Jumat, 18 September 2015

#IStandWithAhmed (Young Inovator, We Support You)

Ilustrasi gambar oleh @ArintaSetia
Jagad dunia maya dihebohkan oleh seorang bocah berumur 14 tahun yang ditangkap oleh polisi karena diduga membawa muatan bom ke sekolahnya. Bocah tersebut bernama Ahmed Muhammed. Ahmed adalah siswa kelas IX di MacArthr High School yang berada di Irving, Texas, Amerika Serikat. 

Dalam waktu 24 jam berita penangkapan bocah tersebut menjadi viral di dunia maya. Aku sendiri baru mengetahuinya ketika Pak Bukik Setiawan membagikan sebuah postingan tersebut via facebook pagi tadi. Postingan tersebut bersumber dari laman dallasnews.com dengan judul Ahmed Muhamed Swept Up, 'Hoax Bomb' Charges Swept Away As Irving Teen' Story Floods Social Media. 

Siapa Ahmed Muhamed ini? Oke aku akan mengupas sedikit demi sedikit. Ini menarik sekali hingga aku telusuri beberapa sumber yang memuat berita tentang penangkapan Ahmed (edisi bahasa inggris sekalipun). Kasus ini menarik untuk dikaji dan dicermati. Ada beberapa poin yang akan aku ulas, di antaranya, pertama berkaitan dengan isu rasisme, islamofobia, sentimen terhadap islam. Yang kedua tentang latar belakang keluarga Ahmed. Yang ketiga tentang dahsyatnya kekuatan social movement di jagad maya, terutama facebook dan twitter. Hingga mampu menggerakkan empati dan nurani sehingga menjadikannya viral. Bahkan muncul dukungan dari berbagai pihak di penjuru dunia hanya dalam kurun waktu 24 jam. Ini luar biasa sekali. Poin terakhir mengenai opiniku pribadi terhadap kasus tersebut. 

Ahmed Muhammad, A Young Innovator From Texas

Kejadian tersebut bermula ketika Ahmed membawa jam yang bentuknya menyerupai pencil case (tapi kalau menurut aku bentuk hampir mirip koper) ke sekolah untuk ditunjukkan kepada guru tekniknya. Jam tersebut adalah hasil kreativitasnya sendiri. Ahmed memiliki antusiasme yang cukup tinggi terhadap dunia rekayasa teknologi khususnya di bidang robotika. Maka dari itu dia mencoba mengkombinasikan papan sirkuit, pengisi daya, dan juga jam digital menjadi sebuah karya kreatif. Berdasarkan situs www.msnbc.com, Ahmed berniat untuk mengesankan guru tekniknya sehingga dia membawa karya kreatif tersebut ke sekolah. Reaksi sang guru biasa saja. Tidak seperti yang diharapkan Ahmed. Mungkin Ahmed berharap ada semacam apreasiasi atau apa. Kemudian Sang guru menyarankan Ahmed agar tidak menunjukan karya tersebut ke guru yang lain.

Ahmed menyimpan jam digital karyanya di tas saat mata pelajaran bahasa inggris berlangsung. Di tengah pelajaran, jam digital tersebut berbunyi. Merasa terganggu, Sang guru bahasa inggris menanyakan bunyi apakah itu. Kemudian Ahmed mengeluarkan jam tersebut dari tasnya. Sang guru merasa bahwa apa yang dibawa Ahmed cenderung mirip bom daripada jam digital. Ahmed bersikukuh, bahwa apa yang dia bawa hanyalah jam digital biasa. Bukan bom.

Akhirnya sang guru membawa Ahmed ke ruang kepala sekolah untuk diinterogasi. Dalam interogasi tersebut, Ahmed ditekan dan ditanyai apakah dia sedang belajar merakit bom. Dalam interogasi tersebut, beberapa petugas kepolisian hadir dan turut mengintervensi. Sang kepala sekolah juga memberikan acaman akan mengeluarkan Ahmed sekolah jika tidak membuat pernyataan tertulis. Ahmad mendapatkan skorsing selama 3 hari oleh sekolahnya. Pada tanggal 14 September waktu setempat, diamankan polisi dan ditempatkan pada semacam lembaga penahanan remaja.

Namun beberapa waktu kemudian, kepolisian setempat (Irving Police Department) melalui press conference menyatakan kepada publik bahwa tidak ada indikasi bom atau harmful device pada karya kreatif Ahmed. Ahmed dibebaskan. Case Closed.
Hasil kreatvitas Ahmed yang diduga bom rakitan setelah dibongkar polisi
Rasisme dan Sentimen terhadap agama 

Di negara sekaliber Amerika Serikat yang katanya menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan humanisme nyatanya masih ada kasus-kasus yang berkaitan dengan sentimen terhadap ras dan agama. Terpilihnya Barrack Obama sebagai presiden pertama kulit hitam di Amerika serikat tidak turut serta menghapus sentimen ini. Nampaknya Amerika masih membutuhkan figur heroik seperti Pendeta Martin Luther King yang berjuang melawan rasisme dan kekerasan.

Apa salahnya seorang bocah berusia 14 tahun menunjukkan karya kreatif kepada gurunya di sekolah? Kenapa bocah tersebut diperlakukan berbeda hanya karena agama dan warna kulitnya. Hingga kemudian muncul kelakar dari @HamnehJafari dalam kicuannya di twitter, "If his name was John he would be labelled as a genius. Since its Ahmed he's labelled as a "suspect." #doublestandards #IStandWithAhmed

Perlu diketahui bahwa @AmnehJafari inilah orang yang pertama kali membuat tagar #IStandWithAhmed yang kemudian menjadi viral di social media. Sampai-sampai BBC Trending membuat ulasan khusus tentang sosok di balik social movement #IStandWithAhmed dengan judul Who's behind the campaign for Ahmed, the young Muslim clockmaker?
Barangkali insiden 11 September 2001 masih membekas dan membenak di sebagian warga Amerika Serikat. Ketakutan-ketakutan terhadap simbol-simbol islam, termasuk budaya, atribut, nama-nama berbau islami dan sebagainya masih ada dan melekat. 

Hebat sekali penggiringan opini oleh media barat terhadap islam itu sendiri. Islam dianggap sebagai terorisme hanya karena segelintir oknum di Timur Tengah melakukan tindakan kekerasan. Padahal islam tidak mengajarkan hal demikian.

Selama beberapa tahun kuliah, aku sering mendengar lewat kajian-kajian keislaman bahwasanya agama kami, agama islam adalah Rahmatan Lil Alamin. Rahmat bagi alam semesta. Pun jika ada seorang muslim yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai spiritual islam, bukan agama ini yang salah. Barangkali pemahaman individu tersebut terhadap islam sendiri masih kurang. Sebab agama kami mengajarkan kebaikan. Dan kebaikan itu sifatnya universal.

Ayah Ahmed Adalah Orang Yang Berpengaruh. 

Beberapa orang mungkin akan bertanya-tanya tentang latar belakang keluarga Ahmed. Ayah Ahmed bernama Mohamed Elhassan Mohamed (57 tahun). Elhassan adalah imigran berkebangsaan Sudan yang sudah menetap di Amerika Serikat kurang lebih 30 tahun.

Mohammed Elhassan seorang pebisnis yang cukup sukses. Elhassan menjalankan beberapa bisnis. diantaranya Paradise Prime Investment dan El-Hassan Deliveries. El-Hassan Deliveries pernah membuat kontrak dengan perusahaan retail 7 Eleven. Perusahaan yang lain bernama Jet Taxi. Dimulai dengan 25 mobil Elhassan sukses menjalankan bisnis taksinya. Ketika jumlah taksinya 200, Elhassan menjual taksi-taksi tersebut kepada Yellow Cab. Di Sudan, ElHassan memiliki perusahaan yang bergerak di bidang energi surya (Alsufi International For Solar Energy). Selain pebisnis sukses, Elhassan tercatat pernah mencalonkan diri sebagai kandidiat presiden Sudan pada tahun 2010 dan 2015.

Istri Elhassan bernama Muna Ahmed Ibrahim. Elhassan memiliki 7 anak, termasuk Ahmed mohammed (the muslim clockmaker).

Dahsyatnya Kekuatan Social Movement di Jagad Maya. 

Bercermin dari kasus tersebut, sempat terpicu rasa empati dan kesadaran agar kita tidak  mudah melabeli atau menjustifikasi seseorang berdasarkan ras, agama, warna kulit dan segala simbol yang melekat padanya. 

Hal inilah yang melatarbelakangi @AhmehJafari membuat social campaign dengan tagar #IStandWithAhmed yang sempat menjadi trending topic di twitter dan menjadi pemberitaan hangat di berbagai media. 

Aku jadi ingat beberapa tahun sebelumnya di Indonesia heboh dengan social campaign dalam bentuk "Koin Untuk Prita." Juga bagaimana gerakan mendukung Ricky Elson (teknokrat Indonesia yang ahli di bidang pembuatan teknologi motor penggerak listrik-Wikipedia) agar kembali dan berkarya untuk Indonesia. Melalui change.org, banyak masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang isinya menyatakan dukungan kepada Bang Ricky Elson agar kembali ke negeri ini.

Demikian pula yang terjadi di Amerika Serikat baru-baru ini. Gerakan #IStandWithYou mendapat dukungan dari berbagai pihak serta sorotan tajam dari berbagai media.
Ahmed pun banyak mendapat dukungan. Tak tanggung-tanggung, dia diundang ke Gedung Putih oleh Barrack Obama. Tak mau kalah, Mark Zuckerberg, melalui official fanspage-nya juga turut mengundang Ahmed ke markas besar Facebook di Menlo Park, Sillicon Valley. Twitter pun demikian. Kabar terbaru, NASA melakukan hal yang sama. Pokoknya gerakan ini luar biasa!!! 

Dukungan lainnya

Apakah Ini Keberuntungan Bagi Ahmed? 

Ya. Tentu saja. 

Membaca dan mengamati berbagai opini publik dan ulasan beberapa media, aku dapat menyimpulkan bahwa inilah cara Tuhan memberikan karunianya kepada Ahmed. Ahmed sungguh beruntung!!! 

Oke aku akan jelaskan dalam 2 model simulasi skenario untuk mempermudahnya. 

1. Skenario pertama. 
Ahmed membuat jam digital tersebut dan menunjukkan kepada guru tekniknya untuk mendapat apresiasi atau penilaian. Sang guru teknik cukup puas dengan proyek teknologi yang diciptakan Ahmed. 

Ahmed masuk kelas bahasa inggris, jam digital tidak berbunyi. Guru bahasa inggris tidak pula menggeledah tas Ahmed. Ahmed pulang sekolah. Hari-hari akan menjadi seperti biasanya

2. Skenario kedua. 
Dering dari jam digital Ahmed mengganggu saat sang guru bahasa inggris mengajar di kelas. Ahmed menunjukkan jam tersebut kepada sang guru. Sang guru mengira Ahmed membawa bom ke sekolah. Sang guru bahasa inggris melaporkan Ahmed kepada kepala sekolah dan menghubungi polisi.

Ahmed mendapat berbagai macam tekanan, teror, ancaman penahanan, hingga skorsing dari sekolah atas tuduham membuat bom rakitan, alih-alih jam digital. Situasi ini memicu simpati seseorang lewat akun @AmnehJafari. Miss Jafari berempati terhadap kejadian tersebut. Dia kemudian menginisiasi tagar #IStandWithAhmed. Akhirnya social campaign for awareness ini menjadi viral di berbagai lini. Baik social media maupun media mainstream. 

Kejadian ini juga membuka mata pikiranku. Ternyata masih banyak warga Amerika Serikat yang mendukung dan berempati pada Ahmed, tanpa memandang suku, agama, ras, dan warna kulit.

Bayangkan jika yang terjadi adalah skenario pertama. Tentunya hal tersebut tak akan menjadi sesuatu yang istimewa bagi Ahmed. Ahmed akan menjalani rutinitas sekolah seperti biasanya. 

Namun jalan hidup seseorang memang unik. Lewat berbagai kejadian yang dianggap sebagai 'ketidakberuntungan,' Tuhan sebenarnya sedang menciptakan keberuntungan itu sendiri untuk Ahmed.  Ahmed, kali ini semesta mendukungmu!

Proud of you young Innovator. We support you. Build immpresive projects that have benefit to society. God bless you Ahmed!

26 komentar:

  1. Kalo aku jadi Ahmed, aku akan bilang ke gurunya, "tuh kan gak kebukti? Ayo minta maaf!!!!" Zzz kesel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, kesel juga sih awalnya. Tapi ambil aja hikmahnya :)

      Hapus
  2. Akhirnya dapet pencerahan juga soal cerita ini. Yes #IStandWithAhmed

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga artikelnya mencerahkan. I Stand With Ahmed too :)

      Hapus
  3. nice post blog.. aku sempet cari2 berita ini kesana kemari.. tapi disini paling lengkap.. terimakasih atas informasi nya.. dan salam kenal mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mnak Dine Aisah :)
      Salam kenal juga :D
      Semangat!!!

      Hapus
  4. Pelajaran buat kita semua, bahwa kesabaran pasti berbuah manis. Untung si Ahmed sabar aja digituin gurunya, makanya Allah membalasnya dengan berlipat-lipat kebaikan. Masya Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, lain cerita klo gurunya menghargai. Bakalan jadi cerita biasa. Gak ada tuh undangan ke White house, ke Sillicon Valley oleh faceoobook & Twitter. Rumah Ahmed sekaang ramai dikunjungi banyak wartawan :D Subhanallah.

      Hapus
  5. Keren abis! Ahmed dan postingan Mba Arinta!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mbak Astrid hehehe. Seharian saya berburu dan menerjemahkan artikel2 berbahasa inggris. Semoga mencerahkan :D

      Hapus
  6. Dibalik kesulitan ada kemudahan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Qs Surat Al-Insyirah ayat 5-6 (Bersamaan kesulitan ada kemudahan)

      Hapus
  7. Oh gini ya cerita lengkap nya. Makasih ya mak
    Tapi ya bener jg sih doublestandard itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Raty SYA. Iya double standar. Coba aja klo ada hacker meretas pentagon dgn nama yg Amerika/Eropa bgt pasti dia akan mendapat julukan jenius. Klo namanya berbau ke-arab2an dia dituduh teroris #Duh #DoubleStandard

      Hapus
  8. Mantapp mbak postingannya! :D
    Ahmednya juga keren ya, semoga ke depannya bisa suksess ya si Ahmed inii...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Istiana Sutanti. Amin, semoga Ahmed semakin sukses :D

      Hapus
  9. Bagaimana dengan pisikis Ahmed sendiri? Pasti berat dan traumatik tiba-tiba dituding teroris dan ditangkap. Belum lagi perasaan kecewa yang mungkin saja bisa hingga hilangnya kepercayaan kepada orang dewasa. Poor Ahmed, masih sekecil itu~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Shock pastinya. Saya dengar Si Ahmed juga ogah balik ke sekolahnya. Mungkin dia akan pindah ke sekolah lain atau apa. Ya insya allah ini bisa menjadi pembelajaran buat Ahmed untuk ke depannya :D

      Hapus
  10. Cool clock, Ahmed. smga klo udah beneran jadi jam tangan jangan mahal-mahal dijualnya heheee.
    Nice posting mba. Beritanya lengkap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Still young to make excellent device. Ahmed has to learn more to make it happen. Tunggu aja, semoga bisa direkrut perusahaan besar dan menciptakan penemuan/paten.

      Terima kasih mbak Siti Nurlela :D

      Hapus
  11. Inspiratif mba..semoga Ahmed ttp semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kabar terakhir yang saya tahu Ahmed kiriman banyak hadiah dari Microsoft :)

      Hapus
  12. iya nih, aku penasaran apa ahmed akan ttp sekolah di sana.. kalo aku sih mnding pindah aja... udh ga nyaman pastinya utk bljr di tempt yg bgitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemungkinan Ahmed akan mencari lingkungan belajar baru yang lebih kondusif :)

      Hapus