Senin, 17 Agustus 2015

Secuil Cerita Tentang Ryan Afandi

Senin, 17 Agustus 2015. Auditorium UNY

Pagi ini aku mendapat undangan dari FOMUNY (Forum Mahasiswa Bidik Misi UNY) untuk menghadiri Monev (Monitoring dan Evaluasi) khusus mahasiswa bidik misi angkatan 2011 dan 2012. Kami memakai dress code kebanggaan kampus, Jas biru dan bawahan hitam. Memasuki auditorium UNY, aku bergegas. Membuka pintu dan mengambil posisi. Aku ambil bagian pojok belakang.

Di situlah aku bertemu dengan Ryan Afandi. Seorang rekan yang pernah bekerjasama menyukseskan event UNITECH 2013, suatu kompetisi mahasiswa tingkat nasional di bidang inovasi penciptaan alat teknologi tepat guna. Tak hanya Fandi, aku juga bertemu beberapa rekan yang lain seperti Fifi Nazar (Hima Otomotif), Raditya Nugroho (Kapten FOMUNY 2013), Teguh Arifin (tim mobil listrik Garuda UNY Racing Car). Menyenangkan sekali bertemu mereka setelah lama tak bersua. 

Fandi tersenyum ramah, mempersilakanku duduk di sampingnya. Aku pun duduk, kemudian mengamati kertas formulir yang telah diisi oleh Fandi.

"Ambil saja di bagian sana, nanti kamu isi dan kumpulkan setelah acara ini selesai." Kata Fandi.

Aku segera beranjak. Formulir tersebut berisi data diri kami, termasuk organisasi yang kami diikuti, deretan prestasi yang pernah kami raih dan judul karya tulis apa yang pernah kami buat. 

Sekembalinya di dalam auditorium, aku sibuk mencoret-coret kertas tersebut. Sesekali Fandi mengamati. Untuk beberapa saat kami terdiam. Tak mengucap kata. Cuma mendengarkan wejangan dan motivasi dari Pak Rochmat Wahab, rektor kami.

Aku berusaha memecah keheningan itu. Aku mencoba berbasa-basi. Dan dari situlah cerita ini mengalir. 

*** 

Kukenal Fandi saat menjadi panitia Unitech. Saat itu posisiku sebagai Steering Comitte (SC) sponsorship yang memberikan arahan kepada rekan-rekan yang lain, termasuk koordinator sponsorship. Sedangkan posisi koordinator sponsor (2014) dipegang oleh Nurul Mutiara. Pada tahun 2013, aku juga memegang posisi koordinator sponsor. Karena telah memiliki pengalaman di tahun sebelumnya (2013), maka aku diminta oleh ketua divisi Teknologi Tepat Guna (TTG) Ardi Aprilianto untuk menjadi Steering Comitte (2014). Sedangkan Fandi saat itu memilih masuk di tim kami, menjadi staff sponsorship. 

Terkadang kami mengadakan rapat-rapat kecil di luar forum untuk mendiskusikan hal-hal terkait sponsorship, termasuk pembuatan proposal dan siapa saja yang akan menjadi mitra acara kami. Berhubung aku tidak memegang posisi sebagai koordinator, maka aku tidak memiliki wewenang untuk mengatur segala hal terkait sponsorship. Namun aku memiliki kewajiban untuk mengarahkan rekan-rekan tim dalam menyukseskan event Unitech. Aku ini semacam konsultan atau penasehat mereka dan bertanggungjawab pada tim kecil tersebut. 

Tim kecil kami terdiri dari 5 orang. Kelima orang tersebut termasuk aku, Nurul Mutiara, Ryan Affandi, Ari Prayoga, dan Sohfan Hidayat. Sebenarnya ada satu lagi, Juliantika. Tetapi dia mengundurkan diri karena suatu alasan. Jadi tim ini hanya terdiri dari 5 orang saja. 

Kembali ke Fandi. 

Fandi adalah anak sulung dari 2 bersaudara. Adiknya perempuan masih SMP. Fandi berasal dari keluarga sederhana. Ibunya bekerja sebagai penata rias pengantin. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani. Sebagai penata rias, tentu tidak setiap hari sang ibu memperoleh uang. Sebab jasa tata rias pengantin itu sifatnya tak tentu. Sedangkan Sang Ayah terkadang bekerja sebagai buruh tani, terkadang bekerja serabutan. Jika musim panen belum tiba, maka Sang Ayah akan bekerja apa saja. Termasuk menjadi pekerja bangunan. Sungguh kondisi yang menggiriskan hati. 

Fandi adalah orang yang sederhana. Enggak neko-neko. Jika belum akrab mungkin orang akan menilainya sebagai seorang introvert. Dia tak banyak cakap. Namun, jika kamu berteman dengan Fandi, kamu akan mendapati sisi kearifan darinya. Dia asyik untuk dijadikan teman ngobrol. Satu yang menjadi ikatan kami, kami sama-sama anak bidik misi. Kami kaum akar rumput. 

Fandi mengambil program pendidikan teknik mesin. Dia angkatan 2012. Saat aku mengisi kertas formulir, dia bertanya aku ini angkatan berapa. Aku jawab kalau aku angkatan 2011 seraya menunjukkan dua deret angka 11 pada NIM-ku. Setahu Fandi aku ini anak 2012. Ah, aku jadi geer dan berasa muda hahay. 

Fandi sekolah di SMK 2 Purwokerto dan mengambil jurusan teknik mesin. Jurusan yang dipilihnya tetap linier hingga bangku kuliah. Fandi asli Banyumas. 

Sebenarnya sebelum Unitech, kami pernah dipertemukan dalam event Pemdes (Pembuatan Desain Alat). Pemdes ini juga merupakan program kerja divisi Teknologi Tepat Guna (TTG) 2014. Sebagai alumni TTG, aku ingin meramaikan event tersebut, so aku bergabung di dalamnya. Meski aku menyadari bahwa ini bukanlah bidangku dan aku tak memiliki ketertarikan di dalamnya. Aku hanya ingin menyemarakkan dan tentunya bertemu dengan orang-orang baru. 

Ada serangkaian acara ketika mengikuti Pemdes. Yang pertama ada workshop pembuatan desain alat. Yang kedua observasi ke lapangan dengan terjun langsung ke masyarakat untuk mencari permasalahan dan solusi terkait penerapan teknologi tepat guna. Yang terakhir presentasi ide. 

Workshop pembuatan desain alat tersebut didampingi oleh kakak-kakak senior dari jurusan pendidikan teknik mesin. Para senior tersebut memiliki keahlian di bidang perancangan dan desain alat. Mereka menjadi trainer kami. 

Workshop ini dilaksanakan selama 6 minggu dengan 6 kali pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, kami diminta membawa laptop dan menginstall inventor. Ya inventor merupakan nama software yang kami pakai untuk membuat desain alat. Tepatnya Autodesk inventor. 

Nah, di workshop desain alat ini aku dan Fandi berada di ruang yang sama. Tapi pada waktu itu aku belum mengenalnya. Aku malah sibuk dengan desain gambarku. Membuat baut dan beberapa komponen mesin sederhana. 

Justru di kepanitiaan Unitech-lah, kami semakin mengakrabkan diri. Mencoba menjadi tim kecil yang solid. Terbukti kami cukup banyak mendapat sponsor pada waktu itu. Mulai dari goodie bag yang keren, voucher-voucher potongan harga, kaos-kaos, hingga uang tunai. 

***

Saat ini Fandi sedang menempuh program PPL (program Pengalaman Lapangan) dan ditempatkan di SMK Sedayu. Sebelumnya dia sudah menempuh program KKN selama 1 bulan. 

Nah cerita belum usai... 

Di SMK Sedayu tersebut, Fandi mengajar anak-anak jurusan teknik mesin tentunya. Selama PPL Fandi harus menempuh waktu 128 jam. Ini cukup berat bagi Fandi. Pasalnya selain harus membuat laporan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk tiap mata pelajaran, Fandi juga mengajar 4 mata pelajaran. Sedang teman-teman yang lain cuma mengajar 2 mata pelajaran. Empat mata pelajaran yang diajar Fandi yakni mekanika teknik, konversi energi, perancangan (menggunakan software inventor), dan satu lagi aku lupa. 

Sebenarnya jurusan teknik mesin adalah jurusan baru di SMK Sedayu. Sebagian gurunya memiliki keahlian di bagian fabrikasi. Salah seorang guru mengajar perancangan, tetapi beliau belum begitu mahir menggunakan inventor. Maklum, beliau sebelumnya tidak mengajar di bagian perancangan, tetapi fabrikasi. Maka dari itu Fandi diminta mengajar lagi selama satu semester di SMK Sedayu.  

Ketika Fandi bercerita, dia sangat antusias. Aku cukup menjadi pendengar yang baik. Sesekali menimpali dan memberikan feedback. 

Cerita masih berlanjut...

Fandi adalah salah satu siswa terbaik di jurusan teknik mesin SMK 2 Purwokerto. Hebatnya dia lolos seleksi wawancara PT Kracktors (nama disamarkan). PT Kracktors bergerak di bidang distributor alat-alat berat. Untuk lolos ke sana sangat sulit. Ada serangkaian tes yang harus ditempuh di samping harus berkompetisi dengan pelamar lain yang tidak kalah kompeten.

Gaji yang diberikan perusahaan untuk karyawan baru lulusan SMK pun cukup menggiurkan. Empat juta minimal. Belum ditambah tunjangan-tunjangan, upah lembur, asuransi kesehatan dan sebagainya. 

Selang 3 hari pengumuman lolosnya Fandi di PT. Kracktors, datanglah sebuah pemberitahuan. Fandi diterima sebagai mahasiswa UNY jalur bidik misi.

Fandi galau. 

Memilih antara bekerja atau kuliah. 

Jika memilih bekerja Fandi sudah pasti memiliki kepastian akan masa depannya. Setidaknya dengan gaji 4 juta dia bisa membantu perekonomian keluarganya. Jika Fandi memilih kuliah, dia tak harus pusing memikirkan biaya. Sebab semua sudah ditanggung oleh negara, plus dapat tunjangan hidup setiap bulannya. 

Guru BK Fandi menyarankan opsi kuliah. Pun kedua orang tua Fandi. Akhirnya Fandi memilih kuliah. 

Awalnya  Fandi menyesalkan keputusannya itu. Dia berpikir mending kerja dapat duit daripada kuliah. Kini, untuk mengajar, lulusan S1 pendidikan harus menempuh program PPG (Pendidikan Profesi Guru) selama 1 tahun dan biayanya cukup menguras kantong. Atau ikut program SM3T, di mana para fresh graduate akan mengajar di bagian pelosok Indonesia, mirip program Indonesia Mengajar.

Yang pasti Fandi tidak memiliki passion menjadi guru. Jiwanya adalah engineer. 

Namun, ada sesuatu yang membuat Fandi bersyukur tidak bekerja di PT Kracktors. PT Kracktors melakukan semacam tindakan yang tidak etis terhadap sebagian karyawannya. Sehingga Fandi sudah tidak respek lagi pada PT Kracktors.

Takdir. 

Jalan hidup manusia memang berliku dan penuh misteri. Tapi percayalah Tuhan memberikan ujian ada kadarnya. Pun  rejeki juga ada jalannya. Semua sudah diatur. Penuh presisi dan kecermatan.  Terkadang kita berpikir bahwa apa yang kita jalani adalah pilihan yang buruk. Padahal tidak demikian. 

Terima kasih kawan telah berbagi cerita denganku pagi tadi. Sukses brother. Keberuntungan menyertaimu!

1 komentar: