Jumat, 29 Januari 2016

I Am More Than Book Enthusiast. I Am Book Addict

More Than Book Enthusiast
Dokumentasi Pribadi : @ArintaSetia
"A book is a device to ignite the imagination." ( Alan Bennett)
Saat saya kecil, tidak ada yang lebih menarik dari 3 hal berikut, acara TV di hari minggu, permainan tradisional dan buku-buku. Saya suka nonton animasi seperti Doraemon, Detective Conan, Inuyasha, Chibhi Maruko Chan, dan film-film garapan Disney. Apapunlah, sesuatu yang tayang dari jam 7 pagi hingga 12 siang. Bubar nonton TV, terkadang saya main ke rumah teman. Apalagi kalau bukan main petak umpet, gobaksodor, pasaran, lompat tinggi, dan sebagainya. Makin banyak yang ngumpul makin asyik dan seru. Semakin sore, semakin rame. 

Pada masa itu internet belumlah seperti sekarang ini, di mana orang bisa memilih bacaan favorit melalui berbagai e-book yang dijual di Amazon, Google Play, online book store, dan sebagainya. Bahkan ada gadget bernama Kindle yang diciptakan untuk netizen atau peselancar di dunia maya yang doyan membaca e-book. Kamu bisa membaca apapun dan di mana pun kamu suka. Entah di perpustakaan, kedai kopi yang ber-wifi atau di kamarmu yang nyaman. 

Sedari kecil saya gila membaca. So, jika waktu luang saya menghabiskan berjam-jam dengan membaca novel atau komik. Komik favorit saya apalagi kalau bukan Doraemon dan Conan. Bobo adalah majalah yang saya buru dan saya tunggu di tiap edisinya. Untuk bacaan anak-anak, saya tergila-gila sama serial horor Goosebump-nya R.L Stine. Sehabis membaca Goosebump, saya terus terhantui sampai enggak bisa tidur. Saya membayangkan monster-monster keluar dari kegelapan malam dan melahap saya hidup-hidup. 

Membaca mengasah imajinasi. Selain itu, melalui membaca kita bisa menciptakan sederet prestasi. Percaya? Ketika SMP saya pernah menyabet juara 1 Olimpiade Sains Biologi tingkat Kabupaten Pekalongan dan menjadi delegasi sekolah di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Ini catatan menarik, sebab selama ini SMP saya tidak pernah sekalipun masuk 3 besar dalam kejuaraan olimpiade sains. Saya yang pertama kali memecahkan rekor tersebut. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi anak cupu seperti saya. 

Teman-teman di sekolah menjuluki saya perpustakaan berjalan. Bintang kelas. Eh ini pujian atau sindiran sih sebenarnya? Hahahaha. Mereka pikir saya ini cerdas dari sononya. Padahal tidak sama sekali. Saya hanya bermain strategi dan lebih banyak membaca di bandingkan yang lain. Itu rahasianya. 

Siswa-siswa yang biasanya menjadi jawara di ajang olimpiade sains biasanya di sekolahnya memiliki kelas olimpiade. Mereka yang terpilih, dilatih dan dimotivasi di kelas khusus tersebut selama setahun. Sekolah saya tidak demikian. Tidak ada kelas olimpiade. Segalanya saya mulai dengan belajar mandiri. Otodidak. Tanpa mentoring dari guru biologi. Saat anak-anak sibuk menggosip atau nongkrong di mal, saya menghabiskan berjam-jam di perpustakaan. Mempelajari bentuk kehidupan sederhana mulai dari sel, organela, hingga organisme. Bercengkrama dengan taksonomi dan nama-nama latin. Berkencan dengan Charles Darwin, Gregor Mendel, Carolus Linnaeus, Louis Pasteur, dan Alexander Flemming sekaligus. Kembali ke era dark ages. Abad pertengahan. 

Setahun saya belajar gila-gilaan. Kebayangkan hasilnya kayak apa? Sebab hasil tak akan pernah mengkhianati proses.

Saya tidak bisa terlepas dari buku. Buku apapun. Sesuatu yang menarik perhatian saya. Entah novel, kumpulan cerpen, biografi tokoh, buku pelajaran, buku motivasi dan sebagainya. Orang-orang yang memiliki sederet prestasi, paling enggak dia suka membaca. Menghabiskan waktu sembari riset, mencari referensi di internet, melahap buku-buku, dan jurnal-jurnal jikalau ada. Apapun profesi dan latar belakangnya. Entah seorang ilmuwan, psikolog, entrepreneur, atlet, peraih hadiah nobel, selebritas, blogger, penulis, bankir dan yang lainnya. Mereka butuh pengetahuan, wawasan serta asupan bergizi yang mampu meningkatkan kapasitas diri dan intelektual. 

Ada satu hal lagi pengalaman yang ingin saya ceritakan. Sedih sekali kalau saya mengingat hal ini. Bingung juga harus memulai darimana. Well, waktu telah berlalu.

Tahun 2010, Saking seringnya saya berkunjung di Perpustakaan Kota Pekalongan, mungkin seminggu minimal 3 kali, saya menjadi kandidat yang layak untuk Duta Baca Perpustakaan. Hadiahnya lumayan untuk ukuran kantong anak SMA kala itu. Ada piala, piagam, dan uang tunai. Saat itu saya sedang membutuhkan uang untuk membiayai kebutuhan sekolah saya. Saya berharap bisa menang. Saya memenuhi semua kriteria yang ada kecuali satu hal. Yups domisili. Saya tinggal di Kabupaten Pekalongan, sedang kandidat yang terpilih setidaknya sekolah, menempati rumah, atau memiliki KTP di Kota Pekalongan. Bisa dipastikan saya tidak terpilih. Saya gagal. Saya kecewa dengan sistem dan kriteria yang ditetapkan. Tapi mau bagaimana lagi?

Saya kemudian beralih ke Perpustakaan Dimurti, di samping karena lokasinya yang lebih dekat dengan tempat saya tinggal. Perpustakaan ini lebih mirip rumah baca  dengan beragam koleksi. Mulai dari buku-buku fiksi, nonfiksi, komik, hingga majalah dan surat kabar. Di sini saya bisa menemukan edisi hard cover The Origins of Species-nya Charles Darwin. Buku langka yang tebal dan jika dilempar bisa bikin kepalamu benjol. Do you Know about Charles Darwin? Dia itu yang mengemukakan Teori Evolusi Darwin dan Teori Seleksi Alam "Survival of the Fittest," hanya yang terkuat yang bisa bertahan hidup. Pemikiran-pemikiran Darwin selalu menjadi bahan perdebatan baik di kalangan teolog, pemuka agama, maupun ilmuwan di seluruh dunia.
________________________________________________________________________________
Antusiasme Itu Tumbuh Dari Dalam
________________________________________________________________________________ 
Koleksi Pribadi @ArintaSetia
Tidak dapat dipungkiri bahwa minat membaca itu tumbuh dari dalam. Dimulai dari orang-orang terdekat. Seperti orangtua yang menularkan virus membaca atau mendongeng kepada putera-puterinya. Barangkali hal tersebut merupakan sesuatu yang sederhana. Namun bisa menjadi positive habit yang melekat dan berdampak hingga dewasa.

Jika saya memiliki keluarga kelak, saya juga akan membangun positive habit tersebut kepada anak-anak saya. Penulis yang membangun kebiasaan positif membaca buku dan menularkan virus literasi di antaranya Watiek Ideo (penulis buku anak yang sukses) dan Deassy M. Destiani (penulis buku best-seller Bukan Untuk Dibaca). Terakhir, saya mengetahui Mbak Watiek ini mengikuti Frankfurt Book Fair di Jerman selama 5 hari (Oktober 2015) dari statusnya yang di-share di facebook. Mbak Watiek juga mendirikan Rumah Baca Lintang dengan maksud menumbuhkan minat baca anak sejak dini. Sedangkan Mbak Deassy mendonasikan sebagian royalti bukunya untuk Paud yang didirikannya. Keren bukan?

Saya miris ketika mendengar minat baca di Indonesia sangat rendah. Saya pikir bukan karena mereka tidak mau membaca atau apa, tetapi lebih kepada kurangnya akses terhadap dunia perbukuan itu sendiri. Bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah, buku masih dianggap suatu kemewahan. Bisa jadi ada yang berpikir lebih baik uang yang ada dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok daripada membeli buku. Saya malah berpikir sebaliknya. Membaca dan membeli buku adalah investasi masa depan. 

Yang kedua, mereka yang enggan membaca buku biasanya disebabkan oleh rendahnya budaya literasi di lingkungan keluarga. Asal tahu saja, salah cara membangun ikatan emosi orangtua-anak adalah dengan membacakan cerita atau mendongeng. Saya mengamati beberapa orangtua (entah blogger, penulis buku, pengusaha, dan sebagainya) yang tertarik membaca buku, anak-anaknya juga memiliki kecenderungan yang sama. Ini terlihat sekali dari beberapa status yang dibagi di facebook atau postingan yang ditulis di blog mereka masing-masing. Anak-anak adalah peniru yang baik. Jika orangtuanya memiliki kebiasaan membaca, maka sang anak tak akan lebih jauh dari itu.

Maka dari itu, saya sangat salut kepada mereka, siapapun itu, yang mendirikan rumah baca atau perpustakaan dengan maksud untuk meningkatkan budaya membaca dan kepekaan literasi kepada anak-anak Indonesia.
Jeroan gedung perpustakaan Grhatama Pustaka DIY. Sumber : brilio.net
Suasanya nyaman di Perpustakaan Grhatama Pustaka DIY. Dokumentasi pribadi : @ArintaSetia
Saya sendiri mencoba membangun budaya literasi dengan mengunjungi pameran buku, mengikuti bedah buku, workshop atau seminar kepenulisan, membeli buku-buku dari berbagai penerbit  yang ada. Saya beritahu satu hal, dengan kita membeli satu buku saja, itu artinya kita membantu menghidupkan geliat industri perbukuan Indonesia. Tidak hanya pemilik perusahaan, editor ataupun penulis, tetapi juga para pekerja di bagian percetakan, kurir buku, industri kertas, dan sebagainya. Sebab, semuanya saling menopang satu satu sama lain.

Coba perhatikan gambar di atas. Gambar tersebut saya ambil saat mengunjungi Grhatama Pustaka yang digadang-gadang sebagai perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara dan menelan dana 27,5 miliar. Perpustakaan ini sudah kayak hotel saja. Bersih, nyaman, dan kondusif untuk membaca buku atau berselancar di dunia maya. Saya betah lho seharian di sini, ada wifi gratis lagi. Perpustakaan ini membuka layanan pada hari Senin hingga Sabtu dari jam 08.00 sampai 22.00 WIB. Perpustakaan ini memiliki koleksi buku langka dan naskah kuno, ruang diskusi, ruang bermain anak, ruang satwa, bioskop 6D, ruang khusus braille, serta ruang digital. Gimana? Jika kamu menemukan sudut yang asyik untuk membaca seperti ini bagaimana kamu enggak betah berlama-lama di dalamnya?

Kebetulan lagi saat saya berkunjung ke Grhatama Pustaka, di sebelah timur lobi sedang ada pameran buku. Saya bisa mendokumentasikannya di sini. Well, saya tertarik sekali pada penataan buku-buku tersebut. Terlihat sangat cantik dan elegan bukan? 
Dokumentasi Pribadi @ArintaSetia
_______________________________________________________________________________
Be Smart and Sexy With Stilletto Book
_______________________________________________________________________________
I am such of book addict. I think book addict is the new sexy. Koleksi buku saya sudah lumayan banyak. Menjelang akhir tahun 2015 saya juga menghabiskan Rp 550.000 hanya untuk membeli buku-buku. Tak hanya novel-novel, saya memiliki buku biografi Marta Tilaar, Sang Burung Biru (kisah perjalanan pendiri perusahaan Taksi Blue Bird), biografi Muhammad Yunus (pendiri Grameen bank & peraih nobel perdamaian 2006) dan Change Leadership Nonfinito-nya Pak Rhenald Kasali (Socialpreneur dan pendiri rumah perubahan). 

Saya merasa ini belumlah cukup. Saya harus memiliki koleksi buku dari Penerbit Stilletto. Sudah lama saya tertarik pada Penerbit Buku Perempuan tersebut. Salah satu buku yang saya incar yakni buku Blogging : Have Fun And Get The Money dan A Cup Of Tea For Writer (Kumpulan Kisah-Kisah Inspiratif Penyemangat Hati). Sebagai seorang blogger pemula, saya kudu meng-upgrade ilmu terkait dunia blogging dan social media. Maka kehadiran buku Blogging Have Fun And Get The Money karya @RedCarra sangatlah cocok buat saya. 

Pernah membaca serial Chicken Soup For The Soul-nya Jack Canfield? Buku tersebut berisi kumpulan kisah inspiratif yang menghangatkan hati. Begitulah kira-kira gambaran A Cup Of Tea For The Writer yang diterbitkan stiletto book. Buku tersebut berisikan kisah-kisah mereka yang berjuang dan menemukan passion di bidang menulis.

Tahun 2016 ini, Penerbit Stilletto merayakan ulang tahunnya yang ke-5 bertempat di Jogja Digital Valley. Pokoknya saya harus hadir! Pasti akan banyak kejutan menarik di dalamnya. Benar saja, Stilletto menghadirkan @RedCarra dalam acara tersebut. Senangnya. Saya bisa foto bareng nih dan minta tanda tangan langsung penulisnya. Yippy!!! Meet and Greet dengan penulis dikemas dalam bentuk talkshow yang dihadiri klub-klub buku dan komunitas blogger di jogja. Sesi pertama talkshow diisi oleh Nurilla Iryani, penulis novel Unexpected Love. Sesi kedua tentu saja diisi oleh Carolina Ratri aka @RedCarra. 
Saya yang berjilbab biru. Dokumentasi pribadi. @ArintaSetia
Sesi bookwar adalah bagian yang saya tunggu-tunggu. Kamu bebas memilih satu buku yang disediakan oleh Stilletto. Dan itu gratis!!! Catat ya. Stiletto menyediakan banyak sekali hadiah dan marchendise
Dokumentasi pribadi. @ArintaSetia
Saya beruntung bisa hadir di perayaan ulang tahun penerbit Stilletto yang ke lima. Selain mendapat ilmu, teman baru, dan pengalaman seru, saya mendapat diskon saat pembelian buku. Januari ini saya menganggarkan dana khusus untuk membeli beberapa buku terbitan Stilletto. I was so excited because i got what i want. 

Bagi kamu yang tertarik buku-buku terbitan Stilletto, ingin informasi jika ada event keren sekaligus mendapatkan diskon, gabung aja sekalian di Stilletto Book Club. It's all free. Selain hal-hal yang saya sebutkan tadi, kamu bisa dapat benefit lebih seperti poin reward yang bisa ditukar dengan exclusive blocknote atau buku senilai maksimal Rp 50.000, undian arisan buku, host blog tour jika Stilleto sedang promosi melalui blog serta undangan khusus di setiap event Stilletto. Yakin enggak tertarik?

*Arinta Setia Sari. Mahasiswi jurusan akuntansi angkatan 2011 Universitas Negeri Yogyakarta. I am more than book enthusiast. I am book addict.

Nama : Arinta Setia Sari
Twitter : @ArintaSetia
Facebook : Arinta Setia Sari
Google+ : Arinta Setia Sari
Email : arintasetia@gmail.com

33 komentar:

  1. Kebiasaan dari kecil yang akhirnya sampai saat ini bisa tersalurkan dan pastinya juga menghasilkan ya mbak?... keren!!!.

    BalasHapus
  2. Hello salam kenal. Meninggalkan jejak kata telah bertandang disini. Rumah kata yg menyenangkan. Selamat berkata2 slalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga telah mampir di blog ini.

      Salam,
      Arinta Setia

      Hapus
  3. wooowww... koleksinya mantap. koleksiku sekarang buku cerita anak-anak dek.. >_<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Besok klo aku dah jadi mommy mungkin aku juga akan banyakin koleksi buku anak Mbak Arinta hihihihi:D

      Hapus
  4. Wow..koleksi bukunya banyak ya dek...aku baru ngumpulin buku-buku favorit, tapi karena harganya lumayan..jadi nyicil deh satu persatu..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ika. Saya juga ada yang nyicil atau beli pas harga lagi diskon :)
      Yang penting punya buku2 koleksi pribadi

      Hapus
  5. baru mau tanya itu fotonya Mbak Carra bukan, eh iya bener .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups Tepat sekali Mbak Lidya. Itu saya bersama Mbak Carra :)

      Hapus
  6. Keren mbak Arinta bukunya komplit. Saya sedang bertekad untuk koleksi buku karena bisa diwariskan dan berguna :)

    Semoga sukses lombanya ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Exactly Mbak Anjar. Buku adalah salah satu hal yang bisa diwariskan :)

      Aminnnn

      Hapus
  7. Dulu aku suka baca mba, apa aja aku baca.. Aku stop baca sejak lulus kuliah, entah kenapa hahaha.. Lebih sering berinternet ria nih ckckckk.. Btw itu pakai aplikasi apa mba Arinta kok fotonya gerak gerak? ^.^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku waktu selepas SMP sering banget ngendon di Perpus ampe seharian mbak. Betah banget yah. Baca novel dan buku-buku lainnya.

      Sejak kuliah aktivitas membaca novel berkurang...

      Kadang waktu juga aku habiskan lebih banyak berinternet ria. Membaca blog2/website dan menulis...
      Juga mengkoleksi buku2...

      Hapus
  8. Keren mba tulisannya, semoga menang:)

    BalasHapus
  9. Koleksinya gilakkkkk. Benar2 sudah kecanduan ini levelnya...

    BalasHapus
  10. Mirip banget dengan diriku. Hoby membaca dan suka mengunjungu perpustakaan. Koleksi bukuku sudah lumayan banyak. Pernah aku dianggap sinting sekelilingku karena suka membaca dan bukunya tebal-tebal. Dikiranya aku mengikuti aliran sesat. Karena memang buku apapun aku lahab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo aku milih2 Mas Djangkaru. Gak semua buku aku baca hehehehe :D
      Lebih suka novel dan buku biografi

      Hapus
  11. Aku dulu juga gitu mak. Kalo liburan, ke gramed, borong buku trus seharusnya aja di kamar. Dulu waktu SD jamannya buku legenda cerita rakyat gitu.
    Sampe sebelum nikah!
    Pas nikah, saya bingung itu buku2 mau diapain?! Ga ada space nya pula di rmh petak.
    Akhirnya saya jual2in aja hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mah klo ada anggaran lebih malah pengin sisihkan buat beli buku2. Sekalian punya perpustakaaan pribadi...

      Hapus
  12. Wah, keren deh perpustakaannya.. Bikin betah nginep :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha penginnya sih buka 24 jam. biar kayak kafe gitu. Pasti aku betah nantinya...

      Hapus
  13. Semoga menang, ya? :D Tulisannya keren banget.

    BalasHapus
  14. Aku suka baca buku,tapi kadang juga nggak baca dalam satu minggu. Sekarang lebih suka membawa buku saat bermain keluar kota, dll. Di sana pas luang aku bisa baca buku hehehhhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren itu Mas Nasirullah. Aku sekarang mencoba membawa 1 buku dalam tas :)

      Hapus
  15. kereen ah, dari kecil udah akrab dengan buku.
    itu sayang banget ya cuma gegara domisili jadi gagal.

    BalasHapus
  16. Perayaan hari buku nasional gak bisa dilepaskan dari minat baca. Banyak cara dilakukan untuk meningkatkan minat baca, seperti yang dilakukan oleh best western kemayoran yang membagi-bagikan buku gratis.

    BalasHapus

  17. Hai arinta setia.. Review nya bagus. Saya suka membacanya.

    BalasHapus