainspreneurship.

Kamu konsep program jangka panjang. Rancang draft proposal dan ajukan ide tentang budidaya jamur dan pengolahan minyak atsiri. Kamu bilang bahwa program yang kamu dan tim KIR rancang memiliki efek jangka panjang. Bahkan hingga kini masih terasa. Ini masih yang jamur lho, belum yang pengolahan minyak atsiri. Tentang pengolahan minyak atsiri, apa kamu bilang? Program ini disusun untuk mengikuti seleksi LKTI tingkat nasional dan pengadaan mesin distilasi yang harganya 70 juta? Wow. Fantastis untuk ukuran anak muda seusiamu. Senang sekali ketika mengetahui bahwa mesin tersebut kini digunakan untuk pengolahan parfum nonalkohol yang bahan-bahan racikannya diambil dari dedaunan dan bebungaan. Masuk Radar Pekalongan lagi. That sounds great!

Melalui jalan yang berliku (2011), kamu bisa bertahan di salah satu perusahaan farmasi terbesar di Bandung, bahkan di Indonesia mungkin. Kamu memilih engineering sebagai hard skill-mu. Kamu terinspirasi Prof. Toto Winoto yang merupakan guru besar ITB di bidang fisika atom dan electricity. Kamu punya mimpi suatu hari nanti bisa mempresentasikan ide-idemu dihadapan board of manager dari perusahaan tempat kamu bekerja, termasuk Prof. Toto. Wow!

Anjrit dah ceritamu itu! hahaha...Udah berasa jadi 'jantan' Win? Gak bisa ngebayangin jadi bidadari di kelas yang berisi 35 pejantan cowok. Kayaknya jarang mandi nih anak kalau masuk kelas. Hobinya nglembur dengan tugas-tugas.

Terlepas dari itu semua, aku salut kamu masih memiliki kepedulian yang tinggi kepada sesama. Kamu ikut program One Day One Juz. Kamu buat proposal pengadaan perpustakaan dan laboratorium ke Kemenag untuk yayasan yang kamu kelola (semoga di-ACC ya). Kamu ngadain les gratis buat para santri yang kesulitan dalam hal belajar.

Salut dah. 10 jempol Win.

Bagian yang menarik adalah saat kamu bercerita tentang mimpi-mimpi kamu di tahun ini. Kamu ingin memperdalam ilmu design control, pemrograman, robotika, dan kecerdasan buatan (elektro banget kalau ini mah).  Kamu juga tertarik pada game cerdas yang mengaplikasikan konsep konversi sinyal otak menjadi sinyal digital. Wait, ini udah berbau teknik nih. Tapi Win, kamu pernah dengar teknologi augmented dan virtual reality for gaming development? Okay, kapan-kapan aku ceritain deh. Di jogja mah lumayan banyak acara terkait digitalpreneurship. Kayak gini nih contohnya. Sayang acaranya tanggal 7, padahal kamu berangkat dari Bandung tanggal 16. Aku pengin ngajak kamu ikutan ini.
Kalau di bidang robotika aku ada 2 temen yang punya karya serta prestasi top. Namanya Dangin Dauh dan Helda Pratama. Dangin kini sedang ngembangin aplikasi electric bike kalau gak salah. Selain itu, dia juga ngembangin aplikasi planedroid dan mesin fermentasi makanan (katanya buat bekal S2 Pertanian di UGM). Sedangkan Helda, dia tahun 2015 lalu meraih medali emas di ajang world skill competition bidang robotika. Aku pengin kenalin kamu sama mereka berdua. Tapi kami di sini masih UAS Win. Coba kalau mereka gak sibuk entar aku kontak deh. Kita ngobrol bareng.

Anyway Win, di kelasmu ada temen yang masih jomblo punya ide-ide keren terkait robotika enggak? Kalau ada kenalin dung. Apalagi yang anak gunung. Ya siapa tahu kan bisa diajakin ke Rinjani. Hahaha...Arinta udah mulai sotoy nih!
_______________________________________________________________________________
Tantangan 2016
_______________________________________________________________________________
Setelah aku evaluasi Dream Proposal-ku tahun 2015, kayaknya aku banyak buat challange nih buat diri aku sendiri. Dua proyek yang belum bisa terealisasi yakni nulis buku dan kelar skripsi. Kayaknya nulis buku aku pending dulu. Aku baru mau mulai riset tahun 2017 dan kukirimkan ide-ideku ke penerbit tahun 2018. Akan gila-gilaan nih risetnya. Untuk sekarang aku memikirkan bagaimana bisa menyelesaikan studiku dulu. Sebagai gantinya aku publish tulisan di blog. Salah satu resolusi yang tercapai yakni mengikuti writing competition dan mengembangkan networking.
Aku sudah beberapa kali ikut short story competition, lomba esai, dan blog contest. Untuk lomba cerpen aku berhasil meraih posisi runner-up di ajang Journal Fun Week 2015. Untuk lomba esai aku gak menang sih. Saingannya 1280 peserta soalnya dan yang ngadain PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) India bekerja sama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI New Delhi. Lumayan berat kan. Pesertanya juga ada yang dari universitas luar negeri lho. Tapi lumayan Win aku ikut ini, dapat sertifikat plus tandatangannya Prof. Iwan Pranoto. Beliau pernah menjadi dosen matematika di FMIPA ITB dan sekarang menjabat sebagai sebagai kepala Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI New Delhi. Prof. Iwan kayaknya asyik orangnya. Pengin banget deh aku ngobrol dengan beliau terkait dunia pendidikan.

Untuk tantangan 2016, aku buat simple aja. Gak kayak tahun lalu.
1. Wisuda
2. Ikut berbagai macam kompetisi menulis, plus photography & video contest.
3. Upgrade ilmu dengan mengikuti workshop/seminar kepenulisan dan bedah buku.
4. Bergabung dengan komunitas tertentu, misal Komunitas Lensa Jogja (fotografi) dan Stiletto Book Club (menulis)

Aku senang akhirnya kamu meluangkan waktumu untuk berkunjung ke Jogja. Tenang nanti aku traktir kok. Aku juga nyediain 2 novel (masih tersegel rapi) khusus buat kamu. Salah satu penulisnya adalah Mas Redy (tinggal di Jogja). Beliau juara 1 lomba menulis novel yang diadakan Penerbit Tiga Serangkai tahun 2014 lalu. Novel satunya ya dirahasiakan, hehehehe :D
Buku-buku di atas baru sebagian saja yang aku keluarkan lho. Hayooo katamu mau ngobrak-ngabrik kamar kosku. The last, kalau kamu mau aku ingin ngajakin kamu ke Perpustakaan DIY, perpustakaan terbesar se-ASIA TENGGARA. Jangan lupa ya habis baca ini tinggalkan komentar! Awas Kalau enggak. Aku timpuk nanti kalau dah di Jogja :p

*Tulisan ini mengandung unsur provokasi