Sabtu, 23 Mei 2015

Ada Sebuah Cerita Hari Ini (Part #2)

“Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.” E.L Doctorow quotes (American Author and Editor)
Sabtu, 23 Mei 2015. Ruang Sidang 2 FMIPA UNY
Journal Fun Week with Adhitya Mulya & Azhar Nurun Ala
Jornal Fun Week. Demikian nama Talkshow kepenulisan itu. Diadakan oleh Himafi UNY. Menghadirkan dua pembicara keren, yakni Adhitya Mulya dan Azhar Nurun Ala. Mereka sama-sama menekuni dunia kepenulisan. Bedanya kalau Adhitya Mulya di awal karirnya lebih menyukai menulis skenario film daripada menulis novel, mengawali menulis novel perdana berjudul Jomblo, dan menerbitkan buku-bukunya di penerbit mayor. Novelnya yang berjudul 'Sabtu Bersama Bapak' masuk daftar best-seller. Sedangkan Azhar Nurun Ala adalah seorang blogger yang mulai menulis di tahun 2011. Mas Azhar, demikian aku menyebutnya, telah menerbitkan 3 buku secara self publishing. Cerita tentang Mas Azhar silakan kunjungi  Ada Sebuah Cerita Hari Ini (Part #1)

Awalnya aku enggak tertarik ikut tuh talkshow, tetapi karena aku mengikuti lomba menulis dengan tema "Cerita Cinta Anak Bangsa," maka mau tidak mau aku kudu ikut acara tersebut. Padahal minggu sebelumnya aku sudah ikut acara seminar kepenulisan "Maknai Dunia Dengan Kata" bersama Kurniawan Gunadi. Siapa Kurniawan Gunadi? Oke tulisanku selanjutnya tentang seminarnya Kurniawan Gunadi. But, untuk postingan kali ini aku hanya akan berbagi cerita tentang sharing session with Adhitya Mulya di JWF 2015.

Adhitya Mulya. Pembicara yang satu ini aku kenal saat baca-baca review di salah satu blog yang secara khusus  meresensi novel-novel. Sabtu Bersama Bapak. Judul novel yang sedang nge-hits saat ini alias masuk daftar buku best-seller. Menurut pengamatanku pribadi, novel-novel yang mengulas tentang ayah masih jarang di pasaran. Kalau kamu coba amati di Gramedia atau Togamas, buku fiksi dan nonfiksi dengan tema parenting cenderung menceritakan tentang sosok ibu. Enggak ada yang salah dengan pemilihan tema tersebut kok. Cuma, market untuk tema ayah masih berpeluang cukup besar. 

Sebelum novel Sabtu Bersama Bapak hadir, Tere Liye telah meluncurkan novel berjudul Ayahku (Bukan) Seorang Pembohong. Tak mau kalah, Andrea Hirata menelurkan karya terbarunya di tahun ini dengan judul Ayah. Penulis Azhar Nurun Ala pun melalui self publishing-nya, menerbitkan novel berjudul Seribu Wajah Ayah. Menarik ya readers? 
Novel-novel dengan tema ayah (www.arintasetiasari.blogspot.com)
Sedikit cerita tentang Mas Adhit, dia orang Bandung yang numpang lahir di Medan. Dulu kuliah di ITB ambil teknik sipil. Mas Adhit telah menghasilkan banyak karya di bidang kepenulisan. Karya-karya tersebut di antaranya : Jomblo (2003), Gege Mengejar Cinta (2005), Kejar Jakarta (2005), Traveller's Tale, Belok Kanan : Barcelona (2009), Antologi, Kepada Cinta : True Love Keeps No Secret (2009), Empat Musim Cinta (2010), The Journeys (2011), Catatan Mahasiswa Gila (2011), Mencoba Sukses (2012), Sabtu Bersama Bapak (2014). Liat tuh perjalanan karyanya dari 2003 hingga 2014. 
Karya-karya Kreatif Adhitya Mulya (www.arintasetiasari.blogspot.com)
Karya-karya Kreatif Adhitya Mulya (www.arintasetiasari.blogspot.com)
Hehehe melihat seorang penulis yang produktif berkarya jadi iri ya readers. Bisa berbagi cerita di berbagai acara seperti bedah buku, talkshow, seminar, dan workshop kepenulisan. Mendapat pengalaman menarik setiap berbagi cerita ke pelosok negeri. Terbayang dulu aku pernah jadi panitia-panitia untuk acara semacam ini. Mengundang pembicara-pembicara keren sesuai bidangnnya. Dua kali ngadain workshop kepenulisan untuk program kerja BEM KM UNY (2012 & 2013). Aku juga berdoa dalam hati di setiap kesempatan yang ada, semoga suatu saat aku bisa berbagi cerita seperti orang-orang kreatif itu. 

Well, sepertinya sudah cukup ceritaku tentang Mas Adhit. Sekarang aku mau berbagi catatan dari apa saja yang sudah aku endapkan di neuron-neuron otakku. Selama talkshow yang dimoderatori oleh Febri Nurhayati, aku cuma diam mendengarkan. Aku coret-coret block note-ku jika ada sesuatu yang memang layak dicatat. Aku fokus pada cerita. Sesekali membuat tulisan cakar ayam di block note. Seolah-olah tak ingin kehilangan bagian yang penting. 

Ada beberapa poin yang kutulis dalam catatanku selama Mas Azhar berbagi cerita. 

Poin pertama, mengenai mencari tema yang unik untuk buku kita. Kita kudu berani beda dong ketika mengkonsep ide. Ini strategi untuk meraih market di industri perbukuan. Apalagi jika market digempur dengan tema tertentu yang sudah jenuh. Enggak mengikuti trend yang saat itu sedang hits juga enggak apa-apa kok. Asal karya kita unik dan bisa diterima di pasar. Misal nih, saat cerita romansa dan horor sedang menjadi trend, bolehlah membuat sebuah cerita atau novel dengan tema travelling/perjalanan. Strategi yang diterapkan Mas Adhit ini terbukti berhasil. Buku dengan tema travellernya sukses merebut market. Padahal pada masa itu, tema-tema perjalanan/travelling masih tergolong langka. Keberhasilannya diikuti penulis-penulis lain yang akhirnya mencoba menggarap tema travelling/perjalanan.

Poin kedua, Tips & Tricks dalam menulis. Ada 2 hal yang ditekankan dalam menulis. First, Bagaimana caramu menyajikan sebuah cerita. Secondly, Bagaimana mengemas tema yang berat menjadi ringan. Meskipun disampaikan dengan ringan, sebuah cerita tidak kehilangan kualitasnya. 

Poin ketiga, carilah rockstar-mu. Seorang maestro atau profesional yang sudah berpengalaman di bidangnya. Seorang yang dapat diandalkan, mau mendengarkan, serta dengan kerendahan hatinya mau berbagi pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya. Kalau dalam dunia bisnis ada istilah coaching clinic atau mentorship program. Ya seperti itulah kira-kira menurutku. Sebenarnya kita butuh orang dengan ilmu dan pengalamannya levelnya jauh di atas kita. Karena dari orang-orang seperti itu, kita bisa belajar banyak hal. Dulu, Moammar Emka (penulis Jakarta Undercover dan beberapa novel) adalah salah satu orang yang bersedia  meluangkan waktunya untuk mendengarkan cerita Mas Adhit. 

Demikian poin-poin yang aku catat selama talkshow tersebut. 

Ada Sebuah Cerita Hari Ini (Part #1)

Sabtu, 23 Mei 2015. Ruang Sidang 2 FMIPA UNY

There was a nice quote that i got today from a writing talkshow created by Himafi UNY. The quote was from one of two speakers named Azhar Nurun Ala which had made 3 self-publishing book. There is the quote from him : 
"There are 2 things that affect to a succesful person. First, the books that he/she reads. Secondly the people around him/her." 
Yups aku setuju aja sih dengan quote yang  aku kutip dari Mas Azhar tersebut. Ada 2 hal yang berpengaruh besar terhadap kesuksesan seseorang. Buku dan orang-orang yang kita temui. Wait a minutes, kamu boleh menambah elemen lain deh. misal pengalaman dan juga keahlian. Atau apapun itu. Kan  tiap-tiap orang memiliki definisi yang berbeda terhadap kesuksesan dan bagaimana cara meraih kesuksesan itu sendiri. Namun 2 hal tersebut --yakni buku dan orang-orang di sekitar Mas Azhar-- yang mempengaruhi cara pandang serta bagaimana dia mendefinisikan arti sukses.
Hasil olah kreasi Azhar Nurun Ala
Poin pertama, buku. Mas Azhar sudah menulis 3 buku berjudul Ja(t)uh, Seribu Wajah Ayah, dan Tuhan Maha Romantis. Plus buku ke empat berjudul 'Konspirasi Semesta' yang sedang dalam proses penyelesaian. Luar biasa sekali bisa seproduktif itu dalam menulis. Ada keteguhan, konsistensi dan juga kreativitas di dalamnya. Bagaimana seseorang bisa produktif menulis dan kreatif merangkai kata kalau tidak karena semangatnya yang menggebu dalam hal membaca buku. Tentunya buku-buku yang memberdayakan lho ya. Buku-buku yang menginspirasi dan yang disukai. Bisa novel, biografi atau autobiografi seorang tokoh kenamaan, buku how-to atau motivasi, buku dengan tema parenting, kumpulan kisah inspiratif atau kisah sukses, buku apapunlah. Kalau aku sendiri suka buku dengan bahasa ringan tetapi berbobot. 

Aku juga suka baca buku. Terutama novel-novel dan kumpulan kisah inspiratif. Aku kadang mampir ke Perpustakaan kota Jogja dan juga Gramedia sekadar untuk refreshing pikiran dan melihat trend buku terbaru atau mencari tahu buku apa saja yang masuk daftar best-seller. Gimana ya ngejelasinnya? Aku suka deretan buku-buku yang berjejer rapi di rak-rak. Aku suka mencium wangi buku anyar yang baru saja lepas dari segel. Aku suka membaca blurb yang ditampilkan di halaman belakang buku. You know apa itu blurb? Blurb semacam ulasan singkat tentang isi buku yang biasanya ditulis di halaman belakang bertujuan untuk memberi gambaran ringkas tentang isi buku sekaligus membuat orang penasaran untuk membacanya. Selain menilik blurb, aku juga kadang melihat endorsement dari buku-buku tersebut. Siapa saja tokoh-tokoh atau orang-orang tertentu yang sudi meluangkan waktunya untuk membaca buku tersebut dan memberikan semacam pengakuan atau testimoni bahwasanya buku tersebut layak untuk dimiliki. 

Buku adalah hasil olahkreasi dan pemikiran yang dalam dari seorang penulis. Kita tentunya bisa memilah jenis bacaan apa yang disukai, bermanfaat, serta berdampak dalam hal olahpikir. Di dalam sebuah buku terdapat cerita tentang pengalaman, keahlian, dan pemikiran penulis. Dengan membaca sebuah buku berarti kita sedang  membeli pemikiran seorang penulis mengenai suatu hal. Aku jelaskan begini, jika kita membeli makanan berarti kita menukar uang dengan rasa kenyang. Hal demikian berlaku pada buku. Kita membeli pemikiran. Pemikiran sang penulis. 

Bagaimana jika kamu tidak suka baca buku? Tak masalah. Toh sumber bacaan kan enggak hanya dalam wujud buku fisik. Sekarang ada e-book. Ada juga website, e-paper, atau personal blog. Juga koran-koran dan majalah-majalah. Begitu banyak sumber menarik untuk kita baca. Begitu banyak hal keren yang membuka cakrawala pengetahuan dan kudu kita gali.

Untuk membahas poin pertama cukup panjang ya? Berikutnya poin kedua, Lingkaran atau jaringan pertemanan. Orang-orang di sekitarmu yang mempengaruhi dirimu dan mengubah cara pandangmu terhadap arti kehidupan. Aku pikir memilih dengan siapa kita akan berbagi atau bergaul itu penting. Sebab teman itu pengaruhnya cukup signifikan  terhadap kita. Dalam dunia media sosial pun sekarang aku tak sembarang menambah atau mengkonfirmasi teman. Paling enggak lingkaranku adalah mereka yang berkecimpung di dunia kepenulisan, kewirausahaan, branding, rekayasa teknologi, dan juga pendidikan. No alayer apalagi cabai-cabaian. Di dunia maya aja aku selektif memilih lingkaran persahabatan, apalagi di dunia nyata. Kita ini kudu pinter dalam hal memilih lingkungan pergaulan. Bergaullah dengan para visioner yang memiliki mimpi besar, bukan para penggosip yang sukanya mencari-cari titik lemah orang lain. Itu contoh.

Kembali ke topik mengenai Talkshow pagi tadi. Mas Azhar yang doyan banget 'melahap' buku tak sekedar mengendapkan pemikiran-pemikirannya di otak begitu saja. Tetapi dia menuliskan hasil pemikiran tersebut melalui untaian kata di blog. Ya Blog. Mas Azhar adalah blogger. Mas Azhar mulai menulis di blog di tahun 2011. Aku aja  stalking dan blogwalking personal blog-nya Mas Azhar baru-baru ini kok. Sebelumnya aku enggak tahu sama sekali tentang dirinya. Maklum Mas Azhar adalah penulis yang menerbitkan bukunya secara indie melalui self publishing, bukan melalui penerbit mayor
azharologia.com (tampilan muka personal blog Azhar Nurun Ala) 
Tulisan-tulisan di blog tersebut kemudian dia bukukan. Untuk biaya cetak satu judul buku, Mas Azhar berani merogoh kocek sekitar 8 juta rupiah. Modalnya lumayan ya? Buku tersebut dipasarkan secara online secara pre-order. Dari sini Mas Azhar belajar menerapkan ilmu marketing dan juga branding. Padahal Mas Azhar bukan anak ekonomi.

Well, aku akan sedikit bercerita tentang Mas Azhar. Mas Azhar tercatat sebagai mahasiswa jurusan ilmu gizi Universitas Indonesia angkatan 2009. Dia masuk jurusan ilmu gizi karena 'kecelakaan.' Ilmu gizi bukanlah jurusan yang dikehendakinya. Namun karena faktor 'kecelakaan' tersebut dia menemukan belahan hatinya Mas Azhar sudah menikah dan kini sedang menyelesaikan skripsi. Prestasinya di kampus lumayan bagus. Selain pernah menjadi jawara di beberapa kompetisi, Mas Azhar adalah seorang aktivis organisasi. Di BEM dia mengabdi. Mas Azhar tertarik pada 3 hal, menulis, marketing, dan juga branding. Artvocado Creative Studio merupakan usaha kreatif yang dirintisnya dan berfokus pada pengembangan branding UKM.

Ada beberapa persamaan antara aku dan Mas Azhar. Pertama aku suka membaca buku dan menulis. Cita-citaku adalah menjadi seorang writerpreneur dan juga konsultan UKM (aku berharap someday bakal terwujud). Aku mulai menulis dari blog. Aku juga tertarik pada bidang marketing dan juga branding UKM. Jika ada kesempatan dan rejeki lebih aku ingin sekali belajar tentang 3 ilmu tersebut (menulis, marketing, dan branding) dari para maestro di bidangnya masing-masing. Saat ini aku belajar dikit-dikit ilmu branding di grup Creative Branding yang diampu oleh Pak Subiakto sekaligus berlanggan newsletter dari subiakto.net. Aku anak organisasi dan pernah mengabdi di BEM KM UNY 2013. Pernah ikut berbagai kompetisi. Jurusan yang kupilih saat kuliah bukanlah jurusan yang menjadi passion-ku. Makanya aku agak keteteran saat kuliah. Pun dengan skripsiku. Semoga aku dimudahkan skripsi dan ujian tahun ini. Amin.

Selama sesi talkshow tersebut ada beberapa hal yang aku perhatikan dan catat. Pertama Mas Azhar menulis untuk bercerita. Bercerita tentang apa? Apa saja. Termasuk perjalanan hidupnya dan juga mimpi-mimpi. Kedua, tentang pentingnya memiliki bekal ketika ingin memulai sesuatu. Mas Azhar menganalogikan dan membandingkan penyelam versus orang yang tenggelam.

Seorang penyelam tentu akan menyiapkan peralatan yang lengkap sebelum sebelum nyebur ke laut. Mulai dari tabung oksigen, kacamata, sepatu katak, dan juga keahlian dalam berenang. Setelah memasuki dasar laut, seorang penyelam bisa menikmati pesona terumbu karang, koral-koral, dan juga keanekaragaman hayati di dalamnya. Namun hal demikian tak berlaku bagi orang yang tenggelam. Karena tak memiliki keahlian berenang dan juga perlengkapan yang memadai, dia hanya bisa menggapai-gapai permukaan air sembari menjerit meminta pertolongan sebelum akhirnya tenggelam dihempas ombak. Analogi seperti ini bisa berlaku dalam hidup. Untuk memulai sesuatu kita setidaknya kudu memiliki persiapan yang matang. Belajar pula dari 4 tahunku selama kuliah, aku enggak akan gegabah dalam mengambil keputusan.

Cerita ini bersambung di part #2

Minggu, 17 Mei 2015

Mengkonsep Acara Itu Enggak Mudah

Di suatu malam, rekan kosku sekaligus rekan organisasi di UKM Rekayasa Teknologi mendatangi kamarku. Dia sedang ada masalah. Dia kebingungan untuk mencari siapa saja yang akan menjadi pembicara untuk mengisi Seminar Nasional Technoprenurship yang diadakan pada tanggal 10 Mei 2015 kemarin. Berhubung organisasi kami bergerak di bidang rekayasa teknologi, maka setiap ada event seminar, workshop, atau talkshow kami berusaha menghadirkan pembicara-pembicara yang bergerak di bidang rekayasa teknologi, industri kreatif digital, dan teknoprenurship. 
Di kampusku juga ada seminar terkait Augmented Reality (sepertinya AR Tech akan booming beberapa tahun ke depan) yang akan diselenggarakan pada tanggal 31 Mei 2015. Penyelenggara acara tersebut adalah Himanika UNY. Biasanya anak-anak IT dan elektronika yang tertarik pada hal-hal seperti itu. 
Berhubung divisiku bukan divisi IT, jadi kami tidak menyelenggarakan event-event yang berkaitan dengan teknologi digital. Aku ingat beberapa tahun yang lalu tepatnya di penghujung tahun 2013, aku diminta salah satu rekan divisi IT untuk mencarikan pemateri untuk acara Workshop 3D Blender. Prazna, nama rekanku itu sempat pusing mencari pemateri untuk event tersebut. Then, aku menawarkan beberapa solusi alternatif untuk Prazna. Aku kenal beberapa teman di facebook yang memang cocok untuk mengisi acara tersebut. Aku rekomendasikan beberapa nama. Akhirnya kupilih Fandhi Nugroho Lutfi. Fandhi mendirikan Grafmotion Studio dan di tahun 2013 berhasil memenangkan kompetisi animasi pendek. Sebenarnya ada beberapa usulan lain, karena beberapa alasan akhirnya kami memilih Fandhi untuk menjadi pemateri workshop Blender 3D. Case Closed

Kembali soal curhatan rekanku Nurul. Dia bingung mencari pembicara buat seminar technopreneurship. Nurul sudah menghubungi calon pembicara dari pihak BIT (Badan Inkubasi Teknologi) tapi belum juga mendapat konfirmasi. Pembicaranya yang sudah dilobi dan dikonfirmasi baru satu Yakni Profesor Slamet dari pihak UNY sendiri. Sedangkan Nurul harus mencari 2 pembicara lain. Tema acara pun belum ada. Padahal tinggal sebulan lagi menjelang acara tersebut. Bukannya para panitia tidak mempersiapkan acara ini dengan baik, tetapi fokus mereka saat itu ada di Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna Nasional UNITECH. Jadi untuk seminar technoprenurshipnya agak terbengkalai. 

Hari itu juga kami berdua mengkonsep tema untuk seminar tersebut. Setelah melalui diskusi yang cukup alot, akhirnya kami mencoba tema green technoprenurship, di mana kami akan mengundang pembicara yang memadukan unsur teknologi dan alam. Aku merekomendasikan Pak Singgih Kartono Susilo. Pak Singgih adalah Founder Piranti Works, wirausaha kreatif yang memadukan teknologi dan unsur alam berupa kayu. Produk andalannya yakni Radio Magno dan juga sepeda kayu (Spedagi). Produk-produk kreatif Pak Singgih adalah produk ekspor yang menyasar pasar luar negeri. Sekadar catatan, sebenarnya ini keinginanku pribadi untuk bertemu beliau. Melalui seminar tersebut, aku berharap bisa menyerap pengetahuan dan proses kreatif dari seorang Singgih Kartono Susilo. 

Bagaimana jika Pak Singgih tidak bisa mengisi seminar tersebut? Tentu kami harus menyediakan opsi lain. Aku merekomendasikan Ricky Elson yang menggagas program Lentera Nusantara di Ciheras sebagai opsi kedua. 

Setelah dirasa cukup puas, Nurul menyampaikan hasil diskusi kami berdua di forum rapat panitia. Humas segera menghubungi calon pembicara. Ternyata pemirsa, Pak Singgih tidak bisa mengisi acara kami. Demikian halnya Ricky Elson. Mumet lagi nih panitianya. Terutama Nurul. 

Pada akhirnya, Nurul menyepakati untuk mengundang pembicara yang merupakan salah satu pemenang Mandiri Young Technopreneur 2014. Nama pembicara tersebut adalah Ratna Yanti K, lulusan geofisika ITB angkatan 2002. Mbak Ratna enggak dateng sendiri, ada 2 rekan lainnya yang akan hadir. Dua rekan yang lain bernama Mas Nafi dan juga Mas Adriansyah. Mbak Ratna dan Mas Nafi menciptakan teknologi untuk UKM yang bernama Mini Boiler. DI bawah bendera Bumibraja Nusantara, mini boiler tersebut dipasarkan. Mini bolier dibuat untuk membantu rekan-rekan pengusaha yang bergerak di industri kecil dan mikro seperti pabrik tahu Cihanjuang di Cimahi, petani jamur merang di Cirebon, pabrik kerupuk di Bandung dan masih banyak lagi. Untuk lebih lengkapnya aku akan kupas di postingan berikutnya.

Satu hal yang ingin aku sampaikan melalui tulisan ini yakni mengkonsep suatu acara itu enggak mudah. Aku pernah gagal di acara workshop kepenulisan. Namun aku pernah berhasil di acara workshop technocreative. Meskipun masih ada kekurangan di sana sini. Aku sudah bergabung di berbagai macam kepanitiaan dari organisasi yang berbeda-beda. Ada berbagai pengalaman menarik dari setiap sukses atau gagalnya sebuah acara. Ada pembelajaran berharga yang dipetik. Intinya kami diajarkan untuk terus belajar.

Dari kepanitiaan tersebut kita bisa belajar mengelola anggaran, membuat desain pamflet, menyampaikan gagasan, berkomunikasi dengan pihak eksternal, belajar menjadi event organizer, berlatih marketing dan strategi, memimpin tim kecil, mencari sponsor, membuat sistem administrasi yang baik dan masih banyak lagi.

Memang kali ini kami belum berhasil melobi Pak Singgih ataupun Mas Ricky Elson. Namun kami belum menyerah. Kami akan mematangkan konsep untuk seminar berikutnya di tahun 2016. Bisa jadi kami akan mengundang salah satu pakar nanoteknologi Indonesia, Pak Mulyana Ahmad ataupun pembicara lain yang tak kalah inspiratif. 

Sabtu, 09 Mei 2015

Catatan Tengah Malam (Menggila)

Malam ini aku ingin menggila. Yeah aku sangat butuh dosis tinggi endorfin. Endorfin, kupikir lebih baik dari pada aku menginjeksi morfin dalam aliran darahku. Ingin kupacu adrenalinku agar detak jantungku di atas normal. Kuharap pituitary di otakku menyediakan kapasitas endorfin yang cukup.

Kupasang headset. Kusetel Linkin Park. Kamu tahu Linkin Park kan? Yeah, dia grup musik favoritku. Aku tak peduli kupingku meledak. Akhirnya kupilih lagu Runaway.

Aku sedang berpikir. Merangkai kata. Membentuk paragraf. Pikiranku melayang. Aku kacau. Aku merasa tidak waras. Hari ini. Kupikir tingkat kesintinganku bisa mereda. Menurun beberapa level. Namun aku salah. Tidak aku belum segila Benedict Cumberbatch dalam Shelock Holmes. Dia jenius sociopath, aku bukan. Aku hanya manusia normal biasa yang sedang dalam kondisi tidak waras. Aku sakit. No! bukan sakit fisik seperti flu atau demam. Tidak juga aku gila karena patah hati. Aku hanya merasa...

Merasa tidak normal saja. Cukup! jangan menghakimiku dengan berbagai penilaianmu itu. Aku hanya ingin menyendiri dalam ruang kosongku. Jika Holmes punya ruang khusus yang disebut Mind palace, maka aku pun punya my space of mind.

Kadang aku merasa aneh dengan diriku sendiri. Seperti aku tidak mengenal diriku. Aku yang bukan aku. Pernah merasa seperti ini sebelumnya? Oh mumet dengan penjelasanku yang memang enggak jelas ini? Oke. Aku ini bipolar. Bipolar syndrome. Pernah dengan istilah bipolar. Well, search aja di google. Aku juga malas menjelaskannya.

Sometimes, aku merasa seperti alien. Asing. Aneh. Dan hal-hal semacam itu. Oh ya, aku sangat tertarik pada hal-hal berbau metafisika. Mungkin metafisika saat ini masuk dalam kategori psedoscience. Halah apalagi itu psedoscience!

Metafisika saat ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah dengan logika penalaran. Maka dari itu, dia masuk ke psedoscience (sains semu) karena sulit dibuktikan dengan kaidah ilmiah dan tidak pula berdasar pada kesepakatan yang berlaku umum. Bah! Contoh psedoscience ini adalah telepati

Aku percaya akan telepati. Aku percaya bahwasanya otak kita setiap waktu mengirim sinyal seperti gelombang yang memiliki kekuatan vibrasi dan frekuansi yang berbeda. Tergantung kondisi atau emosi seseorang pada saat itu. Mungkin kamu enggak percaya padaku. Ya sudahlah. Aku sendiri sudah membuktikannya beberapa kali. Mungkin tidak valid dan tidak bisa diukur secara ilmiah. Bukankah logika dan intuisi terkadang kontradiksi?

Sebelum adanya teknologi bluetooth, orang kalau mengirim gambar lewat ponsel menggunakan infra red. Infra red ini gelombang. Tidak nampak dan tidak bisa kita sentuh. Tapi infra red itu ada. Begitu pula telepati.

Eh kok ceritaku melenceng ya? Aku kan tadi sekadar bercerita tentang kondisiku yang sedang menggila. Kenapa bisa sampai ke metafisika, pseudoscience, dan telepati? Ah sudahlah. Pokoknya malam ini aku ingin menggila. Ceritaku bisa aneh-aneh. Mungkin aku sudah mulai lelah.

Namun dengan bercerita, perasaanku sedikit lega. Aku yang kadang merasa aneh dengan diriku sendiri sepertinya menemukan tempat pelampiasan. Melepas energi yang mengikat erat.

Runaway-nya Linkin Park sedari tadi masih kenceng di kuping. Runaway. Pelarian. Sungguhkah saat ini aku mencari sebuah tempat untuk pelarian? Oh tidak. Kurasa yang kubutuhkan saat ini adalah tempat berbagi cerita.

I wanna run away, never say goodbye
I wanna know the truth instead of wondering why
I wanna know the answers, no more lies
I wanna shut the door and open up my mind

Note : Jika kamu tahu cara mengaktivasi endorfin di pituitari dalam jumlah cukup besar kasih tahu ke aku ya. Cukup endorfin saja, aku tidak mau morfin. Aku bukan pecandu. Efek morfin bisa berbahaya dalam jangka panjang. Aku lebih butuh endorfin. The last, maaf ya reader kalau tulisanku sedikit ngelantur, nyeleneh dan enggak masuk akal bagimu. Malam ini aku sedang menggila.

Kamis, 07 Mei 2015

Sebuah Catatan Kecil (Literasi Versus Akuntansi)

Look! Di bulan Mei ini blogku kosong melompong. Bukannya sok sibuk sih. Tapi ada beberapa kegiatan yang memang menyita waktuku. Skripsi? Oh bukan itu. Entahlah kenapa aku agak sedikit shock kalau membahas skripsi. Apa karena peristiwa di jurusan waktu aku konsultasi dengan kaprodiku? Aku dimarahi habis-habisan. Well, jangan bahas skripsi ya di sini :D

Jujur setelah aku pikir cukup lama, passionku bukan di akuntansi. Aku lebih suka sastra. Aku jatuh cinta pada dunia literasi. Fiksi dan nonfiksi. Entah puisi, cerita pendek, novelet, novel, buku biografi, kisah perjalanan hidup dan juga motivasi. Ya aku sangat tergila-gila membaca. Favoritku adalah buku bacaan populer dengan bahasa yang ringan dan juga renyah.

Lalu kenapa dulu aku enggak memilih sastra? kenapa aku memilih akuntansi? Yupss. pertanyaan itu sangat menggangguku. Aku baru menyadari bahwa aku tergila-gila pada dunia literasi fiksi dan nonfiksi akhir-akhir ini. Oke aku punya beberapa argumen kenapa aku jatuh cinta pada sastra/literasi : 

1. Aku betah berlama-lama nongkrong di Gramedia dan Togamas hanya sekedar baca novel atau kisah inspiratif. Entah dalam tema parenting, kisah-kisah pebisnis sukses, tips dan trik menulis/buku how-to dan sebagainya. Aku suka baca novel berbagai genre. Fantasi. Fiksi ilmiah. Romance. Horor/thriller. Komedi. Dari kelas ringan semacam teenlit/chicklit ( aku dulu suka baca serial-nya Meg Cabot) hingga novel kelas berat yang membutuhkan pemikiran seperti Da Vinci Code-nya Dan Brown. Aku suka novel inspiratif dan fenomenal macam Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, 5 Cm dan masih banyak lagi. 

Aku pernah seharian melahap hampir 3 buku di Gramedia. Aku pernah juga nongkrong hanya untuk membaca Mimpi Sejuta Dollar dan Langkah Sejuta Suluh-nya Merry Riana. Di Togamas, aku melahap novel The Maze Runner sampai kelar. Trilogi best-seller Hunger Games juga aku favoritkan. Pokoknya aku betah banget nongkrong seharian di toko buku. Bukan apa-apa sih, aku cuma enggak punya duit buat beli buku-buku mahal itu saat ini. Aku hanya bisa menikmatinya on the spot di toko buku. Namun aku punya janji. Kalau aku sudah mandiri secara finansial, tuh buku-buku yang pernah aku baca akan akau borong dan aku jadikan koleksi di perpustakaan pribadiku. Aku enggak akan peduli mau menghabiskan anggaran ratusan juta sekalipun. Buku adalah pengetahuan. Mozaik pengalaman dan pemikiran dari sang penulis. 
Sumber. jelajahmedanku.blogspot.com
2. Sebagian teman-temanku di facebook adalah penulis dan juga blogger. Walau aku enggak kenal mereka secara langsung, aku berusaha berteman dan membuat jaringan dengan para penulis. Kebanyakan penulis novel. Ada juga penulis buku bacaan anak. Juga editor dari penerbit mayor. Beberapa pendiri atau pemilik penerbitan. Baik penerbit mayor maupun self-publishing. Aku suka berinteraksi dengan mereka. Stalking pemikiran-pemikiran mereka yang tertuang dalam notes, status, tweet, ataupun postingan di blog/personal web. Saat ini aku memang belum punya karya seperti Mas Dwi Suwiknyo, Mas Ali Muakhir, Bunda Ari Nilandari, Mbak Ruwi Meita, Mbak Dyah Prameswari, Mbak Irfa Hudayati, Raditya Dhika, Asma Nadia dll. Namun Insha Allah aku akan membuat masterpiece-ku. Aku berharap masterpieceku bisa sekelas dan sefenomenal Laskar Pelangi atau 5 Cm. Amin. Tulisan ini sebenarnya sebagai reminder sekaligus motivatorku, yah siapa tahu beberapa tahun ke depan ketika mimpi-mimpiku itu terkabul, aku segera mengingat catatan kecil ini. 

3. Dari kecil aku memang suka membaca. Ayahku dulu suka membawakanku majalah Bobo dan Yunior (Edisi khusus Suara Merdeka untuk anak terbit setiap hari Minggu). Saat kelas enam SD aku tergila-gila pada serial Goosebump-nya R.L Stein. Pernah temanku Novi bawa serial Goosebump (tapi aku lupa judulnya) dan aku harus mengantri untuk membacanya. Waktu SMP ada novel teenlit dengan judul "Dua Kepiting Melawan Dunia" karya Saskia Tjokro dan Sang Penulis tersebut berhasil memenangkan kompetisi menulis novel teenlit 2005. Duh, senengnya kalau karya kita berhasil memenangkan kontes. Saat itu aku berdoa dalam hati agar suatu saat karyaku (entah novel atau cerpen) bisa memenangkan suatu kompetisi. Sekitar tahun 2007 hingga 2009 sebagian besar waktuku habis di perpustakaan. Tak dipungkiri, buku-buku yang aku baca memanduku meraih kejuaraan, baik dalam karya tulis atau Olimpiade Sains. 

4. Aku bergaung di grup kepenulisan. Sudah kujelaskan sebelumnya di poin ke 2 bahwa memiliki jaringan penulis itu penting banget buat aku. So, aku coba-coba masuk beberapa grup kepenulisan. Beberapa grup tersebut memang bagus. Seperti grup #NgajiFiksi, Komunitas Penulis Bacaan Anak, Emak Blogger, Titik Temu. Beberapa grup yang lain enggak jelas alias isinya SAMPAH! Aku tinggalkan grup jenis ini. Kadang grup enggak jelas ini berisi iklan-iklan yang tidak ada kaitannya dengan dunia literasi/tulis menulis. 

5. Aku ikut kompetisi menulis. Beberapa waktu yang lalu aku menghabiskan waktu berkutat di internet hanya untuk riset kecil cerpenku yang berjudul Email Untuk Resti. Aku butuh riset, sebab setting tempat untuk cerpenku tersebut berada di kota Malmo, perbatasan Swedia-Denmark. Pernah dengar Malmo sebelumnya? Ah itu keren banget kotanya. Aku aja baru tahu ketika menulis cerpen Email Untuk Resti. Oh ya cerpen ini aku buat dalam rangka mengikuti lomba menulis Journal Fin Week tingkat DIY. Ini cerpen keduaku. Cerpen pertamaku aku tulis untuk mengikuti kompetisi menulis yang diselengarakan oleh lembaga pers mahasiswa UGM. Kompetisi menulis yang aku ikuti terakhir apa ya? Hmmm... bukan di ranah sastra sih, tapi masuk ke bidang riset ilmiah. Namanya Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa (LITM) 2014 yang diselenggarakan oleh Dikpora DIY. Proposal dan ideku berhasil masuk 5 besar. 
6. Aku betah menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca cerpen online, mendownload versi Pdf, ataupun membaca buku-buku dengan tebal minimal 100 halaman. Aku betah banget duduk berlama-lama di depan layar monitor hanya untk stalking karya-karya penulis Indonesia memalui blog review. Aku juga betah banget blogwalking dari satu blog ke blog yang lain.

Sumpah! ilmu yang saat ini aku incar adalah teknik menulis ala copywriting dan juga bagaimana optimasi SEO. Aku pengin mahir di bidang itu. Ya Allah, bantulah aku bekerja sebagai copywriter/SEO/social Media spesialist dan dekatkan aku dengan maestronya, sehingga aku bisa tahu teknik-teknik copywriting/SEO/social media marketing yang jitu serta bagaimana mengaplikasikannya ilmu tersebut dengan tepat.  #Eh kok curhat jadinya hehehe :D
7. Ikut workshop, seminar, ataupun talkshow yang terkait kepenulisan untuk menambah ilmu. Untuk bulan ini aku menganggarkan dana khusus uuntuk ikut seminar dan juga talkshow kepenulisan.
Workshop Kepenulisan ini diadakan BEM KM UNY 2012
Ini kepanitiaanku yang kedua setelah workshop Public Speaking UKM SAFEL

Paling enggak aku punya minimal 7 alasan besar kenapa aku jatuh cinta pada dunia sastra/literasi/kepenulisan atau apaun itu namanya. kembali ke pertanyaan semula, kenapa aku memilih akuntansi saat kuliah? bukan sastra. Hmmm ada beberapa faktor kenapa aku memilih jurusan akuntansi. Salah satu di antaranya : 

1. Kemenangan di beberapa kompetisi di bidang ekonomi dan akuntansi. Salah satunya olimpiade ekonomi, olimpiade akuntansi dan juga lomba mata pelajaran ekonomi. Kupikir aku cukup smart di bidang akuntansi. So, saat pendaftaran kuliah akuntansi menjadi pilihan pertamaku. Sedangkan pilihan keduaku jatuh pada BK alias Bimbingan dan konseling. Faktanya, saat kuliah di tahun ke-2 dan ke-3 aku menyadari bahwa akuntansi bukanlah passionku. 

Tugas-tugas kuliah yang saling tumpang tindih membuatku jenuh dan sedikit gila. Dulu aku menyimpan beberapa obat pereda nyeri kepala hanya untuk meringankan sakit kepalaku akibat tugas-tugas yang menumpuk itu. Sempat kepikiran aku harus singkirkan obat-obat itu. Aku cuma takut terjadi adiksi terhadap obat-obat itu. Bahkan aku khawatir terjadi kerusakan pada saraf otakku akibat terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri kepala. Untung aku enggak teler di kelas.

Kuliah bukan menjadi sesuatu yang menantang dan menyenangkan bagiku. Kuliah itu tidak lebih dari : datang, presensi, mendengarkan presentasi, mencatat, pulang. Padahal aku sangat tertarik hal-hal berbau kreativitas dan eksplorasi intelektual. Di kelas aku tidak mendapatkan itu. Maka dari itu, pelarianku dari kejenuhan adalah pada organisasi dan juga buku-buku di Gramedia atau Togamas. 

2. Ibuku ingin aku masuk STAN, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Aku tahu usiaku tidak memenuhi kualifikasi STAN saat itu.Lagian, aku agak kesulitan di bagian uji matematika dan juga psikotes. Walau untuk uji Bahasa Indonesia dan bahasa inggris dapat dikatakan lumayan. Aku pikir aku bakalan gagal masuk STAN. Sebagai gantinya dan untuk menyenangkan hati ibuku aku memilih jurusan akuntansi. 

3. Jurusan akuntansi menempati salah satu grade tertinggi saat penerimaan masuk universitas. Termasuk di UNY sendiri. Pada angkatanku 2011, yang mendaftar lebih dari 4000 peserta dari seluruh Indonesia dengan kuota 85 kursi. 4000 : 85. Bayangkan! Aku pikir dengan grade tinggi tersebut, fresh graduate lulusan fakultas ekonomi terutama jurusan akuntansi akan mudah dalam mencari kerja, baik di institusi swasta ataupun pemerintahan. So saat kelas 3 SMA aku milih masuk jurusan akuntansi. Namun sudah kujelaskan sebelumnya seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwasanya akuntansi bukanlah passionku. Aku juga tidak tertarik menjadi akuntan publik. Ibuku ingin aku kerja sebagai PNS atau kerja di bank. Namun hati kecilku menolaknya. Aku ingin bekerja sesuai passionku. Saat ini aku tertarik pada 2 hal : dunia kepenulisan/literasi dan juga dunia kuliner alias art & science of cooking. Aku ingin mendalami 2 hal itu. 

4. Aku dulu pernah bermimpi untuk menjadi entrepreneur. Jurusan akuntansi berkaitan dengan finance suatu perusahaan. Aku pikir jika ilmu ini aku dalami, kelak akan berguna ketika aku memiliki perusahaan sendiri (just dream). Faktanya, jurusan yang lebih cocok untuk bisnis adalah manajemen, bukan akuntansi. Di akuntansi aku mempelajari mata kuliah yang tidak aku minati seperti akuntansi perbankan, akuntansi syariah (njlimet istilah-istilahnya), akuntansi sektor publik, audit keuangan, akuntansi pajak dan sebagainya.Cita-citaku yang lain selain ingin jadi penulis adalah ingin jadi wirausaha di bidang kuliner. Yah semoga suatu saat nanti bakalan terkabul. Amin.

Meskipun aku kuliah di jurusan yang bukan passionku, bukan berarti aku tidak tertarik pada akuntansi ya. Catat itu! Mungkin salah satu faktor yang menyebabkan aku tidak bersemangat di kelas akuntansi adalah tugas-tugas yang menumpuk dan saling tumpang tindih. Aku sering sakit kepala dan sakit fisik karena lelah. Karena lelah dan sakit, aku kadang terlambat masuk kelas. Aku juga tidak suka iklim kompetisi memperebutkan nilai atau IPK. Sedikit-sedikit ditanya teman berapa nilai IPK-ku. Itu menyakitkan dan membuatku jenuh. Nilai IPK-ku tidak njeblok sih. Masih di atas 3 kok. Tapi rasa-rasanya kok gimana ya kalau mahasiwa yang seharusnya ditantang dengan kreativitas dan eksplorasi intelektual dalam hal ide dan gagasan, tetapi di kelas cuma banding-bandingkan berapa nilai/skor IPK antara teman satu dengan teman yang lain. Duh miris. Aku pikir karena sudah dewasa, mahasiwa ditantang pada sesuatu yang lebih besar seperti menciptakan ide solutif atau gagasan kreatif. Hanya di organisasi aku menemukan itu. Aku merasa menemukan semangatku di organisasi. Seberapapun berat tantangan di organisasi, hal tersebut tidak membuatku jenuh. Justru tantangan-tantangan yang ada memperkaya pengalamanku.

Faktor lain yang membuatku jenuh di kelas akuntansi adalah dosen yang jika ujian text book, alias hafalan. Aku dapatkan pengalaman itu di kelas komunikasi bisnis dan beberapa kelas lain. Aku bukan tipikal manusia dengan memori super yang bisa hafal buku tebal ratusan halaman dengan berat lebih dari setengah kilo. Lagipula aku benci soal-soal hafalan. Aku lebih suka soal analisis dan penalaran yang melatih logika berpikir. Jurusan sastra kayaknya lebih cocok di aku. 

Oh ya aku juga enggak suka meresume materi kuliah di lembar-lembar folio bergaris. Kan sudah ada bukunya, kenapa harus diresume? Menghabiskan waktu, energi, kertas, dan isi bolpoint saja. Aku juga enggak suka buat paper untuk tugas kuliah. Namun jika diminta mereview sebuah karya fiksi aku dengan senang hati akan melakukannya. Enggak peduli jika karya tersebut memiliki lebih dari 200 halaman. Atau jika ditantang untuk menggarap cerpen atau novel aku akan menerimanya! 

Dosenku bu Adeng, suatu ketika berujar : Accounting is beautiful. Akuntansi mengajarkan tentang balance alias keseimbangan. Persamaan akuntansi menyatakan sisi debet harus sama dengan sisi kredit. Kalau tidak sama berarti ada kesalahan. Akuntansi bisa menjadi hal yang menyenangkan jika disampaikan dengan cara menarik. Ada beberapa mata kuliah yang aku suka, di antaranya : akuntansi UMKM, audit manajemen dan juga studi kelayakan bisnis. Ilmuku di bidang tersebut masihlah dangkal. Aku ingin belajar dari para praktisi lapangan yang sudah bergelut dengan dunia bisnis dan mau berbagi ilmu yang dimilikinya dengan orang lain. Satu keinginanku yang lain adalah bisa mengajarkan ilmu akuntansi wirausaha/UMKM kepada mereka yang masih  awam di bidang akuntansi. Siapapun bisa belajar dan cinta pada akuntansi. Suatu saat nanti Arinta, kamu bisa jadi konsultan akuntansi UMKM untuk mereka. Percayalah pada Allah, Ta. Bahkan jika memungkinkan, aku tidak akan membebankan tarif. Aku ikhlas berbagi ilmu. Aku anggap sebagai ladang amal dan tabunganku di akherat kelak. Siapapun yang membaca tulisanku hari ini, aminkan saja ya :D 

Aku bermimpi di masa depan. aku menjadi penulis sekaligus pebisnis. Buku-buku karyaku nangkring di Gramedia atau Togamas. Aku dengan senang hati akan memberikan layanan konsultasi gratis bagi pelaku UMKM agar bisnisnya bisa naik kelas. Kalau aku diundang seminar, workshop, talkshow, atau bedah buku aku enggak akan menyusahkan penyelenggara dengan menerapkan tarif yang tinggi. Aku melakukan semua itu dengan ketulusan. 

Maaf ya kalau ada yang bertanya tentang akuntansi saat ini aku belum bisa menjawab. Aku masih harus banyak belajar. Ilmuku masih cethak. Melalui tulisan ini aku juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua dosenku di kelas akuntansi. Aku juga meminta maaf jika ada sikapku yang mungkin selama ini kurang berkenan. tulisan ini khusus aku persembahkan kepada dosenku Bu Dhyah Setyorini dan Pak Sukirno. Dosen audit keuangan dan juga statistikku. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian. 
Novel-novel Tere Liye. Aku berharap bisa produktif menulis seperti beliau
Oh ya satu lagi, Tere Liye (penulis novel-novel best-seller Indonesia) ternyata dulu kuliah di jurusan akuntansi lho. Kini beliau bergelut dengan sastra. Aku jatuh cinta pada karya-karya beliau (terutama untuk novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu dan Ayahku Bukan Seorang pembohong). Sama seperti halnya aku jatuh cinta pada  literasi. 

*Note : Aku butuh waktu sekitar 20 tahun untuk membuktikan dan merealisasikan impian-impianku ini. Semua dimulai dari tahun 2016 dan diakhiri tahun 2036. paling enggak pada usia 40 atau 45 tahun aku bisa merasakan hasil kerja kerasku selama ini (siapa tahu lebih cepat dari itu). Saat ini aku ingin menikmati prosesnya dulu.